rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai eleman, sekurang- kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian
atau semua interkoneksi dalam sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu.
2.5 Tinjauan Umum Tentang Merek
2.5.1 Pengertian Merek
Pengertian merek dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Merek 2001, yaitu :
”Tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”
Menurut Sutjipto dalam bukunya Saidin 2004: 343 mengemukakan
bahwa: “Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu
dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis”.
Sementara itu, menurut Molengraaf dalam bukunya Sudaryat 2010: 59 mendefinisikan bahwa:
“Merek adalah dipribadikannya sebuah barang tertentu dengan nama untuk menunjukkan asal barang dan jaminan kualitasnya sehingga bisa
dibandingkan dengan barang-barang sejenis yang dibuat dan diperdagangkan oleh orang atau perusahaan lain”.
Pentingnya memberikan pengertian terhadap berbagai istilah yang banyak digunakan dalam setiap Perundang-Undangan, termasuk Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, agar setiap istilah tersebut muncul dalam naskah Perundang-Undangan maka penafsirannya harus seragam, yaitu
berdasarkan pengertian yang telah diatur lebih awal yaitu dalam Pasal 1 Miru, 2005:9.
Masalah mengenai merek diatur pula dalam Peraturan Pemerintah bidang merek, yaitu:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1995 tentang Komisi Banding Merek ditetapkan Tanggal 29 Agustus 1995
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek ditetapkan Tanggal
31 Maret 1993 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993
tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek ditetapkan Tanggal 31 Maret 1993
4. PP No.38 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia http:www.dgip.go.idmerekreferensi-hukum.
2.5.2 Jenis Merek
Undang-Undang Merek Tahun 2001 mengatur tentang jenis-jenis merek, yang sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 butir 2 dan 3 UU Merek Tahun 2001
tentang merek dagang dan merek jasa, yaitu: 1. Pasal 1 butir 2 merumuskan bahwa merek dagang adalah merek yang
digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
2. Pasal 1 butir 3 mengartikan merek jasa sebagai merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang
secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan jasa-jasa sejenis lainnya.
Khusus untuk merek kolektif sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai jenis merek yang baru oleh karena merek kolektif ini pemakainnya digunakan
secara kolektifSaidin, 2004:330, tetapi pengertian merek kolektif menurut Pasal 1 butir 4 diartikan sebagai merek yang digunakan pada barang danatau jasa
dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang danatau
jasa sejenis lainnya. Menurut Suryodiningrat di dalam bukunya Saidin 2004:346
mengklasifikasikan merek dalam tiga jenis yaitu : 1. Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja.
2. Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan yang jarang sekali atau bahkan belum pernah sama sekali dipergunakan.
3. Merek kombinasi kata dan lukisan, banyak sekali digunakan.
2.5.3 Fungsi merek