fasa yang terdapat dalam sampel. Untuk mengidentifikasi senyawa tak dikenal, digunakan Powder Diffraction File PDF produk Joint Committee on Powder
Diffraction Standarts PCPDFWIN Wahyuni, 2003.
2.8 Surface Area Analyzer SAA
Surface Area Analyzer SAA merupakan salah satu alat utama dalam
karakterisasi material. Alat ini khususnya berfungsi untuk menentukan luas permukaan material, distribusi pori dari material dan isoterm adsorpsi suatu gas
pada suatu bahan. Alat ini prinsip kerjanya menggunakan mekanisme adsorpsi gas, umumnya
nitrogen, argon dan helium, pada permukaan suatu bahan padat yang akan dikarakterisasi pada suhu konstan biasanya suhu didih dari gas tersebut. Alat
tersebut pada dasarnya hanya mengukur jumlah gas yang dapat dijerap oleh suatu permukaan padatan pada tekanan dan suhu tertentu. Secara sederhana, jika kita
mengetahui berapa volume gas spesifik yang dapat dijerap oleh suatu permukaan padatan pada suhu dan tekanan tertentu dan kita mengetahui secara teoritis luas
permukaan dari satu molekul gas yang dijerap, maka luas permukaan total padatan tersebut dapat dihitung.
Telah banyak teori dan model perhitungan yang dikembangkan para peneliti untuk mengubah data yang dihasilkan alat ini. Data berupa jumlah gas yang dijerap
pada berbagai tekanan dan suhu tertentu disebut juga isoterm diubah menjadi data luas permukaan, distribusi pori, volume pori dan lain sebagainya. Misalnya saja
untuk menghitung luas permukaan padatan dapat digunakan BET teori, Langmuir
teori, metode t-plot, dan lain sebagainya, yang paling banyak dipakai dari teori –
teori tersebut adalah BET.
Metode BET Brunaer-EMMET-Teller
Metode ini menganggap bahwa molekul padatan yang paling atas berada pada kesetimbangan dinamis. Ini berarti jika permukaan hanya dilapisi oleh satu
molekul saja, maka molekul-molekul gas ini berada dalam kesetimbangan dalam fase uap padatan. Jika terdapat dua atau lebih lapisan, maka lapisan teratas berada
pada kesetimbangan dalam fase uap padatan. Bentuk isoterm tergantung pada macam gas adsorbat, sifat adsorben dan struktur pori. Gejala yang diamati pada
adsorpsi isoterm berupa adsorpsi lapisan molekul tunggal, adsorpsi lapisan molekul ganda dan kondensasi dalam kapiler.
Persamaan BET dapat ditulis sebagai berikut:
[ � � − ]
= � ��
⁄ 2.6
Dimana W
= Berat yang diserap adsorbed pada tekanan relative PP
o
Wm = Berat gas nitrogen adsorbate yang membentuk lapisan monolayer pada
permukaan zat. P
= Tekanan kesetimbangan adsorbsi P
o
= Tekanan penjenuhan adsorpsi cuplikan pada suhu rendaman pendingin C
= konstanta energy Luas permukaan suatu padatan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
S
t
=
. �.
2.7
Dimana: S
t
= Luas permukaan suatu padatan m
2
Wm = Berat gas nitrogen adsorbate yang membentuk lapisan monolayer pada permukaan zat.
N
av
= Bilangan Avogadro 6,023 x 10
23
molekulmol Acs
= Luas proyeksi N
2
16,2 x 10
-20
Å Luas permukaan spesifik suatu padatan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut: S =
�
2.8 Dimana:
S = Luas permukaan spesifik suatu padatan m
2
g S
t
= Luas permukaan suatu padatan m
2
W = Berat yang dianalisis adsorbed
Dharmayanthi, 2006
34
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian