Pengertian dan Sejarah Pengangkutan

BAB II TANGGUNG JAWAB PT.GARUDA INDONESIA AIRLINES SEBAGAI PENGANGKUT TERHADAP PENUMPANG MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN

A. Pengertian dan Sejarah Pengangkutan

Kata pengangkutan berasal dari kata “angkut” yang artinya bawa atau muat dan kirimkan. Jadi pengangkutan diartikan sebagai pengangkutan dan pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman barang atau orang, barang atau orang yang diangkut dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan selamat, walaupun demikian diperlukan suatu alat sebagai sarana pengangkut. Selain itu banyak para sarjana yang mengemukakan pendapatnya megenai pengertian pengangkutan antara lain : Menurut HMN. Poerwosutjipto mengatakan bahwa : “ Pengangkutan adalah perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari satu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan” 12 “Pengangkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang kedalam pengangkutan, membawa barang atau penumpang dari tempat Sedangkan Abdul Kadir Muhammad mengatakan bahwa : 12 HMN Poerwosutjipto. Loc. Cit,. Universitas Sumatera Utara pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkut ke tempat yang ditentukan”. 13 ”Sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan tertentu dengan selamat tanpa berkurang jumlah dari barang yang dikirimkan, sedangkan pihak lainnya pengirim atau penerima berkeharusan memberikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.” Menurut Sution Usma Adji, bahwa pengangkutan adalah: 14 Sedangkan menurut Soekardono, bahwa perjanjian pengangkutan itu adalah : ”Sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan ke tempat tujuan tertentu sedangkan pihak lain berkewajiban untuk membayar biaya tertentu pekerjaan pengangkutan itu” 15 13 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Pengangkut Darat, laut dan Udara, Jakarta : Cipta Aditya Bahkti 1991, hal. 19 14 Sutiono Usman Adji, dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Bandung : Rineka Citra, 1990, hal. 6 15 Soekardono, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jakarta : Soereong, 1981, hal. 2 Tentang pengertian pengangkutan ini sendiri tidak ada diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD maupun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata. Pasal 466 hanya menyatakan tentang pengangkut saja yaitu setiap orang yang berjanji untuk menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter atau voyage charter atau persetujuan lain. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Pasal ini dapat diketahui bahwa KUHD hanya mengatur tentang pengangkutan melalui laut dan tidak secara tegas mengatur mengenai persoalan pengangkutan udara. Dengan demikian pengangkutan melalui udara diatur dalam peraturan tersendiri yang terpisah dari KUHD yaitu dalam sebuah Ordonansi Pengangkutan UdaraOPU stb. 1939-100. Didalam Ordonansi Pengangkutan Udara ini tidak ada diatur secara jelas apa yang dimaksud dengan pengangkutan udara itu sendiri. Pasal 521 KUHD berbunyi : Pengangkutan dalam bab ini artinya ialah “barang siapa yang baik dengan persetujuan carter menurut perjalanan dengan persetujuan lain mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang penumpang yang seluruhnya atau sebagaian melalui Lautan”. Menurut pengertian sehari-hari pengangkutan diartikan sebagai alat-alat yang dipergunakan untuk membawa penumpang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain dimana alat angkutan yang digunakan dapat melalui laut, darat dan udara. Masyarakat menganggap bahwa pengangkutan adalah hanya sebatas pengertian sebagai alat-alat untuk mengangkut dan tidak menganggap suatu proses yang merupakan sebuah proses atau kegiatan atau gerakan mengangkut dari suatu tempat-ke tempat yang lain. Dari pendapat para sarjana diatas ada juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan pengertian antara perjanjian pengangkutan orang dengan perjanjian pengangkutan barang. Dimana perbedaannya adalah dalam perjanjian, Universitas Sumatera Utara pengangkutan orang tidak mempunyai tanggung jawab adalah hal penyerahan setelah sampai ke tempat tujuan setelah mengangkut dengan selamat, tidak seperti yang terdapat dalam perjanjian pengangkutan barang dengan penyelenggaraan pengangkutan sampai dengan pada saat penyerahan barang tersebut diterima dengan baik oleh penerima barang. Agar dapat memahami konsep pengangkutan secara komprehensif perlu dikaji terlebih dahulu aspek yang tersirat dalam konsep pengangkutan. Konsep pengangkutan meliputi tiga aspek, yaitu : 16 1. Pengangkutan sebagai usaha bussiness 2. Pengangkutan sebagai perjanjian agreement 3. Pengangkutan sebagai proses penerapan applying process Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan yang berakhir dengan pencapaian tujuan pengangkutan. Tujuan kegiatan usaha pengangkutan adalah memperoleh keuntungan danatau laba; tujuan kegiatan perjanjian pengangkutan adalah memperoleh hasil realisasi yang diinginkan oleh pihak- pihak; dan tujuan kegiatan pelaksanaan pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan tiba dengan selamat di tempat tujuan. Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan pelakunya. Tanpa kegiatan tidak mungkin tujuan dapat dicapai. Kata yang paling tepat untuk menyatakan ketiga aspek kegiatan dan hasilnya itu adalah ”pengangkutan”. Karena sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, bukan ”angkutan”. Istilah angkutan artinya hasil dari perbuatan 16 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Penangkutan Niaga, Bandung : Cipta Aditya Bahkti, 2008, hal. 1 Universitas Sumatera Utara mengangkut atau menyatakan apa yang diangkut muatan. Jika dipakai dengan istilah hukum, yang tepat adalah ”hukum pengangkutan” transportation law, bukan ”hukum angkutan”. Pengangkutan sebagai usaha bussiness adalah kegiatan usaha dibidang jasa pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut mekanik. Alat pengangkut mekanik contohnya adalah gerbong untuk mengangkut barang, kereta untuk mengangkut penumpang, truk untuk mengangkut barang, bus untuk mengangkut penumpang, pesawat kargo untuk mengangkut barang, pesawat penumpang untuk mengangkut penumpang, kapal kargo untuk mengangkut barang dan kapal penumpang untuk mengangkut penumpang. Kegiatan usaha tersebut selalu berbentuk perusahaan perseorangan, persekutuan, atau badan hukum. Karena menjalankan perusahaan usaha jasa pengangkutan bertujuan memperoleh keuntungan danatau laba. 17 1. Pengangkutan dengan kereta api railway Setiap perusahaaan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan harus memperoleh izin usaha dari pemerintah sesuai dengan jasa pengangkutan yang dijalankannya. Perusahaan bidang jasa pengangkutan lazim disebut perusahaan pengangkutan. Perusahaan pengangkutan meliputi kegiatan usaha bidang jasa : 2. Pengangkutan dengan kendaraan bermotor umum highway 3. Pengangkutan dengan kapal laut, kapal penyeberangan, kapal danau dan kapal sungai waterway 4. Pengangkutan dengan pesawat udara airway 17 Abdul Kadir Muhammad, Ibid., hal. 2 Universitas Sumatera Utara Pengangkutan sebagai perjanjian agreement selalu didahului oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dengan penumpang atau pengirim. Kesepakatan tersebut pada dasarnya berisi kewajiban dan hak, baik pengangkut dan penumpang maupun pengirim. Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang sejak tempat pemberangkatan sampai ke tempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat. Sebagai imbalan pengangkut berhak memperoleh sejumlah uang jasa atau uang sewa yang disebut biaya pengangkutan. Kewajiban penumpang atau pengirim membayar sejumlah uang sebagai biaya pengangkutan dan memperoleh hak atas pengangkutan sampai ditempat tujuan dengan selamat. Perjanjian pengangkutan pada umumnya bersifat lisan tidak tertulis, tetapi selalu didukung oleh dokumen pengangkutan. Dokumen pengangkutan berfungsi sebagai bukti sudah terjadi perjanjian pengangkutan dan wajib dilaksanakanoleh pihak-pihak. Dokumen pengangkutan barang lazim disebut surat muatan, sedangkan dokumen pengangkutan penumpang lazim disebut karcis penumpang. Perjanjian pengangkutan dapat juga dibuat tertulis yang disebut perjanjian carter charter party seperti carter pesawat udara untuk mengangkut jemaah haji dan carter kapal untuk mengangkut barang dagangan. Jadi perjanjian pengangkutan pada umumnya diadakan secara lisan dan didukung oleh dokumen pengangkutan yang membuktikan bahwa perjanjian tersebut sudah terjadi dan mengikat untuk dilaksanakan. Namun, apabila pihak-pihak menghendaki boleh juga perjanjian tersebut dibuat secara tertulis yang disebut charter party. Universitas Sumatera Utara Beberapa alasan pihak-pihak menginginkan agar perjanjian pengangkutan dibuat secara tertulis karena beberapa alasan, yaitu : 18 1. kedua pihak ingin memperoleh kepastian mengenai kewajiban dan hak. 2. kejelasan rincian mengenai objek, tujuan, dan beban risiko pihak- pihak. 3. kepastian dan kejelasan cara penyerahan dan pembayaran barang. 4. menghindari berbagai macam tafsiran arti kata dan isi perjanjian. 5. kepastian mengenai kapan, dimana dan alasan apa perjanjian berakhir. 6. menghindari konflik pelaksanaan perjanjian akibat ketidak jelasan maksud yang dikehendaki pihak-pihak Pengangkutan sebagai proses penerapan applying process adalah terdiri atas serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan kedalam alat pengangkut, kemudian dibawa oleh pengangkut menuju ketempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan. Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem yang mempunyai unsur- unsur sistem yaitu : 19 a. subjek pelaku pengangkutan, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan dan pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan. 18 Abdul Kadir Muhammad, Ibid., hal.3 19 Abdul Kadir Muhammad, Ibid., hal.4 Universitas Sumatera Utara b. status pelaku pengangkutan, khususnya pengangkut selalu berstatus perusahaan perseorangan, persekutuan atau badan hukum. c. Objek pengangkutan, yaitu alat pengangkut, muatan dan biaya pengangkutan serta dokumen pengangkutan yang dibutuhkan dalam pengangkutan. d. Peristiwa pengangkutan yaitu proses terjadinya pengangkutan dan penyelenggaraan pengangkutan serta berakhir di tempat tujuan. e. Hubungan pengangkutan, yaitu hubungan kewajiban dan hak antara pihak-pihak dalam pengangkutan dan mereka yang berkepentingan dengan pengangkutan. Pengangkut menurut P.J.S Purwodaminta adalah orang yang mengangkut atau alat yang mengangkut atau memindahkan barang yaitu benda mati, hewan. Sedangkan yang dimaksud dengan pengangkutan adalah memindahkan atau mengangkat barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan alat angkut. Keistimewaan dari perjanjian pengangkutan dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, tidak ada keharusan untuk membuat perjanjian secara tertulis. Kriteria atau ciri-ciri pengangkut adalah : 1. Menggunakan alat angkut baik pribadi ataupun sewa 2. Merupakan salah satu pihak dalam perjanjian. 3. Pengangkut sebagai penerbit dokumen angkutan 4. Sebagai pihak penerima ongkos angkut Universitas Sumatera Utara Subjek hukum pengangkutan antara lain adalah : 1. Pihak yang secara langsung terikat dalam perjanjian yaitu mereka yang secara langsung terikat memenuhi kewajiban dan memperoleh hak dalam perjanjian pengangkutan. Mereka adalah pengangkut, penumpang, pengirim barang, dan adakalanya penerima dimasukkan. 2. Pihak yang tidak secara langsung terikat dengan perjanjian yaitu mereka yang secara tidak langsung terikat pada perjanjian pengangkutan karena bukan termasuk pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan bertindak untuk dan atas nama, kepentingan pihak lain atau karena sesuatu alasan mereka memperoleh hak dalam perjanjian pengangkutan. Seperti yang telah diketahui kewajiban pengangkut adalah mengangkut barang dengan selamat atau mengantarkan penumpang dengan selamat sampai ke tempat tujuan. Sedangkan hak pengangkut adalah mendapat upah atau ongkos dari penumpang atau pengirim barang. Kewajiban penumpang adalah membayar upah atau ongkos kirim kepada pengangkut sedangkan haknya diangkut dari satu tempat ke tempat tertentu dengan selamat. Manfaat terjadinya pengangkutan ini yaitu meningkatkan nilai dan daya guna dari orang atau barang yang diangkut. Dalam pengangkutan dikenal tiga sifat hukum pengangkutan, yaitu : 1. Perjanjian pengangkutan bersifat pelayanan berkala yang mempunyai dasar hukum Pasal 1601 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara 2. Perjanjian pengangkutan bersifat perjanjian pemborongan yang mempunyai dasar hukum Pasal 1608 dan Pasal 1648 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. 3. Perjanjian pengangkutan adalah merupakan perjanjian campuran yang mempunyai dasar hukum Pasal 371, Pasal 648, Pasal 471 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang.

B. Prinsip-prinsip Hukum dalam Pengangkutan Udara

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 Dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

1 75 113

Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Orang Dan Barang Dalam Pengangkutan Udara Ditinjau Dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2009

3 143 98

Perlindungan Hukum terhadap Penumpang yang Dirugikan oleh Maskapai Penerbangan Dalam Negeri yang Mengalami Penundaan Keberangkatan (Delay) Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Jo Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2

1 6 43

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG ATAS TERTUNDANYA PENERBANGAN (DELAY) BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

1 5 49

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP BAGASI TERCATAT DALAM HAL TERJADI KERUSAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN : STUDI PADA PT. GARUDA INDONESIA DENPASAR.

0 1 48

TANGGUNG JAWAB PT. ANGKASA PURA II (PERSERO) TERHADAP MASKAPAI PENERBANGAN DENGAN DITUNDANYA KEBERANGKATAN BERDASARKAN KUHPERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 2

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN SRIWIJAYA AIR TERHADAP PESAWAT SRIWIJAYA AIR SJ 268 YANG MENOLAK MENGANGKUT PENUMPANG TUNA NETRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DAN PERATU.

0 0 1

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Lion Air terhadap Penumpang atas Keterlambatan Penerbangan dihubungkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan 77/2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.

0 2 2

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

TANGGUNG JAWAB KEPERDATAAN DALAM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UDARA ATAS KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 12