Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar hasil karya penulis dan belum pernah diangkat oleh penulis lain
dengan permasalahan yang sama. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran dan juga referensi dari buku-buku serta informasi yang didapat dari media baik
cetak maupun elektronik, juga dilengkapi dengan fakta-fakta yang didapat dari hasil riset yang dilaksanakan oleh penulis. Jika dikemudian hari, ada skripsi yang
sama maka penulis akan mempertanggung-jawabkan sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS Belanda,
dengan demikian juga WvS Hindia-Belanda KUHP, tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu. Oleh karena itu, para
ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu. Sayangnya sampai kini belum ada keseragaman pendapat.
Istilah-istilah yang pernah dipergunakan baik dalam perundang-undangan maupun dalam berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaar
feit adalah : tindak pidana, peristiwa pidana, delik, pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan pidana. Nyatalah kini setidak-tidaknya dikenal
ada 7 tujuh istilah Bahasa Indonesia sebagai terjemahan dari istilah strafbaar feit. Strafbaar feit terdiri dari 3 tiga kata, yakni : straf, baar, dan feit. Dari 7
tujuh istilah yang digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feit itu, ternyata
Universitas Sumatera Utara
straf diterjemahkan dengan pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh. Sementara itu, untuk kata feit diterjemahkan dengan
tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.
9
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai istilah strafbaar feit adalah :
Menurut wujud atau sifatnya, tindak pidana adalah perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan-perbuatan ini merugikan masyarakat, dalam arti
bertentangan dengan atau menghambat akan terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat yang dianggap baik dan adil. Dapat pula dikatakan bahwa perbuatan
pidana ini adalah perbuatan yang anti sosial.
10
9
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002, hal. 67
10
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah, Bagian I, Balai Lektur
Mahasiswa, tth, hal. 274
a. Simon Simon memberi rumusan bahwa strafbaar feit adalah suatu handeling
tindakanperbuatan yang diancam dengan pidana oleh undang-undang, bertentangan dengan hukum onrechtmatig yang dilakukan dengan kesalahan
schuld oleh seseorang yang mampu bertanggung-jawab. Kemudian beliau membaginya dalam 2 dua golongan unsur, yakni unsur objektif berupa tindakan
yang dilarang diharuskan, akibat keadaan masalah tertentu, dan unsur subjektif yang berupa kesalahan schuld dan kemampuan bertanggung-jawab dari
petindak.
Universitas Sumatera Utara
b. Rumusan Van Hammel Van Hammel merumuskan strafbaar feit itu sama dengan yang
dirumuskan oleh Simon, hanya ditambah dengan kalimat tindakan mana bersifat dapat dipidana.
c. Rumusan VOS VOS merumuskan strafbaar feit adalah suatu kelakuan manusia yang
dilarang dan oleh undang-undang diancam dengan pidana. d. Rumusan Pompe
Pompe merumuskan strafbaar feit adalah suatu pelajaran kaidah penggangguan ketertiban umum, terhadap dimana pelaku mempunyai kesalahan
untuk mana pemidanaan adalah wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin kesejahteraan umum.
Para sarjana Indonesia telah memberikan defenisi mengenai tindak pidana, yaitu :
11
a. Mr. Karni mendefenisikan tindak pidana sebagai perbuatan ynag boleh
dihukum b.
Mr. R. Tresna mendefenisikan tindak pidana sebagai peristiwa pidana
c. Moeljatno mendefenisikan tindak pidana sebagai perbuatan pidana
11
Adami Chazawi, Op.cit., hal. 68
Universitas Sumatera Utara
d. Wirjono Prodjodikoro mendefinisikan tindak pidana sebagai suatu perbuatan
yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana dan pelaku itu dapat dikatakan merupakan “subjek tindak pidana”.
Moeljatno memakai istilah perbuatan pidana untuk menggambarkan isi
pengertian strafbaar feit dan beliau mendefinisikannya sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi
yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. Beliau tidak setuju istilah tindak pidana karena menurut beliau tindak lebih pendek
daripada perbuatan, tindak tidak menunjukkan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya menyatakan keadaan konkrit.
12
Dari definisi diatas, Moeljatno memberi unsur tindak pidana sebagai berikut :
13
12
Ibid, hal. 71
13
Ibid, hal. 79
a. Perbuatan b. Yang dilarang oleh aturan hukum
c. Ancaman pidana bagi yang melanggar Dari uraian unsur tindak pidana diatas, maka yang dilarang adalah
perbuatan manusia, yang melarang adalah aturan hukum. Berdasarkan uraian kata perbuatan pidana, maka pokok pengertian adalah pada perbuatan itu, tetapi tidak
dipisahkan dengan orangnya. Ancaman diancam dengan pidana menggambarkan bahwa seseorang itu dipidana karena melakukan perbuatan yang dilarang dalam
hukum.
Universitas Sumatera Utara
Pandangan Moeljatno terhadap perbuatan pidana seperti tercermin dalam istilah yang beliau gunakan dalam rumusannya, menampakkan bahwa beliau
memisahkan antara perbuatan dengan orang yang melakukannya. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 KUHP seseorang yang melakukan tindak
pidana dapat dihukum apabila memenuhi hal-hal berikut :
14
Menurut Pasal 186 KUHAP menyatakan bahwa keterangan seorang ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Pasal tersebut tidak
menjawab siapa yang disebut ahli dan apa itu keterangan ahli. Pada penjelasan pasal tersebut juga tidak menjelaskan hal ini.
a. Ada norma pidana tertentu b. Norma pidana tersebut beradasarkan undang-undang
c. Norma pidana tersebut telah berlaku sebelum perbuatan terjadi Dengan perkataan lain, bahwa tidak seorangpun karena suatu perbuatan
tertentu, bagaimanapun bentuk perbuatan tersebut dapat dihukum kecuali telah ditentukan suatu hukuman berdasarkan undang-undang terhadap perbuatan itu.
Jadi, syarat dari adanya perbuatan pidana adalah kenyataan bahwa ada aturan hukum yang melarang dan mengancam dengan pidana barangsiapa yang
melanggar larangan tersebut.
2. Pengertian Ahli dan Keterangan Ahli
15
Menurut A. Karim Nasution, janganlah hendaknya berpendapat bahwa orang yang disebut ahli tersebut adalah seorang yang telah memperoleh
14
Leden Marpaung, Unsur-Unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum, Sinar Grafika,
Jakarta, 1991, hal. 3
15
M. Yahya Harahap, Op.cit., hal. 297