Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Di Tapanuli Selatan
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SALAK SIDIMPUAN DI
TAPANULI SELATAN
TESIS
YUSRIANI NASUTION
NIM. 107001028
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SALAK SIDIMPUAN DI
TAPANULI SELATAN
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pertanian Pada Program Studi Agroekoteknologi
Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh :
YUSRIANI NASUTION NPM : 107001028
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM PACASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul : Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan
Nama Mahasiswa : Yusriani Nasution Nomor Induk : 107001028
Program Studi : Agroekoteknologi
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP
Ketua Anggota
Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D.
Ketua Program Studi Dekan
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS
(4)
Telah diuji pada hari : Senin
Tanggal : 11 Pebruari 2013
__________________________________________________________________
Panitia Penguji Tesis:.
Ketua : Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D.
Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, MS Dr. Ir. Lollie Agustina, P. Putri, M.Si Luthfi AM. S iregar, SP. M.Sc. Ph.D
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Agustus 1969 di Batang Angkola Tapanuli
Selatan Provinsi Sumatera Utara merupakan anak tunggal dari pasangan Alm Abdul
Rahim Nasution dan Alm Hj. Maslia Panggabean.
Penulis menempuh penddidikan formal yaitu SD Muhammadiyah 2
Padangsidimpuan dan lulus Tahun 1982, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri III
Padangsidimpuan dan lulus Tahun 1985, dan menyelesaikan pendidikan di SMU
Negeri II Padangsidimpuan dan lulus pada Tahun 1988. Penulis melanjutkan
pendidikan pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dan
lulus pada Tahun 1993. Pada Tahun yang sama penulis diterima menjadi staf
pengajar pada Fakultas Pertanian UGN Padangsidimpuan.
Pada Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Strata-2 di Universitas
Sumatera Utara program Magister pada program studi Agroekoteknologi di Fakultas
Pertanian. Pada tanggal 11 Pebruari 2013, penulis berhasil menyelesaikan
pendidikan Strata-2 di Universitas Sumatera Utara dengan judul tesis ” Evaluasi
Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan”, di bawah bimbingan
Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Rahmawaty, S.Hut. M.Si. Ph.D selaku Dosen Pembimbing II.
(6)
ABSTRAK
Yusriani Nasution. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan. Dibimbing oleh Abdul Rauf dan Rahmawaty
Penelitian “Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan” dilakukan untuk mempertahankan maskot Sidimpuan akan salak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman salak Sidimpuan dan pemetaan lahan salak Sisimpuan sesuai kemampuan dan daya dukung lahan, melihat pengaruh faktor sifat fisik tanah terhadap produksi tanaman salak, dilaksanakan mulai Juli sampai Agustus 2012. Enam Kecamatan sebagai lokasi pada tigapuluh titik pengambilan sampel tanah dengan metode penilaian kesesuaian lahan dengan proses matching hukum minimum dan analisis regresi linear dan pemetaan kesesuaian lahan menggunakan program Sistim Informasi Geografi. Hasil penelitian dari evaluasi kesesuaian lahan aktual adalah sebanyak sepuluh lokasi yang tergolong S3 yaitu sesuai marginal dan dua puluh lokasi tergolong N yaitu tidak sesuai, sedangkan kesesuaian lahan potensial tanaman salak adalah delapan lokasi tergolong S2.tc.wa dan S2.rc.eh, duapuluh satu lokasi umumnya tergolong S3.rc.eh dan golongan N hanya pada satu lokasi yaitu N.rc.. Kesesuaian lahan potensial S2 terdiri dari Kecamatan Marancar, Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Angkola Selatan, sedangkan golongan S3 meliputi Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Angkola Selatan dan Batangtoru.
(7)
Abstract
Yusriani Nasution. Land Suitability Evaluation For Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan, supervised by Abdul Rauf and Rahmawaty..
Land suitability evaluation for Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan district is important to defended Sidimpuan as Salak City . This study aimed to evaluate land suitability for Salak Sidimpuan and land suitability salak Sidimpuan map in Tapanuli Selatan, observed influence soil characteristic to the yield. There were six subdistricts at thirty samples used survey method land suitability evaluation with law of minimum matching process, Arc View Gis Program and Regression Analysis. This result indicated that actual land suitability salak Sidimpuan were ten sites appertain marginally suitable (S3) and twenty sites appertain not suitable (N) whereas potensial land suitability were eight sites appertain moderately suitable with temperature and water availability limitation (S2.tc.wa) and moderately suitable with root zone medium and erosion hazard limitation ( S2.rc.eh ), twenty one site appertain S3 and one site only appertain not suitable with root zone medium limitation ( N.rc ). Meanwhile, Potensial land suitability S2 were consisted of Marancar, Batang Angkola and Angkola Selatan Subdistrict whereas appertain S3 included Angkola Barat and Angkola Timur, Angkola Selatan and Batangtoru Subdistricts.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun thesis yang berjudul : “ Evaluasi Kesesuaian
Lahan Salak Sidimpuan Di Tapanuli Selatan”.
Selama berlangsungnya kegiatan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai fihak. Melalui lembaran
ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku ketua komisi Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik yang bersifat
membangun.
2. Rahmawaty, S. Hut. M.Si. Ph.D selaku anggota komisi Pembimbing atas
kesabaran, bimbingan dan motivasi yang diberikan pada penulis terutama
dalam hal penulisan hingga terselesaikannya tesis ini.
3. Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, MS selaku Dosen Penguji I dan
Luthfi AM. Siregar, SP. M.Sc. Ph.D selaku Dosen Penguji II atas semua
masukan yang diberikan.
4. Suamiku tercinta Muhammad Asmin Nasution yang selalu mendorong,
mendukung dan mendoakan penulis dan setia mendampingi penulis
hingga terselesaikannya tesis ini.
5. Anak-anakku tercinta (Khairiyah, Abdillah, Rafiq dan Azis ) sebagai
permata hati dan keberadaannya menjadi motivator bagi penulis.
6. Rekan-rekan mahasiswa pasca (Pak Darmadi, Sriwinaty, Idasari, Lanna,
Mastiagom, Nini, Erlina dan Asri Darmansyah) dengan kebersamaannya
(9)
menyelesaikan tesis ini.
7. Kak Hj. Yuliani Hrp yang banyak membantu penulis dan memberi
dukungan moril.
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, penulis menyadari
bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua fihak yang membutuhkan.
Medan, Pebruari 2013
Penulis
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Hipotesis ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Tanaman Salak dan Pengembangannya ... 5
B. Tapanuli Selatan sebagai Sentra Komoditi Salak ... 8
C. Evaluasi dan Pemetaan Klas Kesesuaian Lahan Salak ... 11
D. Aplikasi GIS dalam Evaluasi Lahan... 19
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 22
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
B. Bahan dan Alat Penelitian ... 22
C. Tahapan Penelitian... 24
D. Metode Penelitian ... 25
1. Metode Pengumpulan Data ... 25
2. Tahab Analisa Data ... 26
3. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 27
4. Analisis Regresi Linear Berganda ... 27
5. Analisis GIS Untuk Menentukan Kesesuaian Lahan ... 28
(11)
IV. HASIL DAN PEMBAHAN ... 30
A. Kualitas dan karakteristik Lahan ... 30
1. Iklim ... 30
2. Tanah ... 30
B. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Pada Tiga puluh Lokasi ... 32
C. Kesesuaian Lahan Tanaman Salak ... 37
D. Karakteristik Lahan Sebagai Faktor Pembatas Dalam Evaluasi Lahan Salak ... 40
E. Hubungan Produksi dengan Persentase Kejenuhan Basa ... 43
F. Hubungan Produksi dengan kation-kation Basa ... 43
G. Hubungan Prouksi dengan Kapasitas Tukar Kation ... 44
H. Hubungan Produksi dengan C-organik ... 44
I. Hubungan Produksi dengan pH tanah ... 45
J. Hubungan Produksi dengan Kemiringan ... 45
K. Hubungan Produksi Salak dengan Karakteristik Tanah ... 45
L. Hubungan Hasil Kesesuaian Lahan dengan Hasil Analisa Regresi Linear ... 46
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 48
VI. DAFTAR PUSTAKA ... 49
VII. LAMPIRAN ... 52
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan Berdasarkan
Luas Kecamatan ... 9
2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak ... 19
3. Tingkat Bahaya Erosi... 26
4. Pengertian Tingkat Kelas Kesesuaian Lahan... 28
5. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada Tiga Puluh Lokasi ... 32
6. Hubungan Produksi Salak dengan Kation-kation Basa... 44
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta Wilayah Tapanuli Selatan . ... 11
2. Lokasi Penelitian Pada Beberapa Kecamatan di Tapanuli Seltan Tapanuli Selatan ... 23
3. Rangkaian Kegiatan Evaluasi Lahan dengan Enam Lokasi Penelitian ... 24
4. Lokasi Penelitian Dengan Tiga Puluh Sampel Pegamatan... 31
5. Faktor Pembatas Pada Lokasi Penelitian ... 40
6. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Salak ... 41
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 1 Desa Pintu
Langit Kec. Angkola Timur ... 52 2. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Lokasi T-2 Desa Huraba Kecamatan
Angkola Timur ... 52 3. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 3 Desa Huta
Ginjang Kecamatan Angkola Timur ... 53 4. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-4 Desa Sibiobio
Kecamatan Angkola Timur ... 53 5. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 5 Desa Lubuk
Raya Kecamatan Angkola Timur. ... 54 6. Penilaian Kesesuaian lahan salak Sidimpuan Lokasi T-6 Dusun
Simpang Maropat Kecamatan Angkola Timur ... 54 7. Penilaian Kesesuaian Lahan salak Sidimpuan Lokasi T- 7 Desa Lobu
Kecamatan Angkola Barat ... 55 8. Penilaian kessuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-8 Desa Sitaratoit
Sanggarudang Kecamatan Angkola Barat ... 55 9. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 9 Desa Kobun
Bungus Kecamatan Angkola Barat ... 56 10.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-10 Desa
Hutakoje Kecamatan Angkola Barat ... 56 11.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-11 Desa Huta
Lambung Kecamatan Angkola Barat ... 57 12.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 12 Desa
Desa Tobotan Sanggarudang Kecamatan Angkola Barat... . 57 13.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak sidimpuan Lokasi T- 13 Desa
Tobotan Kecamatan Angkola Barat ... 58 14.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-14 Desa Lobu
layan kecamatan ngkola Barat ... 58 15. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 15 Desa Desa
Lobu layan Lombang Kecamatan Angkola Barat ... 59 16.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-16 Desa Sitinjak
Kecamatan Angkola Barat ... 59 17. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 17 Desa
Situmbaga Kecamatan Angkola Selatan ... 60 18. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 19 Desa
Situmbaga Tonga Kecamatan Angkola Selatan ... 60 19.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-19 Desa
(15)
Lampiran Halaman 20.Penilaian kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-20 Desa
Sibongbong Kecamatan Angkola Selatan ... 61
21.Penilaian kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-21 Desa Siamporik Kecamatan Angkola Selatan ... 62
22.Penilaian Kesesuiaian Lahan salak Sidimpuan Lokasi T- 23 Desa Siamporik Dolok Kecamatan Angkola Selatan... 62
23.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-23 Desa Siamporik Lombang Kecamatan Angkola Selatan ... 63
24.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 24 Desa Marancar Kecamatan Marancar ... 63
25.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-25 Desa Pasar Sempurna kecamatan Marancar ... 64
26.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-26 Desa Mombang Boru Kecamatan Marancar ... 64
27.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-27 Kelurahan Bintuju Kecamatan Batang Angkola ... 65
28.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-28 Kelurahan Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola ... 65
29.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-29 Desa Padang Lancat Kecamatan Batangtoru ... 66
30.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-30 Desa Padang Lancat Kobun pincur Kecamatan Batangtoru ... 66
31.Tabel Rataan Tahunan Curah hujan Kecamatan Angkola Barat, Batangtoru dan Batang Angkola ... 67
32.Neraca Air dalam Penentuan Surflus dan Defisit Air ... 68
33.Tabel Hasil Analisis Tanah Lokasi Penelitian dan Erosi Tanah Pada Tiap Lokasi ... 69
34.Titik Lokasi Penelitian pada 30 lokasi di enam (6) Kecamatan ... 70
35.Rataan Produksi Salak/Ton/Tahun Pada Tiga Puluh Lokasi ... 72
36.Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Hardjowigeno, 1995) ... 73
37.Peta Jenis Tanah Penelitian ... 74
38.Output Hubungan Produksi dengan Magnesium ... 75
39.Output Hubungan Produksi dengan Kalsium ... 76
40.Output Hubungan Produksi dengan Kalium ... 77
41.4Output Hubungan Produksi dengan Natrium ... 78
42.Output Hubungan Produksi dengan Kapasitas Tukar Kation ... 79
43.Output Hubungan Produksi dengan C-organik ... 80
44.Output Hubungan Produksi dengan pH tanah ... 81
(16)
Lampiran Halaman 46.Output Hubungan Produksi dengan Karakteristik Tanah ... 83 47.Gambar Pelaksanaan Penelitian ... 84
(17)
ABSTRAK
Yusriani Nasution. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan. Dibimbing oleh Abdul Rauf dan Rahmawaty
Penelitian “Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan” dilakukan untuk mempertahankan maskot Sidimpuan akan salak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman salak Sidimpuan dan pemetaan lahan salak Sisimpuan sesuai kemampuan dan daya dukung lahan, melihat pengaruh faktor sifat fisik tanah terhadap produksi tanaman salak, dilaksanakan mulai Juli sampai Agustus 2012. Enam Kecamatan sebagai lokasi pada tigapuluh titik pengambilan sampel tanah dengan metode penilaian kesesuaian lahan dengan proses matching hukum minimum dan analisis regresi linear dan pemetaan kesesuaian lahan menggunakan program Sistim Informasi Geografi. Hasil penelitian dari evaluasi kesesuaian lahan aktual adalah sebanyak sepuluh lokasi yang tergolong S3 yaitu sesuai marginal dan dua puluh lokasi tergolong N yaitu tidak sesuai, sedangkan kesesuaian lahan potensial tanaman salak adalah delapan lokasi tergolong S2.tc.wa dan S2.rc.eh, duapuluh satu lokasi umumnya tergolong S3.rc.eh dan golongan N hanya pada satu lokasi yaitu N.rc.. Kesesuaian lahan potensial S2 terdiri dari Kecamatan Marancar, Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Angkola Selatan, sedangkan golongan S3 meliputi Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Angkola Selatan dan Batangtoru.
(18)
Abstract
Yusriani Nasution. Land Suitability Evaluation For Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan, supervised by Abdul Rauf and Rahmawaty..
Land suitability evaluation for Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan district is important to defended Sidimpuan as Salak City . This study aimed to evaluate land suitability for Salak Sidimpuan and land suitability salak Sidimpuan map in Tapanuli Selatan, observed influence soil characteristic to the yield. There were six subdistricts at thirty samples used survey method land suitability evaluation with law of minimum matching process, Arc View Gis Program and Regression Analysis. This result indicated that actual land suitability salak Sidimpuan were ten sites appertain marginally suitable (S3) and twenty sites appertain not suitable (N) whereas potensial land suitability were eight sites appertain moderately suitable with temperature and water availability limitation (S2.tc.wa) and moderately suitable with root zone medium and erosion hazard limitation ( S2.rc.eh ), twenty one site appertain S3 and one site only appertain not suitable with root zone medium limitation ( N.rc ). Meanwhile, Potensial land suitability S2 were consisted of Marancar, Batang Angkola and Angkola Selatan Subdistrict whereas appertain S3 included Angkola Barat and Angkola Timur, Angkola Selatan and Batangtoru Subdistricts.
(19)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia tahun 2009, produksi salak di Indonesia mencapai 829.014 ton. Sebanyak
259.103 ton merupakan salak yang dihasilkan dari daerah Sumatera Utara. Jika
angka ini dihitung dalam bentuk persen maka daerah Sumatera utara mampu
menghasilkan buah salak sebanyak 31,25 % dari 829.014 ton jumlah buah salak.
Luas Kabupaten Tapanuli Selatan 4.352.86 km2 terdiri dari tiga kecamatan
sebagai sentra tanaman salak. Kecamatan Angkola Barat 194.60 km2 terdiri atas 80
desa dengan ketinggian dari 0 m dpl sampai 1925 m dpl (puncak Gunung Lubuk
Raya), Kecamatan Angkola Timur 192.60 km2 terdiri atas 30 desa dengan ketinggian
0 m dpl sampai 1800 m dpl dan Kecamatan Angkola Selatan 123.45km2
Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di Kecamatan Angkola
Barat, Angkola Timur dan Angkola Selatan. Luas pertanaman salak 13. 928 Ha
dengan produksi 236. 793 ton/ tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia
15. 000 Ha. Dengan demikian jika dihitung dengan persen maka produksi salak
Tapanuli Selatan 91, 39 persen dari produksi salak Sumatera utara.
terdiri atas
34 desa dengan ketinggian 0 m dpl sampai 1300 m dpl. Tapanuli Selatan merupakan
lintasan pegunungan Bukit Barisan yang sebagian wilayahnya berada di pantai Barat
Pulau Sumatera.
Sebagian besar petani salak yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Selatan
masih menerapkan sistem budidaya tradisional. Mereka menanam tanaman semusim
(20)
mengandalkan sumber daya alam yang ada. Petani biasanya tidak melakukan
perawatan yang intensif dan pemupukan.
Dari hasil wawancara dengan petani salak di Sidimpuan dan Tapanuli Selatan
didapatkan bahwa volume produksi dan perdagangan buah salak selama ini
mengalami penurunan. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah
fluktuasi demand pasar luar daerah dan domestik ; kendala-kendala kualitas dan
kuantitas (terutama tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan
teknik penanganan budidaya tanaman dan pasca panen buah, serta kendala-kendala
kontiniutas.
Sesuai dengan data BPS Padangsidimpuan tahun 2010 didapatkan bahwa
produksi salak Sidimpuan Kota tahun 2006 sebanyak 6500 ton, tahun 2007 menjadi
7250 ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 7000 ton. Dengan demikian penurunan
pada tahun ini sebesar 3,45 %.
Upaya mempertahankan maskot Sidimpuan akan salak dan sampai saat ini
belum ada kegiatan evaluasi kesesuaian lahan maka perlu dilakukan kegiatan
evaluasi kesesuaian lahan salak ditujukan untuk menilai sifat tanah dan menentukan
kendala utama serta alternatif pemecahannya dalam upaya meningkatkan
produktifitas tanah.
Kegiatan evaluasi kesesuaian lahan salak sangat dibutuhkan pada lahan sentra
tanaman salak maupun lahan lain di luar sentra salak yang mungkin bisa
(21)
B. Rumusan Masalah
Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan
mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Salak Sidimpuan (Salacca sumatrana) memiliki ciri khusus dimana buahnya berukuran lebih besar dan mempunyai rasa
manis-manis asam (sepat) dan berdaging putih kemerahan dibandingkan jenis salak
lainnya. Jenis salak ini mempunyai nilai komersial yang tinggi.
Permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini adalah penurunan volume produksi
dan perdagangan. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adanya
kendala-kendala kualitas, kuantitas dan teknik penanganan budidaya tanaman dan pasca
panen buah.
Sebagian besar tanaman salak ditanam penduduk dengan pengelolaan
secara tradisi turun temurun tanpa menurut aturan penanganan budidaya tanaman
yang tepat dengan penggunaan lahan salak tanpa adanya input, sistim budidaya
tanaman dengan tingkat kesesuaian lahan yang mungkin belum tepat terutama dari
aspek kesuburan tanah, agroklimat dan ketinggian tempat.
Pengembangan kebun salak sebagai usaha untuk pemecahan masalah ini
adalah dengan mengkaji tingkat kesuburan tanah dengan menganalisa sifat
fisika-kimia tanahnya. Selanjutnya setelah mendapatkan data tingkat kesuburan tanahnya
akan dilakukan penyusunan karakteristik lahan tanaman salak untuk evaluasi
kesesuaian lahan dan pemetaan dalam meningkatkan kembali produksi tanaman
salak Sidimpuan.
Kriteria penelitian kesesuaian lahan untuk tanaman mengikuti Petunjuk
Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Balai Penelitian Tanah, 2003).
(22)
(matching) antara kualitas lahan dan persyaratan penggunaan salak. Untuk mendapatkan model, informasi dan gambaran keruangan tentang tanaman salak yang
sesuai di Kabupaten Tapanuli selatan secara cepat dan akurat, maka dilakukan
kegiatan Pembuatan Peta dan Analisis Kesesuaian Lahan Menggunakan Metoda GIS
.C. Tujuan Penelitian
Penelitian Evaluasi kesesuaian lahan salak di Tapanuli Selatan ini
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengevaluasi dan memetakan lahan tanaman salak Sidimpuan sesuai
kemampuan dan daya dukung lahan.
2. Melihat pengaruh faktor sifat tanah terhadap produksi tanaman salak.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian Evaluasi kesesuaian lahan salak Sidimpuan
ini diharapkan sebagai berikut :
1. Merupakan langkah strategi bagi pengembangan budidaya salak untuk
mendapatkan peningkatan produktifitas.
2. Tersedianya informasi yang cukup bagi berbagai fihak yang berkepentingan.
E. Hipotesis
1. Tanaman salak yang ditanam di Sidimpuan memiliki kelas kesesuaian lahan
yang tergolong Sangat Sesuai (S1).
2. Pemetaan klas kesesuaian lahan salak Sidimpuan akan mendapatkan lokasi
yang sesuai di luar sentra salak di Tapanuli Selatan.
3. Sifat kimia tanah memiliki hubungan yang signifikan terhadap produksi salak
(23)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Salak dan Pengembangannya
Salak termasuk famili palmae, serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren (enau), palem, pakis yang bercabang rendah dan tegak. Batangnya hampir tidak
kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang
yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga
buah salak dalam jumlah yang banyak (Moch, 2001).
Tanaman salak tumbuh merumpun, berbatang sangat pendek, tertutup oleh
pelepah-pelepah daun, dan seluruh permukaan tanaman ditutupi duri-duri yang
tajam. Siklus hidup tanaman salak tahunan (perennial), bahkan masyarakat Sibetan (Bali) menyebut tanaman salak tidak pernah tua atau disebut “ Tua-tua salak, jika
rebah tanaman akan muda kembali dan berproduksi”. Hal ini menunjukkan bahwa
bila tanaman salak sudah berumur tua dan produksinya menurun dapat diremajakan
kembali dengan cara direbahkan, kemudian dipangkas untuk menumbuhkan
tunas-tunas atau tanaman baru (Rahmat, 2003).
Daun salak tersusun roset, pelepah bersirip terputus-putus dan panjangnya
sekitar 2,5 – 7 meter. Bentuknya seperti pedang, pangkal daun menyempit dan
cembung. Pada bagian bawah dan tepi tangkai daun berduri tajam. Besarnya
bervariasi tergantung varietasnya dan berwarna hijau (Nazaruddin dan Regina,
1992).
Tanaman salak termasuk golongan berumah dua (dioesis), karangan bunga
terletak dalam tongkol majemuk yang muncul di ketiak daun, bertangkai, mula-mula
tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai menjadi serupa
(24)
silindris yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm dengan banyak bunga
betina 20-30 cm, bertangkai panjang terdiri atas 1-3 bulir yang panjangnya mencapai
10 cm (TKTM, 2011).
Menurut Verheij dan R.E, (1997) buah tipe buah batu berbentuk segitiga
agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing dipangkalnya dan membulat di ujungnya,
panjangnya 2,5-10 cm terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning coklat sampai
coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil
yang mudah putus di ujung masing-masing sisik (Seenis, 1981). Dinding buah
tengah tebal berdaging, kuning krem sampai keputihan, berasa manis, masam, atau
sepat. Biji 1-3 butir, coklat sampai kehitaman, keras, 2-3 cm panjangnya.
Tanaman salak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa, bcd, Babc
dan Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12bulan/ tahun). B. 8-10
bulan/tahun dan C. 5-7 bulan/ tahun. Curah hujan rata-rata 200-400 mm/ bulan.
Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah,
serta membutuhkan tingkat kebasahan/kelembaban tinggi. Tanaman salak tidak
tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70% karena itu
diperlukan adanya tanaman peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-30o
Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab. Derajat
keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5-7,5. Kebun salak
tidak tahan terhadap genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan
kelembaban tinggi. Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl
(BPPIptek, 2010).
C. Salak
(25)
Tanaman salak akan menunjukkan penampilan tanaman yang sesuai dengan
keadaan faktor lingkungan, faktor iklim, tanah dan topografi saling berkaitan
mempengaruhi fungsi fisiologi dan morfologi. Salak akan tetap berusaha
mendapatkan kebutuhan khususnya selama hidup, walaupun faktor-faktor yang
diinginkannya ini tidak mendukung. Oleh karena itu, usaha untuk medapatkan
kebutuhan khususnya ini sulit dalam lingkungan yang tidak sesuai, maka akan terjadi
beberapa perubahan morfologi dan fisiologi pada tanaman salak walaupun dalam
jenis yang sama dalam lingkungan yang berbeda penampilan salak dapat berbeda
pula (TKTM, 2010).
Rahmat (2003) menyatakan bahwa ciri-ciri visual buah salak yang layak
dipanen pada stadium matang di pohon adalah warna kulit buah bersih dan
mengkilat, bila dipegang atau dipijat terasa empuk dan kulitnya tidak kasar, serta
beraroma khas, bahkan kadang-kadang kelihatan retak. Disamping itu, bila sudah
dikupas warna bijinya coklat kehitam-hitaman, daging buahnya kenyal atau empuk,
dan duri-duri kecil buah sudah tumpul, sisik kulit luarnya sudah melebar, dan bila
dipetik mudah terlepas dari tangkai buah.
Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu musim
tanam adalah 15 ton per hektar, sedang masa panennya terdapat terdapat 4 musim :
(1) panen raya pada bulan November, Desember dan Januari (2) panen sedang pada
bulan Mei, Juni dan Juli (3) panen kecil pada bulan Pebruari, Maret dan April (4)
masa kosong/ istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober
(BPPIptek, 2010).
Sebagai tanaman asli Indonesia, salak mempunyai masa depan yang cerah
(26)
Indonesia produksi buah ini mengalami peningkatan yang tajam dari tahun 1983-
1987. Bila di tahun 1983 produksinya hanya 52.014 ton dan menurun sedikit di tahun
1984 menjadi 46.456, maka pada tahun-tahun berikutnya produksi buah salak
melonjak dengan pesat. Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih banyak dari
produksi tahun 1983. Akan tetapi, produksi pada tahun 1988 dan 1989 mengalami
penurunan (BPPIptek, 2010).
B. Tapanuli Selatan sebagai Sentra Komoditi Salak
Kabupaten Tapanuli Selatan secara geografis berada diantara 0o58’35” –
2o07’33’ Lintang Utara dan 98’42’50” – 99o
Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan adalah ± 4.367,05 km
34’16” Bujur Timur. Sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang
Lawas Utara serta Kabupaten Labuhan Batu. Sedangkan sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Mandailing Natal dan juga Samudera Indonesia (BPS, 2011).
2
secara
administratif terdiri dari 14 kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan
dirinci berdasarkan luas kecamatan, jumlah desa dan jumlah kelurahan. Perincian
(27)
Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan Berdasarkan Luas Kecamatan
No. Kecamatan Ibukota
Kecamatan
Jumlah Desa
Jumlah Kelurahan
Luas Wilayah
1 Sipirok Pasar Sipirok 34 6 557,26
2 Arse Jonggol Julu 8 2 248,75
3 Saipar Dolok Hole Sipagimbar 12 2 474,13
4 Aek Bilah Biru 12 - 327,17
5 Angkola Timur Pargarutan 13 2 286,40
6 Angkola Barat Sitinjak 12 2 194,60
7 Angkola Selatan Simarpinggan 13 4 225,31
8 Batang Angkola Pintu Padang 30 6 474,70
9 Sayurmatinggi Sayurmatinggi 18 1 376,55
10 Batang Toru Batang Toru 19 4 351,49
11 Muara Batang Toru Hutaraja 6 3 273,13
12 Marancar Pasar Marancar 11 1 86,88
13 Angkola Sangkunur Simataniari 8 2 295,00
14 Tantom Angkola Situmba 16 1 195,68
Jumlah total 212 37 4.367,05
Sumber : Data olah Bappeda Tapsel
Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan berada di ketinggian antara 0 – 2009 m
di atas permukaan laut. Daerah yang berada pada ketinggian 0 meter umumnya
terdapat di daerah pantai barat Tapanuli Selatan, yaitu Desa Muara Upu Kecamatan
Muara Batang Toru. Untuk daerah yang berdiri pada ketinggian 2.009 meter terdapat
pada Gunung Tapulomajung di Kecamatan Saipar Dolok Hole.
Topografi Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari dataran rendah,
bergelombang, berbukit dan bergunung. Daerah ini dikelilingi oleh Gunung
Gongonan di Kecamatan Batang Angkola, Gunung Lubuk Raya di Kecamatan
Angkola Barat dan Gunung Sibual-buali di Kecamatan Sipirok.
Kondisi iklim di Tapanuli Selatan memiliki rata-rata 7 bulan basah dan 2
bulan kering serta menunjukkan pola hujan bimodal (2 periode basah dalam satu
(28)
disepanjang tahunnya. Pada bulan Nopember terjadi curah hujan tertinggi (376,60
mm). Hari hujan terbanyak terjadi bulan Nopember yaitu 24 hari (BPS, 2011).
Iklim Tapanuli Selatan berdasarkan ketinggian daerah terdiri atas iklim
dataran rendah pada ketinggian kurang dari 500 meter dari permukaan laut, sedang
pada ketinggian 500-1000 meter dari permukaan laut, dan iklim dataran tinggi pada
ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Untuk rata-rata temperatur di
Tapanuli Selatan sebesar 28oC dengan suhu maksimum 33oC dan suhu minimum
12o
Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di kecamatan
Padangsidimpuan Barat, Padangsidimpuan Timur dan Siais. Luas pertanaman salak
13.928 Ha dengan produksi 236.793 ton/ tahun. Areal pengembangan salak masih
tersedia 15.000 Ha. Demikian pula pertambahan luas tanam dan produksi masih
positif yang berarti bahwa potensi dan kecendrungan terus meningkat (Pemkab
Tapsel, 2011). Adapun daerah berbagai kecamatan di wilayah Tapanuli Selatan dapat
dilihat pada Peta wilayah Tapanuli Selatan pada Gambar 1. C di daerah pegunungan.
Menurut BP2KP Tapsel (2010) bahwa potensi Wilayah Tapanuli Selatan
Tahun 2010 dengan luas wilayah 381.389, luas lahan sawah 15.717, lahan kering
70.480 Ha dan luas lahan pertanian 53.231, luas tanah gambut 9.019, luas hutan
249.452.
Secara umum, mata pencaharian masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan
adalah petani dan berkebun. Hasil pertanian yang terkenal adalah kopi, padi, karet,
kakao, kelapa, kayu manis, kemiri, cabe, bawang merah, bawang daun dan
(29)
Gambar 1. Peta Wilayah Tapanuli Selatan
C. Evaluasi dan Pemetaan Klas Kesesuaian Lahan Tanaman Salak
Evaluasi lahan merupakan suatu proses analisis untuk mengetahui potensi
lahan untuk penggunaan tertentu yang berguna untuk membantu perencanaan
(30)
sebelumnya (Jones dkk, 1990 dalam Nasution, 2006), yang bertujuan untuk
memecahkan masalah jangka panjang terhadap penurunan kualitas lahan yang
disebabkan oleh penggunaannnya saat ini, memperhitungkan dampak penggunaan
lahan, merumuskan aternatif penggunaan lahan dan pengelolaan yang lebih baik(Sys,
1985: Rossiter, 1994 dalam Nasution, 2006).
Jumiati (2009) menyatakan bahwa lahan dengan kemampuan tinggi
diharapkan berpotensi tinggi dalam berbagai penggunaan, sehingga memungkinkan
penggunaan efektif untuk berbagai macam kegiatan. Untuk mempertahankan
produktifitas lahan perlu suatu cara pengelolaan yang tepat agar dapat dicapai
produktifitas yang optimal dan tidak menimbulkan kerusakan pada lahan.
Kesesuaian lahan untuk tanaman pertanian pada dasarnya merupakan
pencerminan kesesuaian kondisi fisik lahan terhadap peruntukan yang bersangkutan.
Diketahuinya data kesesuaian lahan dan data produksi serta produktifitas pertanian
daerah penelitian akan dapat menemukenali keselarasan antara kondisi lahan dengan
kemampuan berproduksinya, sehingga diketahui wilayah-wilayah yang berkontribusi
positif terhadap pengusahaan tanaman pertanian maupun yang bermasalah (Anggoro,
2006).
Menurut FAO (1977) dalam Nasution (2006) bahwa kesesuaian lahan untuk
penggunaan tertentu biasanya dievaluasi dengan menggunakan karakteristik lahan
atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu sendiri,
yang dapat dihitung atau diperkirakan. Seperti curah hujan, tekstur tanah dan
ketersediaan air. Sedangkan kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang lebih
kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan terhadap erosi dan
(31)
1. Karakteristik Lahan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan
a. Sifat Fisika Tanah
1. Kedalaman tanah
Kedalaman tanah atau solum tanah adalah tanah yang berkembang secara genetis
oleh gaya genesa tanah artinya lapisan tanah mineral dari atas sampai sedikit di
bawah horizon C (Darmawidjaya, 1997).
Ketebalan tanah lapisan atas dan tanah bawah ini berkepentingan untuk usaha
pertanian jangka panjang yang berkesinambungan (sustainable agriculture). Lapisan
olah yakni pada ketebalan 0-20 cm mempunyai arti yang sangat penting, karena
mengandung berbagai bahan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti
bahan-bahan organik (humus) dan berbagai zat hara mineral. Selain itu, pada lapisan
tanah tersebut hidup mikroflora dan mikrofauna atau jasad renik biologis (seperti
bakteri, cacing tanag, berbagai serangga tanah) yang masing-masing dapat
menguntungkan dan menyuburkan tanah (Kartasapoetra, 1990).
2. Struktur tanah
Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Yang dimaksud
dengan struktur makro/struktur lapisan bawah tanah yaitu penyusunan
agregat-agregat tanah satu dengan yang lainnya. Sedangkan struktur mikro adalah
penyusunan butir-butir primer tanah ke dalam butir-butir majemuk/agregat-agregat
yang satu sama lainnya dibatasi oleh bidang-bidang belah alami. Yang termasuk
struktur mikro yaitu :
• Yang berkondisi remah-lepas, dapat dilihat dengan jelas (tanpa alat bantu) keadaannya tampak cerai berai, mudah digusur atau didorong ke
(32)
• Yang berkondisi remah-sedang, tanah yang demikian kondisinya cendrung tampak agak bergumpal, susunan lapisan-lapisan tanah tampak ada yang
dalam keadaan agregasi atau bergumpal dan terdapat pula porus yang
berlubang-lubang, memudahkan air menerobos menyerap ke dalam
lapisan-lapisan tanah sebelah bawah. Keadaan yang demikian tidak begitu
menyulitkan bagi pengolahan tanah untuk kepentingan usaha tani, ataupun
bagi pekerjaan pemindahan tanah. (Kartasapoetra, 1987).
Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur,
konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman
permukaan air tanah. (Setyamidjaja, 1999).
3. Tekstur tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (2 mm- 50µ), debu
(50- 2µ), dan liat (< 2µ) di dalam tanah. Di dalam segitiga tekstur terdapat 12 kelas
tekstur di dalamnya yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung,
lempung berdebu, debu, lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu,
liar berpasir, liat berdebu, dan liat. Apabila disamping kelas tekstur tersebut tanah
mengandung krikil (>2 mm) sebanyak 20 -50% maka tanah disebut sangat berkrikil
(Hardjowigeno, 1993).
4. Konsistensi tanah
Menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir
tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya
dari luar. Penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kandungan air dari
tanah yaitu apakah tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering
(33)
5. Drainase permukaan
Adalah cara pengumpulan dan pembuangan air dari permukaan tanah. Tipe
drainase ini cocok untuk daerah rendah yang menerima limpahan air dari daerah
yang lebih tinggi, dan daerah-daerah yang tanah yang impermeable sehingga
kapasitas melewatkan kelebihan air ke dalam profil tanahnya rendah (Hakim dkk,
1986).
6. Bahaya Erosi
Untuk memprediksi besarnya erosi dapat diketahui dengan berbagai metode
seperti metode USLE, metode Wischmeier dan Smith dan metode Bouyoucos.
Metode untuk menghitung besarnya erosi tanah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode Bouyoucos yaitu jumlah fraksi pasir ditambah fraksi debu dibagi
fraksi liat menurut Zachar (1982), sebagai berikut:
E = ( Pasir + Debu) /Liat
b. Sifat KimiaTanah
1. Kapasitas Tukar Kation tanah
Didefenisikan sebagai kapasitas tanah untuk menjerap dan mempertukarkan
kation. KTK biasanya dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gram. Kation-kation
yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menukar kation
yang dijerap. Jumlah yang dijerap sering tak setara dengan yang ditukarkan. Ion-ion
divalent biasanya diikat lebih kuat daripada ion-ion monovalen sehingga sulit untuk
dipertukarkan (Tan, 1998).
2. pH tanah
Kemasaman tanah berakibat langsung terhadap tanaman karena meningkatnya
(34)
dengan pH optimum yang dikehendakinya. Apabila pH jenis tanaman itu tidak
sesuai dengan fisiologi, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Kemasaman tanah
berakibat pula terhadap baik atau buruknya atau cukup kurangnya unsur hara yang
tersedia, dalam hal ini pH sekitar 6,5 tersedianya unsur hara dinyatakan paling baik.
Pada pH di bawah 6,0 unsur P. Ca, Mg, Mo dinyatakan buruk sekali, pada pH
rendah ketersediaan Al, Fe, Mn, Bo akan meningkat, yang dapat menyebabkan
keracunan bagi tanaman (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).
3. Kejenuhan basa
Menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah
semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan
tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya
nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut.
Kejenuhan Basa (KB) = x 100%
asam kation basa
kation Jumlah
basa kation
-kation Jumlah
+ = x 100%
KTK basa ation Jumlah
Kation-kation basa umumnya merupakan hara yang diperlukan tanaman. Disamping
itu basa-basa umumnya mudah tercuci, sehingga dengan kejenuhan basa tinggi
menunjukkan bahwa tanah tersebut bamyak mengalami pencucian dan merupakan
tanah yang subur (Hardjowigeno, 1993).
4. C-organik
Kandungan C-organikdalam tanah dapat ditentukan dengan metoda pembakaran
kering atau pembakaran basah. Pembakaran kering dilakukan dengan membakar
(35)
mengoksidasi dengan asam khromat dengan jumlah berlebihan, kemudian dilakukan
titrasi terhadap kelebihan oksidan tersesbut (metode Walkley-Black). Hasilnya lebih
bersifat semikuantitatif, tetapi dapat dilakukan dengan cepat dan sederhana. Nitrogen
biasanya ditentukan dengan metode Kjedahl (Hardjowigeno, 1993).
Peningkatan kualitas dan kuantitas komoditas pangan antara lain dapat
dilakukan dengan melakukan evaluasi lahan. Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan
membandingkan persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas (karakteristik lahan).
Pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan itu sendiri dapat
menghambat proses bercocok tanam yang dilakukan dan pada akhirnya dapat
menjadi salah satu penyebab terjadinya gagal panen (Nina dkk, 2009).
Metoda Matching (pencocokan) yaitu setelah data karakteristik lahan
tersedia, maka prosesnya adalah dengan cara matching (mencocokkan) antara
karakteristik lahan pada setiap Satuan Peta Tanah (SPT) dengan persyaratan
tumbuh/penggunaan lahan (Sofyan dkk 2007).
Menurut Sofyan dkk (2007) prosedur evaluasi lahan dengan mengunakan
metode Matching dilakukan beberapa tahab, yaitu: (a) penyusunan karakteristik
lahan, (b) penyusunan persyaratan tumbuh tanaman/ penggunaan lahan, (c) proses
evaluasi kesesuaian lahan (matching), (d) kesesuaian lahan terpilih/ penentuan arahan penggunaan lahan untuk tanaman tahunan.
Kriteria persyaratan tumbuh tanaman salak diperoleh dari buku Kriteria
Kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian terbitan Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat Bogor. Dasar pembagian tingkat kesesuaian lahan mengacu pada
(36)
Kriteria persyaratan tumbuh tanaman salak untuk komoditas pertanian
menurut Pusat Peneitian Tanah dan Agroklimat Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak
Persyaratan penggunaan/ Karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperarur rerata
22 – 28 28 – 34 18 - 22
34 - 40 15 - 18
> 40 > 15
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
1000-2000 500-1000 2000-3000
250-500 3000-4000
< 250 < 4000
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik-sdg Agak terhambat Terhambat agak cepat Sangat terhambat, Cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)
Halus, agak halus, sedang < 15 > 75
-
15 – 35 >75
Agak kasar, Sgt halus 35 – 55 50 - 75
Kasar > 55 < 50 Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan < 60 Saprik
60 – 140 Saprik, hemik
140 – 200 Hemik, fibrik
> 200 > 400
Retensi hara (nr)
Ktk liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O
C-organik (%)
> 16 > 35 6,0 – 7,0
> 1,2
16 20 – 35 4,5 – 6,0 7,0 – 7,5 0,8 – 1,2
< 20 <4,5 >7,5 <0,8
Toksisitas (xc)
Salinitas < 4 4 – 6 6 – 8 > 8
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) <15 15 – 20 20 – 25 > 25
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfid (cm) >125 100 – 125 60 – 100 < 60
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (5) Bahaya erosi
< 8
Sgt rendah
8 – 16 Rendah-sdg
16 – 30 Berat
> 30 Sgt berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 F1 F2 >F2
Penyiapan Lahan
Batuan di permuk (%) Singkapan batuan (%)
<5 <5
5 – 15 5 - 15
15 – 40 15 - 25
>40 >25 Sumber : BPT, 2003
(37)
D. Aplikasi GPS dan GIS dalam Evaluasi Lahan
Global Positioning System (GPS) adalah sistem radio navigasi dan penetuan
posisi dengan menggunakan satelit. Sistim ini didesain untuk memberikan posisi dan
kecepatan tiga dimensi dan informasi mengenai waktu secara kontiniu. GPS terdiri
dari tiga segmen utama, segmen angkasa (space segmen) yang terdiri dari
satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control segmen) yang terdiri dari stasion-stasion
pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segmen) yang terdiri
dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal GPS (Robinson
dkk, 1995).
Sistem GPS terdiri dari 24 satelit. Konstelasi 24 satelit GPS tersebut
menempati 6 orbit yang mengelilingi bumi dengan sebaran yang telah diatur
sedemikian rupa sehingga mempunyai probabilitas kenampakan setidaknya 4 satelit
yang bergeometri baik dari setiap tempat di permukaan bumi di setiap saat. Satelit
GPS mempunyai ketinggian rata-rata di atas permukaan bumi sekitar 20.200 km.
Satelit GPS memiliki berat lebih dari 800 kg, bergerak dengan kecepatan sekitar 4
km/det dan mempunyai priode 11 jam 58 menit (Wolf, 2002).
Menurut Robinson dkk (1995) konsep dasar pada penentuan posisi dengan
GPS adalah reseksi (pengikatan ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran
jarak secara similtan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui.
Pada pelaksaanaan pengukuran penentuan posisi dengan GPS, pada dasarnya ada dua
jenis/tipe alat penerima sinyal satelit (receiver) GPS yang dapat digunakan, yaitu : (a)
Tipe Navigasi digunakan untuk penentuan posisi yang tidak menuntut ketelitian
tinggi, (b) Tipe Geodetik digunakan untuk penentuan posisi yang menuntut ketelitian
(38)
Kelebihan penentuan posisi dengan menggunakan GPS antara lain : (a) GPS
dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca, (b) GPS dapat
digunakan oleh banyak orang pada waktu yang sama dan pemakaiannya tidak
bergantung pada batas politik dan alam, (c) penggunaan GPS dalam penentuan posisi
secara relatif tidak bergantung dengan kondisi topografis daerah survey, (d) posisi
yang ditentukan dengan GPS mengacu ke datum global yang dinamakan World Geodetic System 1984 (WGS’84). Dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS akan selalu mengacu ke datum yang sama, (e) pemakaian sistem GPS tidak
dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini, (f) receiver GPS cendrung lebih kecil
ukurannya, lebih murah harganya dan kualitas data yang diberikan lebih baik, (g)
pengoperasian alat GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif lebih mudah dan
tidak mengeluarkan biaya banyak, (h) data pengamatan GPS sukar untuk
dimanipulasi (Robinson dkk, 1995).
Kegunaan dasar dari Program GIS adalah untuk mengelola informasi ruang/tempat dalam membuat kebijakan. GIS memiliki beberapa langkah, yaitu :
input, manipulasi, managemen, analisis dan visualisasi. Proses GIS mempunyai tiga
prinsip dasar, yaitu input data, manipulasi data, dan output data. Selanjutnya adalah
diskripsi laporan singkat dari proses dasar GIS : (1) input data meliputi semua aspek transformasi perolehan data ke dalam bentuk peta. Pengamatan lapangan, jangkauan
kedalam bentuk kesesuaian digital (2) penyimpanan data, data yang disimpan dan disusun berdasarkan posisi, topology, dan elemen geografi ( titik, garis, objek yang
mewakili tempat pada permukaan bumi (3) manipulasi data dan analisis, analisis meliputi pembuatan variabel gabungan yang melalui proses dua kegiatan langsung
(39)
yaitu; hardcopy, softcopy dan elektronik. Hardcopy adalah tampilan permanen, peta
dan tabel. Softcopy digunakan untuk menyediakan interaksi operator untuk
meninjau data sebelum final. Hasil analisis dapat ditunjukkan dalam bentuk peta,
tabel grafik dalam variasi untuk kesesuaian bagi pengguna (Rahmawaty, 2011).
Supriadi dan Zulkifli (2007) menyatakan bahwa informasi geografis pada
peta digital mengandung posisi dan bentuk setiap feature di peta. Kebanyakan vector
SIG mendukung tiga objek geometrik, yaitu ; (i) point, sepasang koordinat tunggal, (ii) line, dua atau lebih point dalam susunan tertentu dan (iii) polygon, suatu area garis tertutup. Informasi tampilan pada peta digital menjelaskan bagaimana peta
ditampilkan. Umumnya informasi tampilan termasuk warna, lebar dan jenis garis,
cara menampilkan nama jalan atau feature lainnya serta kode warna untuk danau,
taman atau feature lainnya.
Penggunaan teknologi berbasis komputer untuk mendukung perencanaan
pertanian mutlak diperlukan untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan
informasi dalam bentuk tabel dan keruangan. Salah satu teknologi tersebut adalah
Sistim Informasi Geografi (SIG) yang memiliki kemampuan membuat model yang
memberikan gambaran, penjelasan dan perkiraan dari suatu kondisi faktual (Samsuri,
(40)
II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di enam tempat di Daerah Tapanuli Selatan yaitu :
Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Angkola Selatan, Kecamatan Marancar,
Kecamatan Batangtoru, Kecamatan Batang Angkola. Lokasi penelitian pada
beberapa Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Gambar 2.
Analisis sifat fisika dan kimia tanah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara di Medan. Penelitian dilakukan mulai Juni
sampai Agustus 2012.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompas, Global Positioning System (GPS), altimeter, kamera, timbangan, Sofware ArcView GIS 3.2, Software SPSS 19, peta Tapanuli Selatan, Peta Administrasi. Bahan yang diperlukan
meliputi sampel tanah setiap perwakilan Kecamatan, kebun salak dan bahan dan alat
(41)
Gambar 2. Lokasi Penelitian Pada Beberapa Kecamatan Di Tapanuli Selatan
Batang Toru
Angkola Timur
Angkola Barat Angkola Selatan Batang Angkola
(42)
C. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan seperti disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3. Rangkaian Kegiatan Evaluasi Lahan dengan Enam Lokasi Penelitian
Data dari lapangan
Masukan data
Pengolahan data
Type penggunaan lahan
Karakteristik lahan Persyaratan
penggunaan Lahan
Evaluasi lahan
Peta dasar
Peta digital polygon Satuan lahan
Peta digital kesesuaian lahan
(43)
D. Metode Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Satuan contoh ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu
berdasarkan pada keperluan serta tujuan pembuatan peta dan analisis kesesuaian
lahan yang nantinya memungkinkan untuk digunakan di enam Kecamatan. Untuk
mendapatkan unsur keterwakilan data di tiap enam kecamatan maka sample
ditempatkan pada masing-masing enam kecamatan di Tapanuli selatan.
Pelaksanaan kegiatan lapang ini pertama-tama dengan membagi setiap lokasi
penelitian menjadi beberapa bagian satuan petak kebun. Dari enam Kecamatan
diperoleh sebanyak tiga puluh titik lokasi pengambilan sampel tanah.
Contoh tanah diambil dari tiga puluh titik pengeboran sekaligus diadakan
pengamatan morfologi lahan yang meliputi lereng, permukaan batuan dan batuan
singkapan, ketersediaan oksigen dan media perakaran.
Data produksi tanaman salak diambil pada setiap Satuan Petak Tanah pada
masing-masing Kecamatan. Data produksi dihitung dengan meenimbang berat buah
salak setiap musim panen dengan lima sampel pohon salak setiap lokasi.
Analisa laboratorium meliputi analisa kimia dan analisa fisika tanah seperti
tekstur tanah, KTK, Ca (dd), Mg (dd), Na (dd), K (dd), C-organik dan tekstur tanah.
Bahaya erosi dapat dihitung berdasarkan Metoda Bouyoucos (Zachar, 1982)
yaitu jumlah fraksi pasir ditambah fraksi debu dibagi fraksi liat, sebagai berikut:
(44)
Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun)
Sangat ringan (sr) < 0,15
Ringan (r) 0,15 - 0,9
Sedang (s) 0,9 - 1,8
Berat (b) 1,8 - 4,8
Sangat berat ( sb) >4,8
Sumber : BPT Bogor, 2003
2. Tahab Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kriteria tingkat
kesuburan tanah menurut puslittan (1995), dan diinterpretasikan ke dalam kelas
kesesuaian lahan untuk tanaman salak menurut sys et al (1993) dan puslittan (1995).
Selanjutnya mengkaji kelas kesesuaian lahan untuk tanaman salak yang dikaitkan
dengan cara pengelolaan tanah.
Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses selanjutnya adalah
evaluasi lahan yang ditentukan dengan cara matching (mencocokkan) antara
karakteristik lahan pada setiap lokasi dengan persyaratan tumbuh tanaman salak.
Hasil penilaian berupa klas dan sub klas kesesuaian lahan dari tanaman yang dinilai
ditentukan oleh faktor pembatas terberat, faktor pembatas tersebut dapat terdiri dari
(45)
3. Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk melihat hubungan antara masing-masing karakteristik tanah dengan
produksi tanaman dikaji dengan menggunakan analisa regresi sederhana dengan
menggunakan Software SPSS 19. Adapun faktor sifat tanah sebagai variabel bebas
yaitu : pH tanah, C-organik, Kejenuhan Basa, KTK dan Persentase Lereng.
Model linear yang diasumsikan pada analisis ini adalah :
Y= a + b X
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas
yaitu faktor sifat tanah terhadap produksi tanaman sebagai variabel tak bebas.
Software yang digunakan untuk menganalisi data ini adalah SPSS 19. Adapun faktor
sifat tanah dapat terdiri satu atau lebih dari karakteristik lahan yang diamati.
Model linear yang diasumsikan pada analisis ini adalah :
Y= a + b1X1 + b2X2 + ...b5X5
Keterangan :
.
Y : Produksi Salak
A : Intercep
X1
X
: pH tanah
2
b
: Kejenuhan Basa
1, b2, b3
Selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mencari hubungan antara peubah
bebas terhadap produksi salak yang dinyatakan dalam persentase, yang kemudian
dilanjutkan dengan uji beda nyata dari Koefisien korelasi (R , ... : Koefisien regresi,
2
) (Anshori dan I Made,
(46)
5. Analisis GIS Untuk Menentukan Kesesuaian Lahan
Data-data hasil analisis tanah di atas dimasukkan ke dalam database peta
sebagai atribut yaitu sifat fisika tanah, sifat kimia tanah, komoditas tanaman salak
yang paling sesuai, sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan (S1 , S2 , S3
Tabel 4. Pengertian Tingkat Kelas Kesesuaian Lahan
dan N ),
seperti disajikan pada Tabel 4.
Tingkat Kelas Keterangan
Kelas S1, sangat sesuai Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunan secara berkelanjutan
Kelas S2, cukup sesuai Lahan mempunyai faktor pembatas, yang akan berpengaruh terhadap produktifitas, memerlukan tambahan masukan (input), biasanya dapat diatasi petani sendiri
Kelas S3, sesuai marginal Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, berpengaruh terhadap produktifitas, memerlukan masukan yang lebih banyak dari S2, memerlukan modal tinggi, petani tidak mampu mengatasinya. Kelas N, tidak sesuai Lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai
faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi
Sumber : (BPT, 2003)
Peta kesesuaian lahan ini kemudian ditumpangtindihkan dengan peta
administrasi sehingga akan diperoleh peta kesesuaian lahan berdasarkan wilayah
administrasi. Analisis kesesuaian lahan ini menggunakan software Arcview GIS.
Meode yang digunakan untuk membuat polygon adalah dengan
menggunakan sistim Buffer yaitu fungsi perkiraan (proximity). Zona buffer adalah suatu daerah yang mempunyai lebar tertentu yang digambarkan di sekeliling satu
elemen atau lebih atau di bagian suatu kawasan yang mempunyai jarak tertentu.
Untuk mengaplikasikan fungsi ini, bisa dilakukan dengan : (a) memilih menu Theme
(47)
(c) dalm kotak dialog ini ada tiga pilihan sesuatu yang akan user analisis. Disini user
memilih sebuah theme. User akan membuat area dimana area tersebut berjarak 2500
m, (d) langkah selanjutnya pada box at specified distance ketik 2500 dan pada unit
distance pilih meter, next, (e) kotak dialog berikutnya, user diperintahkan untuk
memilih membuat buffer di dalam area, di dalam dan di luar area atau hanya di luar
(48)
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas dan Karakteristik Lahan
1. Iklim
Data iklim selama 10 tahun (2001-2010) diperoleh dari BPP Kecamatan
Angkola Barat, BPP Huta Holbung Batang Angkola dan PTPN-3 Kebun Batang
Toru, meliputi data curah hujan bulanan dan hari hujan bulanan setiap tahunnya.
Data ini dianggap dapat mewakili data iklim untuk semua lokasi pada enam (6)
Kecamatan yaitu Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Batang Toru,
Marancar, Angkola Selatan dan Batang Angkola. Lokasi penelitian dengan tiga
puluh titik sampel pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4. Data curah hujan dan
jumlah hari hujan bulanan selama 10 tahun mulai dari 2001 – 2010 terdapat pada
Lampiran 31 dan Neraca air pada Lampiran 32.
2. Karakteristik Lahan
Dari hasil pengamatan di lapangan, analisis tanah yang dilakukan pada
kedalaman 0 cm – 20 cm diperoleh data karakteristik lahan sebanyak 30 (tiga puluh)
lokasi untuk berbagai kemiringan untuk masing-masing desa. Dari tiga puluh titik
lokasi tersebut ada yang merupakan daerah sentra salak dan yang bukan sentra salak.
Dari hasil evaluasi lahan baik yang sentra maupun yang bukan sentra salak
telah didapatkan lahan yang tergolong kesesuaian lahan potensial S2 dan S3 untuk
tanaman salak berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan laboratorium,
dengan kemiringan lahan yang bervariasi dari 0- 100 %. Jenis tanah bervariasi,
seperti Kecamatan Marancar adalah Humitropepts, Angkola Barat umumnya adalah
(49)
Gambar 4. Lokasi Penelitian Dengan Tiga Puluh Titik Sampel Pengamatan
(50)
B. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Pada Tiga Puluh Lokasi
Hasil evaluasi kesesuaian lahan dari tiga puluh lokasi penelitian dapat dilihat
pada Tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada Tiga Puluh (Lokasi)
No Lokasi Penelitian Kecamatan
Kesesuaian Lahan Aktual
Usaha Perbaikan
Kesesuaian Lahan Potensial
1. Desa Pintu Langit Angkola timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan
S3.rc.eh 2. Desa Huraba Angkola Timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 3. Desa Huta Ginjang Angkola Timur S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.eh 4. Desa Sibio-bio Angkola Timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 5. Desa Lubuk Raya Angkola Timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 6. Dusun Simpang Maropat Angkola Timur N.rc.eh Pemupukan dan Perumpukan N.rc 7. Desa Lobu Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 8. Sitaratoit Sanggarudang Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 9. Kobun Bungus Angkol Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 10. Desa Huta Koje Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 11. Desa Huta Lambung Angkola Barat S3.rc.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc 12. Tobotan sanggarudang Angkola barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 13. Desa Tobotan Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 14. Desa Lobu Layan Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 15. Lobu Layan Lombang Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 16. Desa Sitinjak Angkola barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 17. Desa Situmbaga Angkola Selatan N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 18. Desa Situmbaga Tonga Angkola selatan S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.eh 19. Desa Sinyior Angkola selatan S3.nr.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.nr.eh 20. Desa Sibongbong Angkola selatan N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 21. Desa Siamporik Angkola Selatan S3.rc.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc 22. Desa Siamporik Dolok Angkola Selatan S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.eh 23. DesaSiamporik Lombang Angkola Selatan S3.nr Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.nr 24. Desa Marancar Marancar S3.nr.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.tc.wa. nr.eh 25. Desa pasar sempurna Marancar N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 26. Desa Mombang Boru Marancar N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 27. Kelurahan Bintuju Batang Angkola S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.tc.eh 28. Kelurahan Pintu Padang Batang Angkola S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.rc.eh 29. Desa Padang Lancat Batang Toru N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 30. Padang Lancat Kobun
(51)
Dari Tabel 5 dapat diketahui pada Lokasi T-1 (Desa Pintu Langit), T-2 (Desa
Huraba), T-4 (Desa Sibio-bio), T-5 (Desa Lubuk Raya), T-7 (Desa Lobu), T-8 (Desa
Sitaratoit Sanggarudang), T-9 (Kobun Bungus), T-12 (Desa Tobotan Sanggarudang),
T-13 (Desa Tobotan), T-14 (Desa Lobu Layan), T-15 (Desa Lobu Layan Lombang),
T-16 (Desa Sitinjak) dan T-25 (Desa Pasar Sempurna) bahwa kesesuaian lahan
aktual tanaman salaknya adalah N.eh yaitu tidak sesuai dengan faktor pembatas
bahaya erosi sangat berat. Faktor pembatas bahaya erosi ini dapat dikurangi dengan
melakukan usaha perbaikan melalui perumpukan pelepah salak sejajar kontur,
tutupan rumput permanen dan jalan panen sejajar kontur sehingga dapat menurunkan
bahaya erosi. Dengan demikian kelas kesesuaian potensial menjadi S3.rc.eh yaitu
sesuai marginal dengan faktor pembatas adalah media perakaran (tekstur kasar) dan
bahaya erosi berat. Adapun faktor pembatas media perakaran (tekstur kasar) tidak
dapat diatasi dengan usaha perbaikan dan tidak dapat dikendalikan oleh manusia
secara massal.
Pada lokasi penelitian T-10 (Desa Huta Koje), T-17 (Desa Situmbaga), T-20
(Desa Sibongbong), 26 (Desa Mombang Boru), 29 (Desa Padang Lancat) dan
T-30 (Padang Lancat Kobun Pincur) dapat dilihat pada Tabel 4. bahwa kesesuaian
lahan aktual tanaman salak adalah N.eh yaitu tidak sesuai dengan faktor pembatas
bahaya erosi sangat berat dan kelerengan curam dengan demikian usaha perbaikan
yang dapat dilakukan adalah dengan perumpukan pelepah salak sejajar kontur,
tutupan rumput permanen, jalan panen sejajar kontur dan pemberian bahan organik
pada daerah lereng sehingga usaha ini nantinya dapat mengurangi bahaya erosi dan
diharapkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah menjadi S3.eh yaitu sesuai
(52)
dapat ditekan dengan usaha perumpukan sehingga pencucian hara dapat dikurangi
dan menambah ketersediaan unsur hara melalui perumpukan dan hal ini diharapkan
dapat meningkatkan produktifitas tanaman salak.
Dari Tabel 5 juga dapat diketahui bahwa Lokasi 3 (Desa Huta Ginjang),
T-18 (Desa Situmbaga Tonga) dan T-22 (Desa Siamporik Dolok) tergolong pada
kesesuaian lahan aktual S3.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas bahaya
erosi berat. Dalam hal ini bahaya erosi berat dapat dikurangi melalui perumpukan
pelepah salak, tutupan rumput permanen, jalan panen sejajar kontur dan pemberian
bahan organik pada lereng sehingga kelas kesuaian lahan potensialnya adalah
S2.wa.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersesdiaan air ( curah hujan
yang cukup tinggi ) dan bahaya erosi ringan. Adapun curah hujan yang cukup tinggi
tidak dapat dikurangi melalui usaha perbaikan karena curah hujan ini tidak dapat
dikendalikan oleh manusia.
Pada Lokasi T-11 (Desa Huta Lambung) dan T-21 (Desa Siamporik) dapat
dilihat pada Tabel 5. bahwa kesesuaian lahan aktual tergolong S3.rc.eh yaitu sesuai
marginal dengan faktor pembatas media perakaran (tekstur agak kasar) dan bahaya
erosi berat. Bahaya erosi berat seperti hal di atas dapat dikurangi melalui usaha
perbaikan yaitu perumpukan pelepah salak pada daerah lereng sehingga dapat
menahan laju run off sehingga pencucian hara dapat dikurangi. Bilamana hal ini
dilakukan maka kesesuaian lahan potensial akan naik satu tingkat menjadi S3.rc.
Kesesuaian lahan potensial tanaman salak pada lokasi ini adalah S3rc yaitu sesuai
marginal dengan faktor pembatas media perakaran. Dalam hal ini tekstur tanah
tidak dapat diatasi dengan usaha perbaikan, karena tekstur tidak dapat diperbaiki
(53)
Dari Tabel 5. dapat dilihat pada Lokasi T-6 (Dusun Simpang Maropat)
bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman salaknya adalah tergolong N.rc.eh yaitu
tidak sesuai dengan faktor pembatas media perakaran (agak kasar) dan bahaya erosi
sangat berat. Faktor pembatas bahaya erosi dapat dikurangi dengan usaha perbaikan
melalui perumpukan pelepah salak pada lereng. Dengan demikian kesesuaian lahan
potensial adalah N.rc yaitu tidak sesuai dengan faktor pembatas media perakaran
(tekstur kasar). Dalam hal ini faktor pembatas media perakaran (tekstur kasar) tidak
dapat dikurangi karena tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Kebun salak pada
lokasi ini tidak disarankan untuk dikembangkan melihat karakteristik tanah yang
tidak mendukung untuk berproduksi dengan baik.
Lokasi T-19 (Desa Sinyior) dapat dilihat pada Tabel 5. bahwa kesesuaian
lahan aktual tanaman salaknya tergolong S3.nr.eh yaitu sesuai marginal dengan
faktor pembatas retensi hara (KB rendah) dan bahaya erosi sangat berat. Adapun
faktor pembatas retensi hara dengan KB yang rendah dapat dikurangi dengan usaha
perbaikan melalui pemupukan, sedangkan faktor pembatas bahaya erosi (berat) juga
dapat kurangi dengan usaha perbaikan melalui perumpukan pelepah salak pada
lereng sejajar kontur. Dengan demikian kesesuaian lahan potensial menjadi
S2.wa.nr.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan air berlebih
dengan curah hujan yang relatif tinggi, KB rendah dan bahaya erosi rendah. Faktor
pembatas curah hujan yang berlebih ini tidak dapat diubah oleh manusia.
Dari Tabel 5 dapat dilihat pada Lokasi T-23 (Desa Siamporik Lombang)
bahwa kesesuian lahan aktual tanaman salaknya adalah S3.nr yaitu sesuai marginal
dengan faktor pembatas retensi hara dengan Kejenuhan Basa rendah. Kejenuhan
(54)
sehingga faktor pembatas retensi hara dapat diatasi. Apabila hal ini dilakukan maka
kesesuaian lahan potensial adalah S2.wa.nr yaitu cukup sesuai dengan faktor
pembatas kelebihan air (curah hujan yang cukup tinggi) dan kejenuhan basa rendah.
Pada Lokasi T-24 (Desa Marancar) dapat dilihat bahwa kesesuaian lahan
aktual tanaman salaknya adalah S3.nr.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor
pembatas retensi hara dengan Kejenuhan Basa rendah dan bahaya erosi (berat). Pada
dasarnya faktor pembatas ini dapat diatasi melalui usaha perbaikan melalui
pemupukan dan perumpukan pelepah salak pada lereng dengan demikian Kejenuhan
Basa dapat dinaikkan dan bahaya erosi dapat diperkecil. Apabila hal ini dilakukan
maka kesesuaian lahan potensial adalah S2.tc.wa.nr.eh yaitu cukup sesuai dengan
faktor pembatas ringan yaitu temperatur yang agak tinggi, curah hujan yang relatif
tinggi, kejenuhan basa rendah dan bahaya erosi rendah.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa Lokasi T-27 (Kelurahan Bintuju)
kesesuaian lahan aktual adalah S3.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas
bahaya erosi (berat). Dalam hal ini bahaya erosi dapat diatasi dengan usaha
perbaikan melalui perumpukan pelepah salak. Apabila hal ini dilakukan maka
kesesuaian lahan potensial adalah S2.tc.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor
pembatas temperatur udara yang lebih tinggi dan bahaya erosi rendah. Temperatur
udara ini merupakan faktor iklim yang sulit diatasi diatasi karena tidak dapat diubah
/dikendalikan oleh manusia secara massal.
.
(55)
C. Kesesuaian Lahan Tanaman Salak
Dari Tabel 5 Hasil Evaluasi Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan dari Lokasi 1
sampai Lokasi 30 pada enam Kecamatan didapatkan bahwa Kesesuaian lahan aktual
tanaman salak tergolong Kelas N ada dua puluh (20) Lokasi yaitu N.eh adalah : T-1
(Desa Pintu Langit), T-2 (Desa Huraba), T-4 (Desa Sibiobio). T-5 (Desa Lubuk
Raya), T-6 (Dusun Simpang Maropat), T-7 (Desa Lobu), T-8 (Desa Sitaratoit
Sanggarudang), T-9 (Kobun Bungus), T-10 (Desa Huta Koje), T-12 (Desa Tobotan
Sanggarudang), T-13 (Desa Tobotan), T-14 (Desa Lobu Layan), T-15 (Lobu Layan
Lombang), T-16 (Desa Sitinjak), T-17 (Desa Situmbaga), T-20 (Desa Sibongbong),
T-25 (Desa Pasar Sempurna), T-26 (Desa Mombang Boru), T-29 (Desa Padang
Lancat) dan T-30 (Padang Lancat Kobun Pincur). Untuk kelas N.rc.eh adalah lokasi
T-6 (Dusun Simpang maropat). Sedangkan kesesuaian lahan aktual tanaman salak
tergolong S3 ada sepuluh (10) lokasi yaitu S3.eh pada lokasi : T-3 (Desa Huta
Ginjang), T-18 (Desa Situmbaga Tonga), T-22 (Desa Siamporik Dolok), T-27
(Kelurahan Bintuju) dan 28 (Kelurahan Pintu Padang). S3.nr yaitu pada lokasi
T-23 (Desa Siamporik Lombang), S3.rc.eh yaitu pada lokasi T-11 (Desa Huta
lambung) dan T-21 (DesaSiamporik), untuk kelas S3nr.eh yaitu pada lokasi T-19
(Desa Sinyior) dan T-24 (Desa Marancar).
Adapun hasil evaluasi kesesuaian lahan potensial tanaman salak yang
tergolong S2 yaitu cukup sesuai ada delapan (8) Lokasi yaitu S2.wa.eh adalah : T-3
(Desa Huta Ginjang) dan T-22 (Desa Siamporik Dolok), yang tergolong S2.wa.eh
ada pada lokasi T-18 (Desa Situmbaga Tonga), yang tergolong S2.wa.nr.eh terdapat
(56)
tergolong S2.tc.wa.nr.eh. yaitu pada lokasi T-24 (Desa Marancar), yang tergolong
S2.wa.nr ada pada lokasi T-23 (Desa Siamporik Lombang). Untuk kelas kesesuaian
lahan potensial yang tergolong S3 terdapat dua puluh dua (21) lokasi yaitu S3.eh ada
pada lokasi T-10 (Desa Huta Koje), T-17 (Desa Situmbaga), T-20 (Desa
Sibongbong), T-26 (Desa mombang Boru), T-29 (Desa Padang Lancat) dan T-30
(Padang Lancat Kobun pincur). Untuk golongan kelas S3.rc.eh ada pada lokasi : T-1
(Desa Pintu langit), T-2 (Desa Huraba), T-4 (Desa Sibiobio), T-5 (Desa Lubuk
Raya), T-7 (Desa Lobu), T-8 (Desa Sitaratoit Sanggarudang), T-9 (Kobun Bungus),
T-12 (Desa Tobotan Sanggarudang), T-13 (Desa Tobotan), T-14 (Desa Lobu Layan),
T-15 (Desa Lobu Layan lombang), T-16 (Desa Sitinjak) dan T-25 (Desa Pasar
sempurna), pada golongan kelas S3.rc terdapat pada lokasi T-11 (Desa Huta
lambung) dan T-21 (Desa Siamporik). Sedangkan golongan kelas N hanya pada satu
lokasi yaitu N.rc yaitu pada lokasi T-6 (Dusun Simpang Maropat).
Dari Lampiran 1 sampai Lampiran 30 Penilaian Kesesuaian Lahan dapat
dilihat bahwa usaha perbaikan yang dapat dilakukan pada faktor pembatas ringan
seperti KB yang kurang dari 20 % yaitu dengan meningkatkan persentase KB
melalui pemupukan baik organik maupun pupuk an organik, sedangkan untuk faktor
bahaya erosi dapat diperkecil melalui perumpukan sisa-sisa pelepah tanaman salak
dan pembunbunan gulma di gawangan tanaman. Hal ini dapat juga merupakan
sumber bahan organik di lahan tersebut. Usaha perbaikan yang dilakukan pada
beberapa faktor pembatas dapat menaikkan klas kesesuaian lahan satu tingkat pada
klas kesesuaian lahan potensial. Namun pada faktor pembatas tekstur tanah usaha
(57)
Dari hasil survey di lapangan para petani telah membuat perumpukan pelepah
salak sehingga bahaya erosi dapat dihindari, disamping itu tanaman salak Sidimpuan
mempunyai morfologi batang spesifik yang akan rebah jika tanaman sudah tinggi
yang juga dapat memperkecil bahaya erosi. Dari kenyataan ini untuk karakteristik
bahaya erosi dan persentase lereng tidak sesuai seperti karakteristik tanaman salak
yang ada pada BPT (2003), karena Salak Sidimpuan memiliki karakteristik lahan dan
tanaman yang spesifik dibandingkan dengan tanaman salak pada umumnya.
Desa Lobu Layan Lombang pada Lokasi T- 15 tergolong pada kesesuaian
lahan aktual N.eh, berdasarkan survey di lapangan lahan ini mampu menghasilkan
produksi salak dengan rataan 7 ton/Ha/Th seperti pada Lampiran 35. Adapun usaha
perbaikan yang dapat dilakukan untuk menurunkan bahaya erosi adalah melalui
kegiatan perumpukan pelepah salak pada lereng, tutupan rumput permanen dan jalan
panen sejajar kontur demikian maka kesesuaian lahan potensialnya adalah S3.rc yaitu
sesuai marginal dengan faktor pembatas tekstur agak kasar namun di lapangan masih
berpotensi untuk berproduksi.
Hasil evaluasi lahan pada Lokasi T- 27 dan Lokasi T-28 yaitu Kelurahan
Bintuju dan Kelurahan Pintupadang Kecamatan Batang Angkola yang bukan sentra
tanaman salak didapatkan bahwa kesesuian lahan aktual adalah S3.eh dan kesesuian
lahan potensial adalah S2.tc.eh dan S2.rc.eh, berdasarkan survey di lapangan dan
wawancara dengan petani salak di dua lokasi tersebut didapatkan informasi bahwa
produksi salak setiap tahunnya mencapai 6 dan 8 ton/Ha/Th , seperti pada Lampiran
35, dengan demikian pengembangan tanaman salak sangat berpeluang pada daerah
(58)
D. Karakteristik Lahan Sebagai faktor Pembatas dalam Evaluasi Lahan Salak
Karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas dalam evaluasi lahan
Salak Sidimpuan dapat dilihat pada kurva berikut:
0
5
10
15
20
25
30
Ju
ml
ah
L
o
k
as
i
faktor Pembatas
Bahaya Erosi
Media perakaran
Retensi hara
Gambar 5. Faktor Pembatas Pada Lokasi Penelitian
Dari Kurva dapat dilihat bahwa karakteristik lahan sebagai faktor pembatas
pada evaluasi lahan salak yang paling berat adalah bahaya erosi meliputi 26 lokasi,
kemudian karakteristik lahan berupa media perakaran ( tekstur kasar ) meliputi 16
lokasi dan faktor pembatas retensi hara hanya pada 3 lokasi.
Hasil Evaluasi kesesuaian lahan tanaman salak Sidimpuan menghasilkan
(59)
Gambar 6. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan
Kesesuaian Lahan Aktual
1 : 200000
N
Sumber :
- Peta Topografi
- Peta Dasar Tapsel
(60)
Gambar 7. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Salak Sidimpuan Di Tapanuli Selatan
Kesesuaian Lahan Potensial
1 : 200000
N
Sumber :
- Peta Topografi
- Peta Dasar Tapsel
(61)
Pada Lokasi T-26 Desa Mombang Boru Kecamatan Marancar didapatkan
hasil evaluasi kesesuaian lahan salak aktual tergolong S3.eh dengan karakteristik
lahan yang mempunyai kemiringan 100 %, apabila dilakukan usaha perbaikan
maka kesesuaian lahan potensial adalah S2.wa. Dari hasil survey di lapangan
bahaya erosi masih dapat dihindari dengan spesifik tanaman salak Sidimpuan
yang memiliki batang yang rebah dan dengan adanya perumpukan pelepah salak.
E. Hubungan Produksi dengan Persentase Kejenuhan Basa
Keeratan hubungan produksi salak dengan Presentase Kejenuhan Basa
dapat dilihat dari persamaan regresi sederhana di bawah ini :
Y = - 680,08 + 346,67 (KB)
r = 0,714
R2
Ket = nyata pada taraf 5 % = 0,51
F. Hubungan Produksi Dengan Kation-kation Basa
Dari persamaan di atas terlihat bahwa hubungan produksi salak dengan
Persentase Kejenuhan Basa mempunyai keeratan hubungan yang kuat. Koefisien
Determinasi dalam persamaan ini sebesar 51,0 %, berarti peran Kejenuhan Basa
menentukan produksi tanaman salak adalah sebesar 51,0 % sedangkan 49,0 %
ditentukan oleh faktor-faktor lain.
Keeratan hubungan produksi dengan kation-kation basa dapat dilihat pada
(62)
Tabel 6. Hubungan Produksi Salak dengan Kation-kation Basa
Kation-kation
basa Persamaan Regresi
r
Keterangan
Kalium Y = 6452,89 + 4226,76 K 0,777 *
Natrium Y = 4293,38 +8165,71 Na 0,601 *
Kalsium Y = -1010,46 + 3963,80 Ca 0,204 tn
Magnesium Y = 3085,97 + 3718,95 Mg 0,293 tn
tn : tidak nyata * nyata pada taraf 5 %
Dari Persamaan regresi antara hubungan produksi dengan kation-kation
basa terlihat bahwa kation K dan Na mempunyai koefisien korelasi kuat dengan
produksi, sedangkan kation Ca dan Mg mempunyai koefisien korelasi rendah
dengan produksi salak.
G. Hubungan Produksi dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Y = 13538,13 - 257,12 KTK
r = 0,401
Ket.= tidak nyta pada taraf 5 %
Dari persamaan regresi di atas dapat dilihat bahwa hubungan
produksi salak dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) tanah mempunyai
koefisien korelasi sedang.
H. Hubungan Produksi Dengan C-organik
Y = 9642,0 - 584,10 C-org r = 0,254
(1)
Lampiran 42. Output Hubungan Produksi dengan Kapasitas Tukar Kation
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,401a ,161 ,131 3500,34127 1,452
a. Predictors: (Constant), KAPASITAS TUKAR KATION b. Dependent Variable: PRODUKSI SALAK
ANOVA
Model
b
Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 65696331,973 1 65696331,973 5,362 ,028a
Residual 3,431E8 28 12252388,978
Total 4,088E8 29
a. Predictors: (Constant), KAPASITAS TUKAR KATION b. Dependent Variable: PRODUKSI SALAK
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 13538,132 2437,881 5,553 ,000
KAPASITAS TUKAR KATION
(2)
Lampiran 43. Output Hubungan Produksi dengan C-organik
Model Summaryb
Mode
l R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F Change 1 ,254a ,064 ,031 3695,57420 ,064 1,930 1 28 ,176
a. Predictors: (Constant), C-ORG
b. Dependent Variable: PRODUKSI SALAK
INOVA
Model
b
Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 26359699,642 1 26359699,642 1,930 ,176a
Residual 3,824E8 28 13657268,704
Total 4,088E8 29
a. Predictors: (Constant), C-ORG
b. Dependent Variable: PRODUKSI SALAK
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9642,003 1304,809 7,390 ,000 C-ORG -584,102 420,436 -,254 -1,389 ,176
(3)
Lampiran 44. Output Hubungan Produksi dengan pH tanah
Model Summaryb
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 ,246a ,060
,027 3703,70136 ,060 1,799 1 28 ,191
a. Predictors: (Constant), PH TANAH b. Dependent Variable: PRODUKSI SALAK
ANOVA
Model
b
Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 24675917,747 1 24675917,747 1,799 ,191a
Residual 3,841E8 28 13717403,772
Total 4,088E8 29
a. Predictors: (Constant), PH TANAH b. Dependent Variable: PRODUKSI SALAK
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -14025,007 16502,881 -,850 ,403 PH TANAH 3282,846 2447,653 ,246 1,341 ,191
(4)
Lampiran 45. Output Hubungan Produksi dengan Kemiringan
Model Summaryb
Mod
el R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics R Square
Change F
Change df1 df2
Sig. F Change 1 ,316a ,100 ,068 3624,62316 ,100 3,113 1 28 ,089
a. Predictors: (Constant), PERSENTASE KELERENGAN b. Dependent Variable: PRODUKSI SALAK
ANOVA
Model
b
Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 40902217,401 1 40902217,401 3,113 ,089a
Residual 3,679E8 28 13137893,070
Total 4,088E8 29
a. Predictors: (Constant), PERSENTASE KELERENGAN b. Dependent Variable: PRODUKSI SALAK
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 6312,712 1205,414 5,237 ,000
PERSENTASE KELERENGA N
(5)
Lampiran 46. Output Hubungan Produksi dengan Karakteristik tanah
Model Summaryb
Mod el R
R Squa re Adjusted R Square Std. Error of the Estimate R Square
Change F Change df1 df2 1 ,796
a
,634 ,558 2495,4518 8
,634 8,328 5 24
a. Predictors: (Constant), PERSENTASE LERENG, PH TANAH, KAPASITAS TUKAR KATION, C-ORGANIK, KEJENUHAN BASA
b. Dependent Variable: PRODUKSI SALAK
ANOVA
Model
b
Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 2,593E8 5 51861700,274 8,328 ,000a
Residual 1,495E8 24 6227280,083
Total 4,088E8 29
a. Predictors: (Constant), PERSENTASE LERENG, PH TANAH, KAPASITAS TUKAR KATION, C-ORGANIK, KEJENUHAN BASA
b. Dependent Variable: PRODUKSI SALAK
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -19088,940 11685,233 -1,634 ,115
KEJENUHAN BASA 460,390 98,177 ,949 4,689 ,000
KAPASITAS TUKAR KATION
279,449 141,898 ,436 1,969 ,061
PH TANAH 1382,455 1721,735 ,103 ,803 ,430
C-ORGANIK -342,698 348,443 -,149 -,984 ,335
PERSENTASE LERENG 29,731 17,515 ,214 1,697 ,103
(6)