Hambatan Pada Instansi Pemerintah yang Terkait Dalam Pendaftaran Merek

Lima Informan di atas menjelaskan tentang hambatan-hambatan yang terjadi dalam pendaftaran merek yang mereka lalui. Hasil dari penelitian menjelaskan kalau hambatan-hambatan yang terjadi dalam pendaftaran merek pada home industry eggrollyang dialami pengusahanya yaitu : 1. Kurangnya wawasan para pengusaha home industry eggroll tentang merek serta prosedur pendaftarannya. 2. Kurangnya penyuluhan dan sosialisasi dari Pemerintah Daerah mengenai pentingnya HKI khususnya merek kepada para pengusaha home industry eggroll di Kelurahan Ngroto, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. 3. Pengusaha home industry eggroll di Kelurahan Ngroto khawatir biaya yang dikeluarkan dalam pendaftaran merek mahal. 4. Prosedur pendaftaran merek yang terlalu lama dan khawatir adanya kesamaan namapada merek yang telah terdaftar.

4.1.7.2 Hambatan Pada Instansi Pemerintah yang Terkait Dalam Pendaftaran Merek

Hambatan dalam pendaftaran suatu merek selain dialami oleh pihak pemilik merek sendiri, dialami pula oleh Instansi Pemerintah yang menangani masalah pendaftaran merek. Instansi Pemerintahan dalam penelitian ini yaitu Dinperindagkop Kabupaten Blora, Disperindag Provinsi Jawa Tengah, Dinas Koperasi dan UMKM, dan Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Jawa Tengah. Ibu Daeng dari Dinas Koperasi Kabupaten Blora menyatakan hambatan dalam pendaftaran merek ini yaitu mengenai biaya pendaftaran yang sampai saat ini Pemerintah Kabupaten belum bisa membantu memfasilitasi dikarenakan kurangnya anggaran. Masalah lain yaitu mengenai prosedur yang terlalu lama sehingga para UKM malas untuk menunggu. Menurut Bapak Candra dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Semarang mengatakan masalah lain dalam pendaftaran suatu merek yaitu: “Sebetulnya ada kendala dalam pendaftaran merek ini, kendalanya itu kalau merek kita daftarkan terus merek itu ditolak, kendalanya UKM tidak mau mengganti nama mereknya. Bila sudah masuk kas negara biaya tidak bisa diambil lagi apabila UKM tidak mau mengganti nama mereknya, apabila mau mengganti maka akan kami bantu” wawancara dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 21 Juni 2013, pukul 09.30 WIB Menurut Ibu Henru Tinri beliau mengatakan kendala dalam pendaftaran merek ini yaitu: “Kendalanya itu dalam pendaftaran formulir merek itu sudah ada, dan tergantung pinter-pinternya nama merek yang benar dan tidak ada yang menggunakannya. Masalah lainnya, juga masalah waktu yang cukup lama untuk mengetahui merek itu sudah ada yang punya atau belum karena hal itu membutuhkan waktu sekitar 12 bulan sendiri”wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 26 Juni 2013, pukul 12.30 WIB Hambatan dalam pendaftaran merek juga disampaikan oleh Ibu Lista dari Kanwil Hukum dan HAM, bahwa: “Saya pernah ke Solo, ke UKM batik dan mereka bilang kalau mereka tidak percaya terhadap pendaftaran, pendaftaran HKI itu lama dan mahal. Sebenarnya yang membuat mahal itu oknum dan tidak langsung ke Kanwil Hukum dan HAM atau langsung ke Dirjen HKI . Mereka melalui orang yang sebenarnya tidak memiliki kewenangan apa-apa dan mereka mematok pendaftaran merek yang hanya enam ratus ribu, mereka disuruh membayar dua juta, dan hal inilah yang membuat masyarakat tidak percaya pada pendaftaran HKI. Selain itu juga kalau kita sosialisasi ke daerah-daerah dan sering ada masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah, dan mereka biasanya menginginkan hal yang sederhana.” wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 26 Juni 2013, pukul 14.40 WIB Berdasarkan wawancara dengan Ibu Lista menjelaskan bahwa yang bermasalah dalam pendaftaran merek yaitu pemilik merek itu sendiri. Pemilik merek tidak punya inisiatif sendiri untuk mendaftarkan merek dari produk buatannya. Masalah tersebut mungkin dikarenakan kurangnya penyuluhan dan sosialisasi tentang pengetahuan HKI di daerah-daerah. Masalah mengenai penyuluhan di daerah ditambahi oleh Bapak Totok bagian UMKM Dinperindagkop Kabupaten Blora yang menyatakan bahwa suatu penyuluhan harus mendatangkan seorang tenaga ahli di bidang HKI, dan Pemerintah Kabupaten Blora belum mempunyai tenaga ahli di bidang tersebut. Hasil wawancara di atas dapat diketahui, bahwa memang kurangnya penyuluhan dari Pemerintah Daerah mengenai HKI khusunya merek. Banyak UKM yang tidak tahu terutama para pengusaha home industry eggroll di Ngroto tentang pentingya merek dan prosedur pendaftarannya, walaupun sebenarnya produk mereka merupakan produk unggulan dan sudah dipasarkan ke banyak daerah. Pemilik merek home industry eggroll di Ngroto kurang mendapatkan pengetahuan tentang merek dikarenakan kurang adanya penyuluhan, sehingga dapat menyebabkan merek produk mereka dapat didaftarakan terlebih dahulu oleh orang lain.

4.1.8 Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Pendaftaran Merek Pada Home