Pertumbuhan dan Perkembangan Obligasi Syariah Sukuk di Indonesia Sampai Dengan Tahun 2011”.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah sukuk di Indonesia sampai dengan tahun 2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah sukuk di
Indonesia, khususnya berdasarkan Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam dan LK sampai dengan tahun 2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a.
Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan dan pertumbuhan obligasi syariah
sukuk di Indonesia, khususnya sampai dengan akhir tahun 2011 ini. b.
Bagi akademis, penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan serta sudut pandang mengenai obligasi syariah sukuk di Indonesia.
c. Bagi peneliti lanjutan, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi dan panduan dalam penelitian-penelitian di masa yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Obligasi
Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh emiten dapat berupa badan hukumperusahaan atau pemerintah yang memerlukan dana untuk
kebutuhan operasi maupun ekspansi mereka Huda dkk, 2008. Investasi pada obligasi memiliki potensial keuntungan lebih besar daripada produk perbankan.
Keuntungan berinvestasi di obligasi adalah memperoleh bunga dan kemungkinan adanya capital gain.
Secara umum dapat juga diartikan obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal nilai paripar
value dan waktu jatuh tempo tertentu Huda dkk, 2008. Penerbit obligasi bisa
perusahaan swasta, BUMN atau pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar modal kita adalah
kupon coupon bond dengan tingkat bunga tetap fixed selama masa berlaku obligasi.
2.1.2 Karakteristik Obligasi
Perusahaan yang meminjam dana melalui alat utang jangka panjang seperti obligasi, pasti memberikan pendapatan kepada investor berupa bunga atau kupon.
Untuk lebih jelasnya, Abdul Manan dalam artikelnya yang berjudul Obligasi
Syariah menyebutkan bahwa secara umum terdapat beberapa karakteristik obligasi sebagai instrumen utang jangka panjang adalah :
1. Obligasi merupakan surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum. 2. Memiliki jangka waktu tertentu atau masa jatuh tempo sebagaimana yang
tersebut dalam surat obligasi. 3. Obligasi dapat memberikan pendapatan tetap secara periodik dan besarnya
persentase pembayaran yang diberikan secara periodik ini didasarkan atas pembayaran persentase tertentu atas nilai nominalnya atau disebut pembayaran
kupon coupon. 4. Ada nilai nominal yang disebut dengan nilai pari, par-value, stated value, face
value , atau nilai kupon.
2.1.3 Jenis-Jenis Obligasi
Heru Sudarsono dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Syariah menyebutkan jenis-jenis obligasi, diantaranya yaitu :
1. Berdasarkan Penerbitan, obligasi berdasarkan penerbitan dibagi menjadi
empat, yaitu Obligasi Pemerintah Pusat, Obligasi Pemerintah Daerah, Obligasi Badan Usaha Milik Negara, dan Obligasi Perusahaan Swasta.
2. Berdasarkan Jaminan, dibagi menjadi enam yaitu Unsecured bonds
debentures atau obligasi tanpa jaminan, Indenture atau obligasi dengan
jaminan, Mortgage bond atau obligasi yang dijamin dengan properti, Collateral trust
atau obligasi yang dijamin dengan sekuritas, Equipment trust
certificates atau obligasi yang dijamin aset tertentu, Collateralized mortgage
atau obligasi yang dijamin pool of mortgages atau portofolio mortgage-backed securities.
3. Berdasarkan Jenis Kupon, dibagi menjadi Fixed rate yaitu obligasi yang
memberikan tingkat kupon tetap sejak diterbitkan hingga jatuh tempo, Floating rate yaitu
obligasi yang tingkat bunganya mengikuti tingkat kupon yang berlaku di pasar, dan Mixed rate yaitu obligasi yang memberikan tingkat
kupon tetap untuk periode tertentu. 4.
Berdasarkan Peringkatnya, yaitu Investement grade bonds dengan ketentuan minimal BB+, Non-investment-grade bonds dengan ketentuan CC atau
speculative bond, dan D atau junk bond.
5. Berdasarkan Kupon, yaitu Coupon bonds pada obligasi berkupon dan Zero
coupon bonds untuk obligasi nirkupon.
6. Berdasarkan Call Feature, yaitu Freely collable bond adalah obligasi yang
dapat ditarik kembali oleh penerbitnya setiap waktu sebelum masa jatuh tempo, Non-collable bond yaitu setelah obligasi diterbitkan dan terjual tidak
dapat dibeliditarik kembali oleh penerbitnya sebelum obligasi tersebut jatuh tempo, Deffered collable bond adalah kombinasi antara freely collable bond
dan non-collable bond. 7.
Berdasarkan Konversi, dibagi menjadi Convertible bond yaitu obligasi yang dapat ditukarkan saham setelah jangka waktu tertentu dan Non-convertible
bond yaitu obligasi yang tidak dapat dikonversi menjadi saham.
2.1.4 Obligasi Syariah Sukuk
Secara terminologi shak sukuk adalah sebuah kertas buku atau catatan yang padanya terdapat perintah dari seseorang untuk pembayaran uang dengan
jumlah tertentu pada orang lain yang namanya tertera pada kertas tersebut. Kata sukuk
juga berasal dari bahasa Persia yaitu ‘jak’, lalu masuk dalam bahasa Arab dengan nama ‘shak’. Shak
adalah asal kata dari kata cek atau cheque yang terdapat dalam bahasa Inggris dimana ia pada dasarnya adalah surat hutang
Hamid, 2009. Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah
sebelumnya yang menggunakan istilah ‘bond’, dimana istilah bond mempunyai makna loan hutang, dengan menambahkan ‘Islamic’ maka sangat kontradiktif
maknanya karena biasanya yang mendasari mekanisme hutang loan adalah interest
, sedangkan dalam Islam interest tersebut termasuk riba yang diharamkan. Untuk itu sejak tahun 2007 istilah ‘bond’
ditukar dengan istilah sukuk sebagaimana disebutkan dalam peraturan di Bapepam LK Rodoni, 2009.
Pada dasarnya sukuk adalah suatu bentuk sekuritisasi aset. Berbeda dengan obligasi konvensional, di dalam transaksi sukuk harus dilandasi oleh aset yang
berwujud tangible asset. Pendapatan yang diperoleh dari sukuk ini pun berasal dari pemanfaatan dana yang tepat dan dijamin oleh aset yang riil. Di dalam
sukuk , underlying aset dibutuhkan sebagai jaminan bahwa penerbitan sukuk
didasarkan nilai yang sama dengan aset yang tersedia. Oleh karenanya, aset harus memiliki nilai ekonomis, baik berupa aset berwujud atau tidak berwujud,
termasuk proyek yang akan atau sedang dibangun. Adapun fungsi underlying
asset tersebut adalah : i untuk menghindari riba, ii sebagai prasyarat untuk
dapat diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder, dan iii akan menentukan jenis struktur sukuk. Dalam sukuk ijarah al muntahiya bittamliek atau ijarah-sale
and lease back , penjualan aset tidak disertai penyerahan fisik aset tetapi yang
dialihkan adalah hak manfaat beneficial title sedangkan kepemilikan aset legal title
tetap pada obligor. Pada akhir periode sukuk, SPV wajib menjual kembali aset tersebut kepada obligor.
Mengacu pada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor 130Bl2006 tentang Penerbitan Efek Syariah, sukuk
didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak
terbagi atas : 1 kepemilikan aset berwujud tertentu; 2 nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau 3 kepemilikan atas
aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu. Menurut Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial
Institution AAOIFI, 2002, sukuk adalah sertifikat yang menunjukkan nilai yang
sama setelah penutupan subscription, penerimaaan dari nilai atas sertifikat dan meletakkannya untuk digunakan sebagaimana rencana, pemilikan saham dan hak
atas asset yang nampak, penggunaan dan jasa, dan equity atas proyek yang disebutkan atau equity atas aktivitas investasi tertentu.
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara SBSN, Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan
terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing pasal 1. Menurut fatwa DSN No. 69DSN-MUIVI2008, Surat Berharga Syariah Negara
atau dapat disebut Sukuk Negara adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian kepemilikan aset.
Sedangkan Sukuk Negara Ritel adalah Surat Berharga Negara SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang diperuntukkan bagi investor
individu warga negara Indonesia. Sukuk Negara Ritel diterbitkan dalam bentuk tanpa warkat scripless, namun kepada para investor akan diberikan Surat Bukti
Kepemilikan. Dalam UU No.192008 dikatakan bahwa underlying asset adalah aset
SBSN, dimana aset SBSN adalah obyek pembiayaan SBSN danatau barang milik negara BMN yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah danatau bangunan
maupun selain tanah danatau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN. Adapun yang dimaksud barang milik
negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara APBN atau berasal dari perolehan lain yang sah.
Tujuan utama pemerintah menerbitkan sukuk negara adalah untuk membiayai APBN, termasuk membiayai pembangunan proyek. Sebagaimana disebutkan
pada pasal 4 UU SBSN bahwa tujuan SBSN diterbitkan adalah untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara termasuk membiayai pembangunan
proyek. Proyek yang dapat dibiayai dengan sukuk negara adalah sektor energi, telekomunikasi, perhubungan, pertanian, industri manufaktur, dan, perumahan.
Adapun manfaat dari penerbitan sukuk ini antara lain adalah :
1. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara;
2. Memperkaya instrumen pembiayaan fiskal.
3. Memperluas dan mendiversifikasi basis investor SBN.
4. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah di
dalam negeri. 5.
Mengembangkan alternatif instrumen investasi. 6.
Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah. 7.
Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara dan mendorong tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.
Departemen Keuangan sebagai pihak yang merepresentasikan pemerintah menegaskan bahwa dalam setiap penerbitan sukuk atau surat berharga syariah
negara, tidak ada aset negara yang dijual atau digadaikan. Ketentuan penggunaan aset negara sebagai underlying asset penerbitan
sukuk diatur dalam UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara adalah sebagai berikut : a.
Hanya hak manfaat atas aset SBSN yang dijualdisewakan kepada SPV yang dibentuk Pemerintah berdasarkan UU No. 19 tahun 2008.
b. Tidak ada pemindahan hak kepemilikan legal title BMN Barang Milik
Negara. c.
Tidak ada pengalihan fisik BMN, sehingga tidak mengganggu penyelenggaraan tugas kepemerintahan.
d. Aset SBSN bukan sebagai jaminan collateral.
Saat jatuh tempo Sukuk Negara atau terjadi default gagal bayar, BMN tetap dikuasai pemerintah berdasarkan purchase sale undertaking agreement.
DPR memberikan persetujuan atas jumlah SBSNSukuk Negara yang diterbitkan dan atas jumlah aset SBSN yang dipergunakan dalam penerbitan Sukuk Negara
dimaksud.
2.1.5 Perbandingan Sukuk dengan Produk Konvensional dan Obligasi
Adapun perbandingan sukuk dengan produk konvensional dan perbandingan sukuk dengan obligasi, disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Sukuk dengan Produk Konvensional PEMBANDING
SUKUK
Obligasi Surat obligasi murni
mewakili hutang kepada penerbit.
Sukuk mewakili pihak yang
memiliki aset yang berwujud atau jelas, kegiatan ekonomi
dan jasa. Saham
Saham mewakili pihak
yang memiliki seluruh
perusahaan. Sukuk
diterbitkan oleh perusahaan akan menunjukan
kepemilikan atas aset, proyek, jasa, dan kegiatan
tertentu terkait perusahaan. Produk Derivatif
Produk derivatif mewakili turunan berganda dari
kontrak yang berbeda yang dibuat berdasarkan kontrak
dasar utama. Sukuk
hanya berhubungan dengan satu kontrak dan
memelihara kesinambungan aset sepanjang waktu.
Sekuritisasi Sekuritisasi secara umum
berhubungan dengan peng- ubahan pinjaman dan
berbagai jenis tagihan menjadi sekuritas yang
dapat dipasarkan melalui penggabungan pinjaman
menjadi satu kesatuan kemudian menjual kepe-
milikannya. Sukuk
adalah sertifikat dengan nilai yang sama yang
mewakili bagian kepemilikan yang sepenuhnya terhadap
aset yang tangibel, manfaat dan jasa, kepemilikan aset
atas suatu proyek, atau kepemilikan dalam aktivitas
investasi khusus Standar AAOIFI.
Sumber : Adam 2006
Tabel 2.2 Perbandingan Sukuk dan Obligasi Deskripsi
Sukuk Obligasi
Penerbit Pemerintah dan
korporasi Pemerintah dan
korporasi Sifat instrumen
Sertifikat kepemilikan penyertaan atas suatu
aset investasi Instrumen pengakuan
utang surat utang
Penghasilan Imbalan bagi hasil
margin Bunga kupon capital
gain Jangka waktu
Pendek - menengah Menengah - panjang
Underlying Perlu
Tidak perlu Price
Market price Market price
Jenis investor Syariah dan
konvensional Konvensional
Pihak yang terkait Obligor, SPV, investor,
Obligor issuer ,
trustee investor
Penggunaan dana Harus sesuai syariah
Bebas Sumber : Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah
2.1.6 Sejarah Obligasi Syariah Sukuk
Dalam periode klasik, sukuk berasal dari bentuk jamak dalam bahasa Arab yakni ‘sak’ bermakna akta atau sertifikat kepemilikan. Sumber lain menyebutkan,
kata tersebut kemudian menjadi asal dari kata ‘cheque’ dalam bahasa Eropa yang berarti sebuah dokumen yang merepresentasikan sebuah kontrak contracts atau
pengalihan kepemilikan conveyance of rights, obligasi obligations atau kewajiban yang harus dipenuhi monies done berdasarkan prinsip syariah.
Namun demikian, fakta historis menunjukkan bahwa sukuk merupakan produk yang digunakan secara luas pada abad pertengahan Islam untuk
mentransfer kewajiban keuangan yang berasal dari perdagangan dan kegiatan komersial lainnya Kholis, 2011.
Literatur lain menceritakan hal senada bahwa sukuk secara umum digunakan untuk perdagangan internasional di wilayah muslim pada abad
pertengahan. Fakta historis menunjukkan bahwa sukuk secara nyata digunakan secara luas oleh masyarakat muslim pada abad pertengahan dalam bentuk surat
berharga yang mewakili kewajiban pembiayaan yang berasal dari perdagangan dan kegiatan komersial Kholis, 2011.
Dalam perkembangannya, upaya mengembangkan dan meluncurkan surat berharga mirip obligasi yang sesuai syariah dilakukan kembali pada 1978 oleh
Yordania. Pemerintah setempat mengizinkan Bank Islam Jordan menerbitkan obligasi Islami yang dikenal dengan obligasi mukharadah. Hal ini kemudian
diikuti dengan diterbitkannya Muqaradah Bond Act 1981. Upaya senada juga dilakukan Pakistan yang menerbitkan undang-undang UU khusus yang disebut
Peraturan tentang Perusahaan Mudharabah dan Aturan Pengembangan dan Kontrol Mudharabah 1980. Sayangnya, tidak satu pun dari semua upaya ini yang
menghasilkan aktivitas berarti karena minimnya infrastruktur yang sesuai dan kurangnya transparansi dalam pasar tersebut. Penerbitan obligasi Islam yang
pertama kali sukses adalah Government Investment Issues GII – sebelumnya dikenal dengan Government Investment Certificate GIC – yang dilakukan oleh
pemerintah Malaysia pada 1983. Namun, langkah inovasi yang ada lamban dan institusi finansial Islam saat itu tidak dapat mengembangkan pasar aktif bagi
sekuritas tersebut. Berikutnya, kesuksesan sekuritisasi aset dalam pasar konvensional menghadirkan kerangka yang justru dapat diaplikasikan untuk aset
Islam. Pada akhir 1990, struktur berbasis aset yang cukup diakui dalam bentuk sukuk
dikembangkan di Bahrain dan Malaysia. Struktur ini menarik perhatian investor dan peminjam karena dianggap kendaraan potensial untuk
mengembangkan pasar kapital Islam Kholis, 2011.
2.1.7 Jenis – Jenis Obligasi Syariah Sukuk
Sukuk dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk syariah
sebagai kontrak atau subkontrak utama, yang paling penting adalah shirakah,
ijarah , dan istisna’. Namun karena prinsip mudharabah adalah dasar untuk semua
sukuk , kategori lain dari sukuk adalah :
1. Sukuk Mudharabah Sanadatul Muqaradah
Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat menjadi instrumen dalam
meningkatkan partisipasi publik pada kegiatan investasi dalam suatu perekonomian. Jenis ini merupakan sertifikat yang mewakili proyek atau
kegiatan yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah dengan menunjuk pihak lain sebagai mudharib untuk manajemen bisnis.
2. Sukuk Musyarakah
Sukuk ini merupakan sertifikat nilai yang sama yang diterbitkan untuk
memobilisasi dana, yang digunakan berdasarkan persekutuanfirma sehingga pemegang-pemegangnya menjadi pemilik dari proyek yang
relevan atau memiliki aset berdasarkan bagian masing-masing yang merupakan bagian dari portofolio aset mereka.
3. Sukuk Ijarah
Sukuk ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan aset yang
keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat pada suatu kontrak sewa beli lease, sewa dimana pembayaran return pada pemegang sukuk.
4. Sukuk Istisna’
Istisna’ adalah perjanjian kontrak untuk barang-barang industri yang
memperbolehkan pembayaran tunai dan pengiriman di masa depan atau pembayaran di masa depan dan pengiriman di masa depan dari barang-
barang yang dibuat berdasarkan kontrak tertentu.
5. Sukuk Salam
Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga di muka, yang dibuat
untuk barang-barang yang dikirim kemudian. Tidak diperbolehkan menjual komoditas yang diurus sebelum menerimanya.
6. Sukuk Murabahah
Sukuk ini merupakan “sukuk berharga” yang mewakili obligasi moneter,
yang dikeluarkan untuk transaksi penjualan kredit oleh bank, tidak dapat menciptakan instrumen yang dapat diperjualbelikan. Sukuk murabahah ini
lebih memungkinkan digunakan untuk hal yang berhubungan dengan pembelian barang untuk sektor publik.
7. Sukuk Portofolio Gabungan Sekuritas
Bank dapat membuat sekuritas gabungan dari kontrak musyarakah, ijarah, dan beberapa mudharabah, salam, istisna’, dan ju’alah kontrak untuk
melaksanakan tugas tertentu dengan menetapkan pembayaran pada periode tertentu. Returnrisiko pada sekuritas tersebut akan bergantung pada
gabungan kontrak yang dipilih.
2.1.8 Ketentuan Umum Obligasi Syariah Sukuk
Dalam pelaksanaannya, obligasi syariah memiliki beberapa ketentuan, yaitu :
1. Pelaksanaan obligasi syariah mulai dari awal sampai akhir harus terhindar dari
format dan substansi akad yang berkaitan dengan riba pembungaan uang dan gharar
spekulasi murni atau terdapat unsur judi. 2.
Transaksi obligasi syariah harus berdasarkan konsep muamalah yang sejalan syariah seperti akad kemitraan musyarakah dan mudharabah, jual beli
barang murabahah, salam, dan istishna’, atau jual beli jasa. 3.
Usaha yang dilakukan emiten berhubungan dengan dana sukuk yang dikelola harus terhindar dari semua unsur-unsur non halal.
4. Pemberian pendapatan dapat dilakukan secara periodik sesuai karakter
masing-masing akad. 5.
Tidak semua sertifikat sukuk dapat diperjualbelikan dan tidak semua pendapatan dapat bersifat mengambang floating atau indikatif.
6. Pengawasan terhadap pelaksanaan dilaksanakan oleh DPS Dewan Pengawas
Syariah dan aspek syariah dan oleh wali amanat dari segi operasional lapangan khususnya terhadap usaha emiten.
7. Apabila emiten melakukan kelalaian atau melanggar syarat perjanjian,
dilakukan pengembalian dana investor dan dibuat surat pengakuan utang. 8.
Jasa asuransi syariah dapat digunakan sebagai alat perlindungan risiko aset sukuk.
Pada dasarnya ketentuan-ketentuan umum obligasi syariah harus terpenuhi guna tercapainya tujuan syariah. Ketentuan di atas menjelaskan bahwa sudah
seharusnya obligasi syariah yang dipraktikkan selama ini berjalan tanpa riba,
sesuai dengan akad dalam muamalah, ditempatkan di sektor usaha yang halal, serta diawasi secara ketat oleh Dewan Pengawas Syariah.
2.1.9 Prinsip Obligasi Syariah Sukuk
Sejalan dengan ketentuan-ketentuan di atas. Maka ada beberapa prinsip yang seharusnya dilaksanakan dalam praktik obligasi syariah.
Beberapa prinsip yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : 1.
Pembiayaan hanya untuk suatu transaksi atau suatu kegiatan usaha yang spesifik dimana harus dapat diadakan pembukuan yang terpisah untuk
menentukan manfaat yang timbul. Hasil investasi yang akan diterima pemilik dana merupakan fungsi dari manfaat yang diterima dari danaharta hasil
penjualan sukuk, bukan dari kegiatan usaha yang lain. 2.
Bila pemilik dana tidak harus menaggung rugi maka pemilik dana harus mengikat diri akad jaiz untuk menanggung semua biaya dari kegiatan usaha
yang melebihi pendapatan usaha. 3.
Pemilik dana dapat menerima dari pendapatan revenue sharing bila pemilik usaha emitten mengikat diri untuk membatasi penggunaan pendapatan
sebagai biaya usaha.
2.1.10 Konsep Dasar Syariah
Penerapan prinsip syariah terhadap sukuk tentunya bersumber dari Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad Saw. Selanjutnya,
dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah
pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara sesama manusia terkait perniagaan. Konsep dasar syariah ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Konsep Dasar Syariah
2.1.11 Landasan Hukum Syariah
Asal mula munculnya obligasi syariah sukuk ini tentu saja sangat berhubungan dengan landasan hukum syariah yang mengharamkan bunga riba
yang didapat dari obligasi konvensional non-syariah, oleh karena itu muncullah sukuk
sebagai alternatif obligasi yang halal menurut hukum syariah.
Adapun beberapa landasan hukum syariah tersebut adalah : -
“Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah
kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. Q.S. Al-
Baqarah : 275 -
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa”. Q.S. Al-Baqarah : 276 -
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang yang beriman”.
Q.S. Al-Baqarah : 278 -
“Maka jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat dari pengambilan riba, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya dirugikan”. Q.S. Al-Baqarah
: 279
- “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda, dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. Q.S. Ali-Imran: 130.
- “Dan sesuatu riba tambahan yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak bertambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka yang berbuat demikian itulah orang- orang yang melipatgandakan pahalanya”. Q.S. Ar Rum: 39
- “Dari Jabir ra, bahwa Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan
riba, orang yang memberikannya, pencatatnya dan saksi-saksinya.” Kemudian beliau berkata, “Mereka semua adalah sama”. H.R. Muslim
- Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW berkata, “Jauhilah tujuh
perkara yang membinasakan” Para sahabat bertanya, “Apa saja tujuh perkara tersebut wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Menyekutukan
Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT kecuali dengan jalan yang benar, memakan riba, mamakan harta anak yatim, lari dari
medan peperangan dan menuduh berzina pada wanita-wanita mu’min yang sopan yang lalai dari perbuatan jahat”. H.R. Muttafaqun Alaih.
2.1.12 Daftar Sukuk dan SBSN
Adapun daftar sukuk dan SBSN berdasarkan Daftar Efek Syariah periode terbaru yang telah diterbitkan Bapepam LK adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 Daftar Sukuk Berdasarkan Daftar Efek Syariah
No. Nama Sukuk
Penerbit
1. Obligasi Syariah Ijarah PLN I Tahun 2006 PT Perusahaan Listrik Negara
Persero 2.
Sukuk Ijarah Indosat II Tahun 2007
PT Indosat Tbk 3.
Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker Tahun
2007 PT Berlian Laju tanker Tbk
4. Sukuk
Mudharabah I Adhi Tahun 2007 PT Adhi Karya Persero Tbk
5. Sukuk
Ijarah PLN II Tahun 2007 PT Perusahaan Listrik Negara
Persero 6.
Sukuk Ijarah Indosat III Tahun 2008
PT Indosat Tbk 7.
Sukuk Mudharabah I Mayora IndahTahun
2008 PT Mayora indah Tbk
8. Sukuk
Ijarah I Summarecon Agung Tahun 2008
PT Summarecon Agung Tbk
9. Sukuk
Ijarah Aneka Gas Industri I Tahun 2008
PT Aneka Gas Industri
10. Sukuk Ijarah Metrodata Electronics ITahun 2008
PT Metrodata Electronics Tbk
11. Sukuk Subordinasi Mudharabah Bank Muamalat Tahun 2008
PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk
12. Sukuk Ijarah PLN III Tahun 2009 seri A PT Perusahaan Listrik Negara
Persero 13. Sukuk Ijarah PLN III Tahun 2009 seri B
PT Perusahaan Listrik Negara Persero
14. Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II Tahun 2009 Seri A
PT Matahari Putra Prima Tbk
15. Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II Tahun 2009 Seri B
PT Matahari Putra Prima Tbk
16. Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II Tahun PT Berlian Laju Tanker Tbk
No. Nama Sukuk
Penerbit
2009 Seri A 17. Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II Tahun
2009 Seri B PT Berlian Laju Tanker Tbk
18. Sukuk Ijarah I Bakrieland Development Th. 2009 seri B
PT Bakrieland Development Tbk
19. Sukuk Ijarah Salim Ivomas Pratama I Tahun 2009
PT Salim Ivomas Pratama
20. Sukuk Ijarah Pupuk Kaltim I Tahun 2009 PT Pupuk Kalimantan Timur
21. Sukuk Ijarah Indosat IV Tahun 2009 Seri A
PT Indosat Tbk
22. Sukuk Ijarah Indosat IV Tahun 2009 Seri B PT Indosat Tbk 23. Sukuk Ijarah Mitra Adiperkasa I Tahun
2009 Seri A PT Mitra Adiperkasa Tbk
24. Sukuk Ijarah Mitra Adiperkasa I Tahun 2009 Seri B
PT Mitra Adiperkasa Tbk
25. Sukuk Ijarah PLN IV Tahun 2009 Seri A PT Perusahaan Listrik
NegaraPersero 26. Sukuk Ijarah PLN IV Tahun 2009 Seri B
PT Perusahaan Listrik NegaraPersero
27. Sukuk Ijarah Titan Nusantara I Tahun 2010 PT Titan Petrokimia Nusantara 28. Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri A
PT Perusahaan Listrik Negara Persero
29. Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri A PT Perusahaan Listrik Negara
Persero 30. Sukuk Mudharabah I Bank Nagari Tahun
2010 PT Bank Pembangunan Daerah
Sumatra Barat Bank Nagari 31. Sukuk Mudharabah Bank Sulselbar
I Tahun 2011 PT Bank Pembangunan Daerah
Sulawesi Selatan Sumber : Bapepam dan LK
Tabel 2.4 Daftar SBSN Berdasarkan Daftar Efek Syariah
No. SBSN
Tahun Terbit Penerbit
1. SBSN Seri IFR0001
2008 Pemerintah RI
2. SBSN Seri IFR0002
2008 Pemerintah RI
3. SBSN Seri IFR0003
2009 Pemerintah RI
4. SBSN Seri IFR0004
2009 Pemerintah RI
5. SBSN Seri IFR0005
2009 Pemerintah RI
6. SBSN Seri IFR0006
2009 Pemerintah RI
7. SBSN Seri IFR0007
2009 Pemerintah RI
8. SBSN Seri IFR0008
2009 Pemerintah RI
9. Sukuk
Ritel Seri SR-0001 2010
Pemerintah RI 10.
Sukuk Ritel Seri SR-0002
2010 Pemerintah RI
11. Sukuk
Global SNI 14 2010
Pemerintah RI 12.
Sukuk Ritel Seri SR-0003
2011 Pemerintah RI
13. SBSN Seri IFR 0009
2011 Pemerintah RI
14. SBSN Seri IFR 0010
2011 Pemerintah RI
15. SPN - S03022012
2011 Pemerintah RI
Sumber: Bapepam dan LK
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Sejumlah penelitian mengenai pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah sukuk di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu
dengan hasilnya masing-masing. Ikhtisar beberapa hasil penelitian terdahulu terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian
Hasil Penelitian Tim Studi Investasi
Syariah di Pasar Modal Indonesia
2004 Studi Tentang
Investasi Syariah di Pasar Modal
Indonesia. Perkembangan kegiatan investasi
syariah di pasar modal Indonesia masih tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan kemajuan yang telah dicapai oleh sektor
perbankan.
Devi Prasetya 2008
Analisis Perbedaan Kinerja Perusahaan
Sebelum dan Setelah Penerbitan Obligasi
Syariah Ijarah di Indonesia
Kinerja perusahaan setelah penerbitan obligasi syariah
menunjukkan perbedaan yang positif, dimana kinerja perusahaan
menjadi lebih baik.
Dr. Ir. H. Roikhan, M.A., M.M.
2009 Perkembangan
Transaksi Syariah Muamalah Pada
Sukuk
SBSN di Indonesia dan
Malaysia dalam Konsep
Kaffah Thinking.
Nilai Sukuk Indonesia SI pada tahun 2015 berada di atas Sukuk
Malaysia SM. Analisis kebijakan SI dipengaruhi oleh sensitivitas SBI
dan market share, sedangkan prospek SI diperoleh dari intervensi
struktural melalui insentif pajak dan penerbitan SBSN.
Hasan Fawzi 2010
Valuasi Harga Pasar Wajar Sukuk.
Valuasi harga pasar wajar sukuk dipengaruhi oleh kualitas dan
perkembangan kondisi asetnya, bukan kondisi penerbitnya.
Sumber: diolah penulis, 2011
2.3 Kerangka Konseptual