Tekstur tanah Drainase permukaan Kejenuhan basa

• Yang berkondisi remah-sedang, tanah yang demikian kondisinya cendrung tampak agak bergumpal, susunan lapisan-lapisan tanah tampak ada yang dalam keadaan agregasi atau bergumpal dan terdapat pula porus yang berlubang-lubang, memudahkan air menerobos menyerap ke dalam lapisan- lapisan tanah sebelah bawah. Keadaan yang demikian tidak begitu menyulitkan bagi pengolahan tanah untuk kepentingan usaha tani, ataupun bagi pekerjaan pemindahan tanah. Kartasapoetra, 1987. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan air tanah. Setyamidjaja, 1999.

3. Tekstur tanah

Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir 2 mm- 50µ, debu 50- 2µ, dan liat 2µ di dalam tanah. Di dalam segitiga tekstur terdapat 12 kelas tekstur di dalamnya yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liar berpasir, liat berdebu, dan liat. Apabila disamping kelas tekstur tersebut tanah mengandung krikil 2 mm sebanyak 20 -50 maka tanah disebut sangat berkrikil Hardjowigeno, 1993. 4. Konsistensi tanah Menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya dari luar. Penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kandungan air dari tanah yaitu apakah tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering Hardjowigeno,1993. Universitas Sumatera Utara

5. Drainase permukaan

Adalah cara pengumpulan dan pembuangan air dari permukaan tanah. Tipe drainase ini cocok untuk daerah rendah yang menerima limpahan air dari daerah yang lebih tinggi, dan daerah-daerah yang tanah yang impermeable sehingga kapasitas melewatkan kelebihan air ke dalam profil tanahnya rendah Hakim dkk, 1986.

6. Bahaya Erosi

Untuk memprediksi besarnya erosi dapat diketahui dengan berbagai metode seperti metode USLE, metode Wischmeier dan Smith dan metode Bouyoucos. Metode untuk menghitung besarnya erosi tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Bouyoucos yaitu jumlah fraksi pasir ditambah fraksi debu dibagi fraksi liat menurut Zachar 1982, sebagai berikut: E = Pasir + Debu Liat

b. Sifat KimiaTanah 1. Kapasitas Tukar Kation tanah

Didefenisikan sebagai kapasitas tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation. KTK biasanya dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gram. Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menukar kation yang dijerap. Jumlah yang dijerap sering tak setara dengan yang ditukarkan. Ion-ion divalent biasanya diikat lebih kuat daripada ion-ion monovalen sehingga sulit untuk dipertukarkan Tan, 1998. 2. pH tanah Kemasaman tanah berakibat langsung terhadap tanaman karena meningkatnya kadar ion-ion hidrogen bebas. Tanah akan tumbuh dan berkembang dengan baik Universitas Sumatera Utara dengan pH optimum yang dikehendakinya. Apabila pH jenis tanaman itu tidak sesuai dengan fisiologi, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Kemasaman tanah berakibat pula terhadap baik atau buruknya atau cukup kurangnya unsur hara yang tersedia, dalam hal ini pH sekitar 6,5 tersedianya unsur hara dinyatakan paling baik. Pada pH di bawah 6,0 unsur P. Ca, Mg, Mo dinyatakan buruk sekali, pada pH rendah ketersediaan Al, Fe, Mn, Bo akan meningkat, yang dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991.

3. Kejenuhan basa

Menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation kation basa dan kation asam yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut. Kejenuhan Basa KB = 100 x asam kation basa kation Jumlah basa kation - kation Jumlah + = 100 x KTK basa ation Jumlah Kation-kation basa umumnya merupakan hara yang diperlukan tanaman. Disamping itu basa-basa umumnya mudah tercuci, sehingga dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut bamyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur Hardjowigeno, 1993. 4. C-organik Kandungan C-organikdalam tanah dapat ditentukan dengan metoda pembakaran kering atau pembakaran basah. Pembakaran kering dilakukan dengan membakar contoh tanah, kemudian mengukur CO 2 yang dilepaskan. Hasilnya secara kuantitatif lebih tepat dari pembakaran basah. Pembakaran basah dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara mengoksidasi dengan asam khromat dengan jumlah berlebihan, kemudian dilakukan titrasi terhadap kelebihan oksidan tersesbut metode Walkley-Black. Hasilnya lebih bersifat semikuantitatif, tetapi dapat dilakukan dengan cepat dan sederhana. Nitrogen biasanya ditentukan dengan metode Kjedahl Hardjowigeno, 1993. Peningkatan kualitas dan kuantitas komoditas pangan antara lain dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi lahan. Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan membandingkan persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas karakteristik lahan. Pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan itu sendiri dapat menghambat proses bercocok tanam yang dilakukan dan pada akhirnya dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya gagal panen Nina dkk, 2009. Metoda Matching pencocokan yaitu setelah data karakteristik lahan tersedia, maka prosesnya adalah dengan cara matching mencocokkan antara karakteristik lahan pada setiap Satuan Peta Tanah SPT dengan persyaratan tumbuhpenggunaan lahan Sofyan dkk 2007. Menurut Sofyan dkk 2007 prosedur evaluasi lahan dengan mengunakan metode Matching dilakukan beberapa tahab, yaitu: a penyusunan karakteristik lahan, b penyusunan persyaratan tumbuh tanaman penggunaan lahan, c proses evaluasi kesesuaian lahan matching, d kesesuaian lahan terpilih penentuan arahan penggunaan lahan untuk tanaman tahunan. Kriteria persyaratan tumbuh tanaman salak diperoleh dari buku Kriteria Kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian terbitan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. Dasar pembagian tingkat kesesuaian lahan mengacu pada pembagian Kesesuaian lahan menurut prosedur CSR FAO Susanto dkk, 2011. Universitas Sumatera Utara Kriteria persyaratan tumbuh tanaman salak untuk komoditas pertanian menurut Pusat Peneitian Tanah dan Agroklimat Bogor dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak Persyaratan penggunaan Karakteristik lahan Kelas Kesesuaian lahan S1 S2 S3 N Temperatur tc Temperarur rerata 22 – 28 28 – 34 18 - 22 34 - 40 15 - 18 40 15 Ketersediaan air wa Curah hujan mm 1000-2000 500-1000 2000-3000 250-500 3000-4000 250 4000 Ketersediaan oksigen oa Drainase Baik-sdg Agak terhambat Terhambat agak cepat Sangat terhambat, Cepat Media perakaran rc Tekstur Bahan kasar Kedalaman tanah cm Halus, agak halus, sedang 15 75 - 15 – 35 75 Agak kasar, Sgt halus 35 – 55 50 - 75 Kasar 55 50 Gambut: Ketebalan cm Kematangan 60 Saprik 60 – 140 Saprik, hemik 140 – 200 Hemik, fibrik 200 400 Retensi hara nr Ktk liat cmol Kejenuhan basa pH H 2 O C-organik 16 35 6,0 – 7,0 1,2 16 20 – 35 4,5 – 6,0 7,0 – 7,5 0,8 – 1,2 20 4,5 7,5 0,8 Toksisitas xc Salinitas 4 4 – 6 6 – 8 8 Sodisitas xn AlkalinitasESP 15 15 – 20 20 – 25 25 Bahaya sulfidik xs Kedalaman sulfid cm 125 100 – 125 60 – 100 60 Bahaya Erosi eh Lereng 5 Bahaya erosi 8 Sgt rendah 8 – 16 Rendah- sdg 16 – 30 Berat 30 Sgt berat Bahaya banjir fh Genangan F0 F1 F2 F2 Penyiapan Lahan Batuan di permuk Singkapan batuan 5 5 5 – 15 5 - 15 15 – 40 15 - 25 40 25 Sumber : BPT, 2003 Universitas Sumatera Utara

D. Aplikasi GPS dan GIS dalam Evaluasi Lahan

Global Positioning System GPS adalah sistem radio navigasi dan penetuan posisi dengan menggunakan satelit. Sistim ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan informasi mengenai waktu secara kontiniu. GPS terdiri dari tiga segmen utama, segmen angkasa space segmen yang terdiri dari satelit- satelit GPS, segmen sistem kontrol control segmen yang terdiri dari stasion-stasion pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai user segmen yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal GPS Robinson dkk, 1995. Sistem GPS terdiri dari 24 satelit. Konstelasi 24 satelit GPS tersebut menempati 6 orbit yang mengelilingi bumi dengan sebaran yang telah diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai probabilitas kenampakan setidaknya 4 satelit yang bergeometri baik dari setiap tempat di permukaan bumi di setiap saat. Satelit GPS mempunyai ketinggian rata-rata di atas permukaan bumi sekitar 20.200 km. Satelit GPS memiliki berat lebih dari 800 kg, bergerak dengan kecepatan sekitar 4 kmdet dan mempunyai priode 11 jam 58 menit Wolf, 2002. Menurut Robinson dkk 1995 konsep dasar pada penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi pengikatan ke belakang dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara similtan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Pada pelaksaanaan pengukuran penentuan posisi dengan GPS, pada dasarnya ada dua jenistipe alat penerima sinyal satelit receiver GPS yang dapat digunakan, yaitu : a Tipe Navigasi digunakan untuk penentuan posisi yang tidak menuntut ketelitian tinggi, b Tipe Geodetik digunakan untuk penentuan posisi yang menuntut ketelitian tinggi. Universitas Sumatera Utara