Faktor Penentu Setting Fisik Dalam Beraktivitas di Ruang

26 dalam perbaikan taman. Setelah mengamati semua anak-anak yang bermain di taman, terdapat 10 jalur yang sering digunakan. Physical Traces dilihat dari kegiatan anak-anak melalui jalurnya, misalnya kerusakan pintu gerbang akibat anak-anak yang melompatinya atau merusaknya sebagai akses masuk yang lebih mudah, kerusakan rumput yang disebabkan oleh anak-anak yang selalu menginjak atau duduk, rusaknya tanah karena anak-anak yang suka menggunakannya sebagai tempat bermain yang nyaman, kerusakan pohon yang dilakukan anak-anak sebagai kemudahan mereka dalam bermain. Disekeliling permainan terdapat beberapa jalur untuk bermain yang sering digunakan. Jika kita ada melihat kerusakan rumput disekeliling permainan maka itu menunjukkan bahwa permainan tersebut sering digunakan. Sehingga terdapat jalur-jalur baru sebagai akses menuju permainan lainnya atau zona yang lain.

2.6.2. Faktor Penentu Setting Fisik Dalam Beraktivitas di Ruang

Terbuka Publik Studi Kasus Alun-alun Merdeka Kota Malang Muhammad Satya Adhitama, 2013 Fenomena yang terjadi pada kondisi alun – alun yang ada saat ini lebih berfungsi sebagai ruang terbuka hijau tempat resapan air di tengah kota meski terdapat ruang publik di dalamnya akan tetapi pemanfaatan kurang direspon oleh Malang sebagai tempat beraktivitas di pusat kota sehingga perlu mendapat perhatian bagaimana penataan setingfisik alun – alun yang dapat berfungsi sebagai ruang terbuka hijau sekaligus dimanfaatkan untuk mewadahi aktivitas publik. Hal ini menarik untuk dikaji, faktor setingfisik apa yang mempengaruhi Universitas Sumatera Utara 27 kenyamanan masyarakat Kota Malang dalam memanfaatkan dan beraktivitas di alun – alun Merdeka Kota Malang agar pemanfaatannya sebagai satu – satunya ruang terbuka publik di pusat kota dapat optimal. Alun – alun penting keberadaannya untuk aktivitas sosial masyarakat karena saat ini semakin sedikitnya ruang terbuka publik di pusat – pusat kota, keberadaan alun – alun sebagai ruang terbuka publik dapat menjadi nafas dan bagian penting dari sebuah kehidupan kota ke depannya. Behavior setting didefinisikan sebagai suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas, tempat, dan kriteria berikut, menurut Barker 1968 dalam Joyce 2005 dalam Adhitama 2013 : 1. terdapat suatu aktivitas yang berulang berupa suatu pola perilaku 2. dengan tata lingkungan tertentu 3. membentuk suatu hubungan yang sama antar keduanya 4. dilakukan pada periode waktu tertentu. Setiap pelaku kegiatan akan menempati setting yang berbeda, sesuai dengan karakter kegiatannya. Batas behavior setting dapat berupa batas fisik, batas administrasi atau batas simbolik. Penentuan jenis batas ini tergantung dari pemisahan yang dibutuhkan antara beberapa behavior setting. Universitas Sumatera Utara 28 Berikut adalah tabel penelitian sejenis yang sudah pernah dilakukan Tabel 2.1. Judul, Tahun, Wilayah, Nama Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian dan Pendekatan Teknik Analisis dan Bahan Penelitian Hasil Penelitian Children Physical Traces in Open Space Studi Kasus: Taman Ahmad Yani, Medan, 2003, Medan, Wahyu Utami Untuk mengetahui dan menganalisa jejak fisik yang dihasilkan dari adanya aktivitas anak di ruang terbuka . Metode rasionalistik deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik observasi dengan pengamatan langsung. Menghidupkan kembali semua zona yang tersedia sesuai dengan kegiatan dan aktivitas anak di ruang terbuka. Studi Perilaku Pengguna Ruang Terbuka Publik Tepi Sungai Di Pusat Kota :: Studi Kasus Kawasan Alun- Alun Kapuas, Pontianak, 2005, Yogyakarta, Rodi dan Yupensius Melihat gambaran kondisi eksisting ruang terbuka publik yang berperan terhadap aktivitaskegiatan yang dilakukan oleh pengguna ruang, serta mengidentifikasi perilaku manusia yang menghasilkan interaksi dari kebutuhan dan komponen- komponen fisik Metode rasionalistik dengan pendekatan kualitatif. Teknik observasi melalui pengamatan langsung selama 24 jam dengan membuat form time budget. Mengenai kelompok pengguna, jenis aktivitaskegiata n dan masalah yang diakibatkan oleh interaksi antara manusia dengan seting fisiknya, serta faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi pemanfaatan ruang terbuka yang harus Universitas Sumatera Utara 29 pada ruang terbuka. ditinjauditindak lanjuti sebagai arahan desain. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Pada Kawasan Pusat Kota Ditinjau Dari Teori Hubungan Perilaku Dan Lingkungan Pada Ruang Terbuka Imam Bonjol Padang, 2003, Yogyakarta, Hariswan Merumuskan arahan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pengambil keputusan dalam mengembangkan ruang terbuka pada kawasan pusat kota, dengan kasus ruang terbuka Imam Bonjol – Padang. Metoda rasionalistik dengan pendekatan kualitatif. Teknik observasi dengan mengamati perubahan pemanfaatan ruang terbuka selama 18 jam. Mengenai kelompok pengguna ruang terbuka, antara lain pengguna yang sekadar lewat, pengguna yang dengan tujuan komsumtif, pengguna yang ingin memperoleh keuntungan, pengguna dengan kegiatan formal serta pengguna dengan kepentingan istirahat. Studi Aktivitas di Taman Sekitar Gedung Biro Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara, Mengidentifikasi- kan aktivitas apa saja yang terjadi dan melihat pola pergerakan aktivitas pengunjung di Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik observasi dengan pengamatan langsung di lapangan dan penyebaran Elemen lansekap di taman sekitar Gedung Biro Pusat Administrasi Universitas Universitas Sumatera Utara 30 2015, Medan, Remi Afriani Harahap taman sekitar Gedung Biro Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara dan untuk mengetahui aktivitas apa yang dominan terjadi di taman sekitar Gedung Biro Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara. kuesioner kepada pengunjung taman sekitar Gedung Biro Pusat Administrasi Sumatera Utara Sumatera Utara cukup baik dengan beragam jenis aktivitas. Aktivitas yang paling mayotritas terjadi adalah bersantai, duduk-duduk, ataupun sekedar menikmati suasana taman dengan waktu paling tinggi pada sore hari di hari kerja maupun akhir pekan. Fasilitas- fasilitas seperti tong sampah dan keberadaan vegetasi masih kurang serta dibutuhkan petugas kebersihan untuk mengatasi masalah sampah. Tabel 2.1 Studi kasus sejenis Universitas Sumatera Utara 31 Berikut adalah tabel penelitian dengan studi kasus Lapangan Merdeka Tabel 2.2 Judul, Tahun, Wilayah, Nama Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian dan Pendekatan Teknik Analisis dan Bahan Penelitian Hasil Penelitian Efektivitas Ruang Pejalan Kaki Di Kawasan Lapangan Merdeka Medan, 2013, Yogyakarta, Afriliani Tri Lestari Untuk mengukur efektivitas ruang pejalan kaki yang dilihat dari tiga aspek yaitu aktivitas pemanfaatan ruang pejalan kaki, tingkat pelayanan jalur pejalan kaki dan tingkat kesesuaian pejalan kaki terhadap atribut ruang pejalan kaki. Metode deduktif kualitatif dengan perhitungan kuantitatif. Teknik observasi lapangan dan penyebaran kuesioner, dimana kuesioner diberikan pada pengguna jalur pejalan kaki yang melintas di lokasi penelitian ini. Efektivitas ruang pejalan kaki belum efektif, karena belum memenuhi ketiga aspek. Aspek tingkat pelayanan jalur pejalan kaki sudah sesuai standar tetapi belum memenuhi kriteria, sementara dua aspek lainnya seperti aktivitas pemanfaatan ruang pejalan kaki masih belum sesuai pedoman dan tingkat Universitas Sumatera Utara 32 kesesuaian pejalan kaki terhadap atribut ruang pejalan kaki menyatakan bahwa tingkat harapan pejalan kaki lebih tinggi daripada kepuasan pejalan kaki. Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus: Lapangan Merdeka, 2008, Hendra Arif K. H Lubis Mengidentifikasi dan mengevaluasi keadaan eksisting sarana aksesibilitas di kawasan Lapangan Merdeka, sebagai bentuk sosialisasi pentingnya memfasilitasi sarana aksesibilitas kaum difabel pada ruang publik kota dan sebagai usaha menuju perlindungan Metoda kuantitatif dengan metoda survey dan membagikan kuesioner kepada responden dalam jumlah tertentu dan metoda kualitatif dengan metoda wawancara. Teknik observasi dengan penyebaran kuesioner kepada kaum difabel dan studi banding. Kawasan Lapangan Merdeka belum aksesibel untuk diakses oleh kaum difabel karna hanya 5 dari 25 elemen aksesibilitas yang dapat diakses oleh kaum difabel. Universitas Sumatera Utara 33 hukum advokasi yang memungkinkan adanya aturan yang baku tentang aksesibilitas kaum difabel pada sarana aksesibilitas umum ruang publik kota. Tabel 2.2 Studi kasus Lapangan Merdeka Universitas Sumatera Utara 34 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian