Pemetaan Perilaku pada Ruang Terbuka Publik

21 sebesar 26.510 Ha, maka idealnya luas ruang terbuka hijau yang harus ada di Kota Medan adalah sekitar 7.953 Ha.

2.4. Pemetaan Perilaku pada Ruang Terbuka Publik

Sebuah arsitektur dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan sebaliknya, dari arsitektur tersebut muncul kebutuhan manusia yang baru kembali. Hal ini pernah dikemukakan oleh Winston Churchill Hadinugroho, 2002: “We shape our buildings; then they shape us” – Winston Churchill 1943 Hadinugroho 2002 menyimpulkan dari pernyataan Churchill 1943 diatas bahwa manusia membangun suatu bangunan sebagai kebutuhan, yang kemudian bangunan itu akan membentuk perilaku penghuni. Bangunan tersebut akan mempengaruhi cara manusia berinteraksi sosial dan mempelajari nilai-nilai dalam hidup. Hal ini menyangkut kestabilan hubungan antara arsitektur dan sosial dimana kedua hal tersebut hidup berdampingan dalam keselarasan lingkungan. Rapoport 1997 dalam Haryadi dan Setiawan 2010 mengatakan bahwa seting merupakan suatu interaksi antara manusia dan lingkungannya. Seting mencakup lingkungan tempat komunitas berada tanah, air, ruangan, udara, hawa, pemandangan dan makhluk hidup yang ada hewan, tumbuhan, manusia. Manusia memikirkan lingkungan sebelum mereka membangunnya. Alam pikiran untuk menata ruang, waktu, kegiatan, status, peranan, dan perilaku. Namun terdapat sesuatu yang berharga jika memberikan penampilan fisik pada suatu gagasan. Mengkiaskan gagasan dapat memberi bantuan ingatan yang Universitas Sumatera Utara 22 bermanfaat, gagasan membantu perilaku dengan mengingatkan manusia tentang bagaimana mereka bertindak, bagaimana berperilaku, dan apa yang diharapkan dari mereka. Penting untuk ditekankan bahwa s merupakan satu cara untuk menata dunia dengan membuat sistem tatanan yang dapat dilihat. Manusia hidup dalam waktu. Hal ini dapat bersifat temporal dan dapat dianggap sebagai pengaturan waktu atau yang mencerminkan dan mempengaruhi perilaku dalam waktu Rapoport, 1977. Menurut Sarwono 1992, ada dua jenis lingkungan antara manusia dengan kondisi fisik lingkungannya. Jenis pertama adalah lingkungan yang sudah akrab dengan manusia yang bersangkutan. Untuk manusia, lingkungan yang sudah diakrabinya ini memberi peluang lebih besar untuk tercapainya keadaan homeostasis keseimbangan. Dengan demikian, lingkungan jenis ini cenderung dipertahankan atau kalau seseorang mau melakukan sesuatu ia cenderung mencari lingkungan yang akrab ini. Jenis kedua adalah lingkungan yang masih asing, kemungkinan timbulnya stress lebih besar. Manusia terpaksa melakukan penyesuaian diri dan proses penyesuain diri ini pun bisa menambah besarnya stress. Haryadi dan Setiawan 2010 mengatakan bahwa teknik pemetaan perilaku akan didapatkan sekaligus suatu bentuk informasi mengenai suatu fenomena terutama perilaku individu dan sekelompok manusia yang terkait dengan sistem spasialnya. Dengan kata lain pemetaan perilaku secara spesifik berhubungan dengan perilaku manusia di lingkungannya. Berdasarkan Ittelson, pemetaan Universitas Sumatera Utara 23 perilaku, secara umum, akan mengikuti prosedur yang terdiri dari lima unsur dasar yakni: 1. sketsa dasar area atau seting yang akan diobservasi 2. definisi yang jelas tentang bentuk-bentuk perilaku yang akan diamati, dihitung, dideskripsikan dan didiagramkan 3. satu rencana waktu yang jelas pada saat kapan pengamatan akan dilakukan 4. prosedur sistematis yang jelas harus diikuti selama observasi 5. serta sistem coding yang efisien untuk lebih mengefisienkan pekerjaan selama observasi Haryadi dan Setiawan 2010 juga membagi jenis-jenis perilaku yang biasa dipetakan antara lain meliputi: pola perjalanan trip pattern, migrasi migration, perilaku konsumtif consumptive behavior, kegiatan rumah tangga households activities, hubungan ketetanggaan neighbouring serta penggunaan berbagai fasilitas publik misalnya: pedestrian, lapangan terbuka dan lain-lain. Terdapat dua cara untuk melakukan pemetaan perilaku yakni: 1. pemetaan berdasarkan tempat place-centered mapping Teknik ini digunakan untuk mengetahui bagaimana manusia atau sekelompok manusia memanfaatkan, menggunakan, atau mengakomodasikan perilakunya dalam suatu situasi waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain, perhatian dari teknik ini adalah satu tempat yang spesifik, baik kecil maupun besar. Universitas Sumatera Utara 24 2. pemetaan berdasarkan pelaku person-centered mapping Berbeda dengan teknik placed-centered mapping, teknik ini menekankan pada pergerakan manusia pada suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian, teknik ini akan berkaitan dengan tidak hanya satu tempat atau lokasi akan tetapi dengan beberapa tempat atau lokasi. Apabila placed- centered mapping Peneliti berhadapan dengan banyak manusia, pada person-centered mapping peneliti berhadapan dengan seseorang yang khusus diamati.

2.5. Diagram Kepustakaan