24
2. pemetaan berdasarkan pelaku person-centered mapping
Berbeda dengan teknik placed-centered mapping, teknik ini menekankan pada pergerakan manusia pada suatu periode waktu tertentu. Dengan
demikian, teknik ini akan berkaitan dengan tidak hanya satu tempat atau lokasi akan tetapi dengan beberapa tempat atau lokasi. Apabila placed-
centered mapping Peneliti berhadapan dengan banyak manusia, pada person-centered mapping peneliti berhadapan dengan seseorang yang
khusus diamati.
2.5. Diagram Kepustakaan
Perilaku Manusia di Ruang Terbuka Publik
Perilaku Haryadi dan B. Setiawan 2010,
Laurens 2004, Rapoport 1977, Lang 1987,
Ruang Terbuka Publik Shirvani 1985, Darmawan
2007, Hakim 1991, Krier 1979
Seting Perilaku: Haryadi dan B.
Setiawan 2010 Physical Traces:
Zeisel 1980, Utami 2003
Physical Traces di Ruang Terbuka Publik: Zeisel 1980, Utami 2003
Gambar 2.2 Diagram kepustakaan
Universitas Sumatera Utara
25
2.6. Studi Kasus Sejenis 2.6.1.
Children Physical Traces in Open Space Studi Kasus: Taman Ahmad Yani, Medan Wahyu Utami, 2003
Taman Ahmad Yani adalah salah satu ruang terbuka publik yang terdapat di kota Medan. Taman ini menjadi tempat bermain anak-anak dan rekreasi. Terdapat
empat zona pada taman ini. Dua zona menjadi bagian untuk rekreasi yang menyediakan beberapa tempat duduk, lampu taman, pohon-pohon, dan jalur jalan
yang melingkar. Pada zona ini tidak terdapat fasilitas bermain untuk anak-anak. Dua zona lainnya adalah tempat bermain anak-anak seperti jungkat-jungkit,
ayunan, panjatan besi dan tempat untuk anak-anak beristirahat atau hanya sekedar duduk dan mengobrol dengan teman-temannya selain untuk anak-anak, zona ini
juga menyediakan fasilitas untuk orang tua yang menemani anaknya. Rapoport 1977 dalam Utami 2003 mengatakan bahwa aspek signifikan
dalam proses desain dan interaksi dialektik bergantung pada hubungan antara manusia dan lingkungan yang menjadi proses interaksi individual manusia dalam
konsep seting. Zeisel 1980 dalam Utami 2003 mengatakan bahwa jejak adalah sesuatu
yang ditinggalkan secara tidak sadar oleh manusia atau secara sadar jejak justru dapat mengubah perilaku manusia terhadap lingkungannya. Disisi lain Zeisel
1980 dalam Utami 2003 juga mengatakan bahwa pengamatan jejak dapat menjadi alat penelitian yang sangat berguna yang dapat menghasilkan data awal
dari suatu proyek, uji hipotesis di pertengahan dan menjadi sebuah ide dan konsep baru diakhir penelitian. Akumulatif dari kegiatan pengguna dapat menjadi acuan
Universitas Sumatera Utara
26
dalam perbaikan taman. Setelah mengamati semua anak-anak yang bermain di taman, terdapat 10 jalur yang sering digunakan.
Physical Traces dilihat dari kegiatan anak-anak melalui jalurnya, misalnya kerusakan pintu gerbang akibat anak-anak yang melompatinya atau merusaknya
sebagai akses masuk yang lebih mudah, kerusakan rumput yang disebabkan oleh anak-anak yang selalu menginjak atau duduk, rusaknya tanah karena anak-anak
yang suka menggunakannya sebagai tempat bermain yang nyaman, kerusakan pohon yang dilakukan anak-anak sebagai kemudahan mereka dalam bermain.
Disekeliling permainan terdapat beberapa jalur untuk bermain yang sering digunakan. Jika kita ada melihat kerusakan rumput disekeliling permainan maka
itu menunjukkan bahwa permainan tersebut sering digunakan. Sehingga terdapat jalur-jalur baru sebagai akses menuju permainan lainnya atau zona yang lain.
2.6.2. Faktor Penentu Setting Fisik Dalam Beraktivitas di Ruang
Terbuka Publik Studi Kasus Alun-alun Merdeka Kota Malang Muhammad Satya Adhitama, 2013
Fenomena yang terjadi pada kondisi alun – alun yang ada saat ini lebih
berfungsi sebagai ruang terbuka hijau tempat resapan air di tengah kota meski terdapat ruang publik di dalamnya akan tetapi pemanfaatan kurang direspon oleh
Malang sebagai tempat beraktivitas di pusat kota sehingga perlu mendapat perhatian bagaimana penataan setingfisik alun
– alun yang dapat berfungsi sebagai ruang terbuka hijau sekaligus dimanfaatkan untuk mewadahi aktivitas
publik. Hal ini menarik untuk dikaji, faktor setingfisik apa yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
27
kenyamanan masyarakat Kota Malang dalam memanfaatkan dan beraktivitas di alun
– alun Merdeka Kota Malang agar pemanfaatannya sebagai satu – satunya ruang terbuka publik di pusat kota dapat optimal.
Alun – alun penting keberadaannya untuk aktivitas sosial masyarakat karena
saat ini semakin sedikitnya ruang terbuka publik di pusat – pusat kota, keberadaan
alun – alun sebagai ruang terbuka publik dapat menjadi nafas dan bagian penting
dari sebuah kehidupan kota ke depannya. Behavior setting didefinisikan sebagai suatu kombinasi yang stabil antara
aktivitas, tempat, dan kriteria berikut, menurut Barker 1968 dalam Joyce 2005 dalam Adhitama 2013 :
1. terdapat suatu aktivitas yang berulang berupa suatu pola perilaku
2. dengan tata lingkungan tertentu
3. membentuk suatu hubungan yang sama antar keduanya
4. dilakukan pada periode waktu tertentu.
Setiap pelaku kegiatan akan menempati setting yang berbeda, sesuai dengan karakter kegiatannya. Batas behavior setting dapat berupa batas fisik, batas
administrasi atau batas simbolik. Penentuan jenis batas ini tergantung dari pemisahan yang dibutuhkan antara beberapa behavior setting.
Universitas Sumatera Utara
28
Berikut adalah tabel penelitian sejenis yang sudah pernah dilakukan Tabel 2.1.
Judul, Tahun, Wilayah, Nama
Peneliti Tujuan Penelitian
Metode Penelitian dan
Pendekatan Teknik
Analisis dan Bahan
Penelitian Hasil Penelitian
Children Physical Traces in Open
Space Studi
Kasus: Taman
Ahmad Yani,
Medan, 2003,
Medan, Wahyu
Utami Untuk
mengetahui dan
menganalisa jejak fisik
yang dihasilkan
dari adanya aktivitas
anak di
ruang terbuka .
Metode rasionalistik
deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.
Teknik observasi
dengan pengamatan
langsung. Menghidupkan
kembali semua zona
yang tersedia
sesuai dengan kegiatan
dan aktivitas
anak di ruang terbuka.
Studi Perilaku
Pengguna Ruang Terbuka
Publik Tepi Sungai Di
Pusat Kota
:: Studi
Kasus Kawasan
Alun- Alun
Kapuas, Pontianak, 2005,
Yogyakarta, Rodi dan Yupensius
Melihat gambaran kondisi eksisting
ruang terbuka
publik yang
berperan terhadap aktivitaskegiatan
yang dilakukan
oleh pengguna
ruang, serta
mengidentifikasi perilaku manusia
yang menghasilkan
interaksi dari
kebutuhan dan
komponen- komponen
fisik Metode
rasionalistik dengan
pendekatan kualitatif.
Teknik observasi
melalui pengamatan
langsung selama
24 jam
dengan membuat
form time
budget. Mengenai
kelompok pengguna, jenis
aktivitaskegiata n dan masalah
yang diakibatkan oleh
interaksi antara manusia dengan
seting fisiknya, serta
faktor- faktor
lingkungan yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang
terbuka yang
harus
Universitas Sumatera Utara
29
pada ruang
terbuka. ditinjauditindak
lanjuti sebagai
arahan desain. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Pemanfaatan Ruang
Terbuka Publik
Pada Kawasan
Pusat Kota
Ditinjau Dari
Teori Hubungan
Perilaku Dan
Lingkungan Pada Ruang
Terbuka Imam
Bonjol Padang,
2003, Yogyakarta,
Hariswan Merumuskan
arahan yang dapat digunakan
sebagai acuan
bagi pengambil
keputusan dalam mengembangkan
ruang terbuka
pada kawasan
pusat kota,
dengan kasus
ruang terbuka
Imam Bonjol –
Padang. Metoda
rasionalistik dengan
pendekatan kualitatif.
Teknik observasi
dengan mengamati
perubahan pemanfaatan
ruang terbuka selama
18 jam.
Mengenai kelompok
pengguna ruang terbuka, antara
lain pengguna
yang sekadar
lewat, pengguna yang
dengan tujuan
komsumtif, pengguna yang
ingin memperoleh
keuntungan, pengguna
dengan kegiatan formal
serta pengguna
dengan kepentingan
istirahat. Studi Aktivitas di
Taman Sekitar
Gedung Biro
Pusat Administrasi
Universitas Sumatera Utara,
Mengidentifikasi- kan aktivitas apa
saja yang terjadi dan melihat pola
pergerakan aktivitas
pengunjung di
Metode deskriptif
dengan pendekatan
kualitatif. Teknik
observasi dengan
pengamatan langsung
di lapangan dan
penyebaran Elemen
lansekap di
taman sekitar
Gedung Biro
Pusat Administrasi
Universitas
Universitas Sumatera Utara
30
2015, Medan,
Remi Afriani
Harahap taman
sekitar Gedung
Biro Pusat
Administrasi Universitas
Sumatera Utara
dan untuk
mengetahui aktivitas apa yang
dominan terjadi di taman
sekitar Gedung
Biro Pusat
Administrasi Universitas
Sumatera Utara. kuesioner
kepada pengunjung
taman sekitar Gedung Biro
Pusat Administrasi
Sumatera Utara
Sumatera Utara cukup
baik dengan beragam
jenis aktivitas.
Aktivitas yang
paling mayotritas
terjadi adalah
bersantai, duduk-duduk,
ataupun sekedar menikmati
suasana taman
dengan waktu
paling tinggi
pada sore hari di hari
kerja maupun
akhir pekan. Fasilitas-
fasilitas seperti tong sampah dan
keberadaan vegetasi masih
kurang serta
dibutuhkan petugas
kebersihan untuk mengatasi
masalah sampah.
Tabel 2.1 Studi kasus sejenis
Universitas Sumatera Utara
31
Berikut adalah tabel penelitian dengan studi kasus Lapangan Merdeka Tabel 2.2
Judul, Tahun, Wilayah, Nama
Peneliti Tujuan Penelitian
Metode Penelitian dan
Pendekatan Teknik
Analisis dan Bahan
Penelitian Hasil
Penelitian
Efektivitas Ruang Pejalan Kaki Di
Kawasan Lapangan
Merdeka Medan, 2013,
Yogyakarta, Afriliani
Tri Lestari
Untuk mengukur efektivitas ruang
pejalan kaki yang dilihat dari tiga
aspek yaitu
aktivitas pemanfaatan
ruang pejalan
kaki, tingkat
pelayanan jalur
pejalan kaki dan tingkat kesesuaian
pejalan kaki
terhadap atribut
ruang pejalan
kaki. Metode
deduktif kualitatif
dengan perhitungan
kuantitatif. Teknik
observasi lapangan dan
penyebaran kuesioner,
dimana kuesioner
diberikan pada
pengguna jalur pejalan
kaki yang
melintas di
lokasi penelitian ini.
Efektivitas ruang pejalan
kaki belum
efektif, karena belum
memenuhi ketiga
aspek. Aspek tingkat
pelayanan jalur pejalan
kaki sudah
sesuai standar tetapi
belum memenuhi
kriteria, sementara dua
aspek lainnya seperti
aktivitas pemanfaatan
ruang pejalan kaki
masih belum
sesuai pedoman dan
tingkat
Universitas Sumatera Utara
32
kesesuaian pejalan
kaki terhadap
atribut ruang
pejalan kaki
menyatakan bahwa tingkat
harapan pejalan
kaki lebih
tinggi daripada
kepuasan pejalan kaki.
Kajian Aksesibilitas
Difabel Pada
Ruang Publik
Kota Studi
Kasus: Lapangan Merdeka, 2008,
Hendra Arif K. H Lubis
Mengidentifikasi dan mengevaluasi
keadaan eksisting sarana
aksesibilitas di
kawasan Lapangan
Merdeka, sebagai bentuk sosialisasi
pentingnya memfasilitasi
sarana aksesibilitas kaum
difabel pada
ruang publik kota dan sebagai usaha
menuju perlindungan
Metoda kuantitatif
dengan metoda survey
dan membagikan
kuesioner kepada
responden dalam jumlah
tertentu dan
metoda kualitatif
dengan metoda wawancara.
Teknik observasi
dengan penyebaran
kuesioner kepada kaum
difabel dan
studi banding.
Kawasan Lapangan
Merdeka belum
aksesibel untuk diakses
oleh kaum
difabel karna
hanya 5 dari 25
elemen aksesibilitas
yang dapat
diakses oleh
kaum difabel.
Universitas Sumatera Utara
33
hukum advokasi yang
memungkinkan adanya
aturan yang baku tentang
aksesibilitas kaum difabel
pada sarana
aksesibilitas umum
ruang publik kota.
Tabel 2.2 Studi kasus Lapangan Merdeka
Universitas Sumatera Utara
34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah kualitatif karena menggambarkan kondisi yang ada secara langsung. Penelitian kualitatif
menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2
keadaan lebih, hubungan antar variabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. Data yang dikumpulkan melalui catatan
lapangan, memo, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan
yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah : a.
perilaku pengguna b.
desain yang sudah ada c.
jejak fisik.
Universitas Sumatera Utara
35
3.3. Metode Pengumpulan Data
A. Observasi
Melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk „melewati‟ dinding pembatas serta menghilangkan jarak antara obyek yang diamati dengan subyek
pengantar. Fokus pengamatan ini adalah perilaku pengguna Lapangan Merdeka. B.
Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian Lerbin, 1992. Wawancara yang dilakukan dengan teknik tidak
terstruktur yang dilakukan tanpa mempunyai daftar pertanyaan sebelumnya, akan tetapi sudah mempunyai topik yang akan didiskusikan atau dipertanyakan
Haryadi dan Setiawan, 2010. C.
Pemetaan perilaku Behavioral Mapping Pengumpulan data dengan teknik ini akan didapatkan sekaligus suatu bentuk
informasi mengenai suatu fenomena terutama perilaku individu dan sekelompok manusia yang terkait dengan sistem spasialnya yang bertujuan untuk
menggambarkan perilaku dalam peta, mengidentifikasikan jenis dan frekuensi perilaku, serta menunjukkan kaitan antara perilaku tersebut dengan wujud
perancangan yang spesifik Haryadi dan Setiawan, 2010 yang meliputi: 1.
metode Place Centered Mapping : Teknik ini digunakan untuk mengetahui bagaimana sekelompok manusia memanfaatkan, menggunakan, atau
mengakomodasikan perilakunya dalam suatu situasi waktu dan tempat yang tertentu.
Universitas Sumatera Utara
36
2. metode Person Centered Mapping : Teknik ini menekankan pada
pergerakan manusia pada periode waktu tertentu, dimana teknik ini berkaitan dengan tidak hanya satu tempat atau lokasi, akan tetapi beberapa
tempat atau lokasi.
3.4. Metode dan Tahapan Analisis 3.4.1. Metode Analisis