Yahya Harahap, Op.cit., hal.165 Yahya Harahap, Op.cit., hal. 249

Tujuan dilakukannya penahanan diatur dalam Pasal 20 KUHAP, yang menjelaskan : 34 1. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik berwenang melakukan penahanan. Mengenai ukuran kepentingan penyidikan pada dasarnya ditentukan oleh kenyataan keperluan pemeriksaan penyidikan itu sendiri secara objektif. Tergantung kepada kebutuhan tingkat upaya penyidik untuk menyelesaikan fungsi pemeriksaan penyidikan yang tuntas dan sempurna. Ketika penyidikan selesai, maka penahanan tidak lagi diperlukan 2. Penahanan yang dilakukan penuntut umum bertujuan untuk kepentingan penuntutan 3. Penahan yang dilakukan oleh peradilan, dimaksud untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat pengadilan. Hakim berwenang melakukan penahanan dengan penetapan yang didasarkan kepada perlu tidaknya penahanan dilakukan sesuai dengan kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan. Sahnya dilakukannya penahanan ditentukan dalam Pasal 21 ayat 4 KUHAP yang menyatakan penahanan hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberi bantuan dalam tindak pidana. d. Penggeledahan Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan. Ditinjau dari segi hukum, penggeledahan adalah tindakan penyidik yang 34

M. Yahya Harahap, Op.cit., hal.165

Universitas Sumatera Utara dibenarkan undang-undang untuk memasuki dan melakukan pemeriksaan di rumah tempat kediaman seseorang atau untuk melakukan pemeriksaan terhadap badan dan pakaian seseorang. 35 Kewenangan untuk melakukan penggeledahan hanya diberikan kepada penyidik, baik itu polisi atau penyidik pegawai negeri sipil. Penuntut umum atau hakim tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penggeledahan. Hal ini diperjelas dalam Pasal 32 KUHAP yang menyatakan : “untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini”. Penyidik memiliki kewenangan dalam penggeledahan, namun tidak bisa dilakukan sewenang-wenang. Penyidik harus meminta izin terlebih dahulu kepada Ketua Pengadilan Negeri atau dalam keadaan terpaksa penyidik dapat melakukan penggeledahan tanpa surat izin. Menurut Pasal 1 angka 17 KUHAP, menyatakan : “Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang”. Sedangkan menurut Pasal 1 angka 18 KUHAP, menyatakan : “Penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk melakukan pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawa serta untuk disita”. 36 35 Nico Ngani, I. Nyoman Budi Jaya, dan Hasan Madani, Op.cit., hal. 48 36

M. Yahya Harahap, Op.cit., hal. 249

Universitas Sumatera Utara e. Penyitaan Menurut Pasal 1 angka 16 KUHAP menyebutkan bahwa penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil ahli dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat. Berdasarkan Pasal 39 ayat 1 KUHAP, macam-macam benda yang dapat dikenakan penyitaan adalah : 37 1 Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana. 2 Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau mempersiapkannya 3 Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana 4 Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana 5 Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan. f. Pemeriksaan Surat Pada Pasal 47 KUHAP disebutkan, penyidik berhak membuka, memeriksa, dan menyita surat lain yang dikirim melalui kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan telekomuniskasi atau pengangkutan. 37 Nico Ngani, I. Nyoman Budi Jaya, dan Hasan Madani, Op.cit., hal. 52 Universitas Sumatera Utara Surat lain dalam Pasal 47 KUHAP adalah surat yang mempunyai hubungan dengan tindak pidana atau perkara yang sedang diperiksa, akan tetapi hubungannya tidak langsung, namun diharapakan memberi petunjuk terhadap pemeriksaan perkara. 38 Untuk melakukan pemeriksaan surat, penyidik harus meminta izin khusus kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat. Dengan adanya izin ini, maka penyidik dapat membuka, memeriksa, bahkan menyita surat yang dicurigai sebagai barang yang dapat membuat terang suatu tindak pidana. Apabila surat yang telah diperiksa, dan akan dikembalikan kepada jasa pengirimnya maka penyidik harus menutup surat dengan rapih. Dan harus dibubuhi cap yang berbunyi “telah dibuka oleh penyidik”. Dan pada cap tadi dibubuhi tanggal dan tanda tangan penyidik serta identitas penyidik. 39

1. Jenis Penelitian F. Metode Penelitian

Metode diartikan sebagai suatu jalan atau cara untuk mencapai sesuatu. Sebagaimana tentang cara penelitian harus dilakukan, maka metode penelitian yang digunakan penulis mencakup antara lain : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang menggabungkan antara penelitian hukum normatif penelitian hukum doktrinal dan penelitian hukum sosiologis penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian kepustakaan atau studi dokumen. Penelitian hukum normatif 38

M. Yahya Harahap, Op.cit., hal. 315