tumbuhan, dan dari laut sendiri. Peningkatan kadar fosfat dalam air laut, akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi blooming fitoplankton yang akhirnya
menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat untuk pertumbuhan plankton adalah 0,27-5,51 mg L Hutagalung Setiapermana,
1994. Fraksi yang paling baik dari senyawa fosfat yang terlarut paling mungkin
terdapat dalam bentuk senyawa organik, sedangkan fosfor anorganik yang terlarut terjadi terutama sebagai bentuk ion ortofosfat PO
4 3-
. Protonasi sempurna dari ion ortofosfat menghasilkan H
3
PO
4
yang mempunyai nilai pK1 = 2,17 ; pK2 = 7,31 ; dan pK3 = 12,36. Berdasarkan nilai konstanta desosiasi asam ini dapat disimpulkan
bahwa H
3
PO
4
adalah asam yang lemah, oleh karena itu ion fosfat terbentuk sebagai H
2
PO
4 -
atau HPO
4 2-
. Titik ekivalen pertama asam fosfat terdapat pada pH sekitar 4,62 dan metil merah adalah indikator yang cocok untuk langkah ini. Titik ekivalen
yang kedua , terdapat pada pH sekitar 9,72, karena H
2
PO
4 -
adalah sebuah asam yang lebih lemah daripada
H
3
PO
4.
Fenolftalein dapat dipergunakan untuk mendeteksi ekivalen ini Keenan, 1992.
2.5.2 Dampak Negatif Fosfat
Dimasa ini persoalan yang terjadi di banyak sumber daya air di Indonesia, dan bahkan dunia yaitu pencemaran lingkungan dan kasus eutrofikasi. Pencemaran
lingkungan disebabkan oleh limbah cair yang mengandung logam berat dan senyawa kimia lain yang bersifat karsinogenik. Faktor pencemaran akibat aktivitas
modern, baik dari praktik pertanian, peternakan, permukiman, maupun tingginya populasi manusia, menjadi sumber semakin beratnya persoalan krisis air ini.
Eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Proses
alamiah ini, secara tidak disadari dipercepat oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun
saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir ribuan danau di muka bumi, sebagaimana dikenal lewat fenomena alga bloom
Auliah, 2009. Algae yang berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air,
yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan. Saat perairan cukup
mengandung phosfat, algae mengakumulasi fosfor di dalam sel melebihi kebutuhannya. Fenomena yang demikian dikenal dengan istilah konsumsi lebih
luxury consumption Rohmah, 2008.
2.5.3 Penentuan Kadar Fosfat
Penentuan kadar fosfat dilakukan menggunakan spektrofotometer dengan metode asam askorbat SNI 06-6989.31-2005. Prinsip dari metode ini didasarkan
pada pembentukan senyawa kompleks fosfomolibdat yang berwarna biru. Kompleks tersebut selanjutnya direduksi dengan asam askorbat membentuk warna
biru kompleks Molybdenum. Intensitas warna yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi fosfor. Warna biru yang timbul diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 700nm-880nm Rohmah, 2008. Dalam medium asam, ortofosfat membentuk kompleks berwarna kuning
dengan ion molibdat. Dengan adanya asam askorbat dan antimon, kompleks
fosfomolibdat berwarna biru terbentuk. Warna biru dapat bervariasi tergantung dari kondisi redoks medium dan pH. Antimon ditmabahkan untuk melengkapi reduksi
kompleks fosfomolibdenum kuning menjadi kompleks fosfomolibdenum biru. Lebih jauh lagi, antimon meningkatkan intensitas warna biru dan menyebabkan
pengukuran serapan lebih sensitif Hardiyanto, 2009.
2.5.4 Larutan Campuran dalam Pengukuran Fosfat