Berdasarkan hasil penelitian oleh Friedman, persalinan dibagi menjadi 3 stadium:
1. Persalinan kala I , berawal sejak adanya kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi servik lengkap. Terbagi menjadi 2 fase : fase laten dilatasi sampai
dengan 3 – 4 cm dan fase aktif dilatasi servik 4 cm sampai lengkap . Fase aktif dibagi lagi menjadi 3 subfase yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal
dan fase deselerasi. 2. Persalinan kala II, sejak dilatasi serviks lengkap sampai bayi lahir
3. Persalinan kala III, kala persalinan plasenta
2.2. INDIKASI PERSALINAN DENGAN TINDAKAN AKIBAT DISTOSIA
INDIKASI NULIPARA
MULTIPARA
Fase Laten Memanjang 20 jam
14 jam Kala II rata-rata
50 menit 20 menit
Kala II memanjang tanpa dengan anestesi epidural
2 jam 3 jam 1 jam 2 jam
Protracted dilation 1.2cm jam
1.5cmjam Protracted descent
1 2
Arrest of dilation 2
2 Arrest of descent
2 1
Kala II memanjang 30 menit
30 menit
Kontraksi uterus adekuat = 200 Montevideo Unit per 10 menit selama 2 jam.
Universitas Sumatera Utara
Secara klinis kriteria kontraksi uterus yang adekuat :
1. Fundal dominan 2. Berlangsung 3 – 4 kali dalam waktu 10 menit
3. Masing-masing his berlangsung sekitar 40 detik 4. Terdapat fase relaksasi yang memadai\
5. Intensitas kontraksi normal ~ 200 MVU
Diagnosis persalinan abnormal ditegakkan bila terdapat penyimpangan dari kurva persalinan yang normal. Perlu diingat bahwa :
7
1. Diagnosis persalinan abnormal yang terjadi pada fase laten sering disebabkan oleh kesalahan dalam menentukan saat inpartu.
2. Dewasa ini terdapat kontroversi mengenai aplikasi kurva persalinan Friedman. Secara umum, persalinan abnormal adalah merupakan akibat dari beberapa
faktor berikut :
7,8
1. Power kontraksi uterus ; pada kala I dan II, selain gangguan kontraksi uterus
juga dapat disebabkan oleh gangguan kemampuan meneran.
2. Passage jalan lahir , jalan lahir keras tulang panggul atau jalan lahir lunak
organ sekitar jalan lahir
3. Passanger janin , besar janin, letak, posisi dan presentasi janin.
Universitas Sumatera Utara
2.3. PATOFISIOLOGI
Fase laten memanjang dapat disebabkan akibat over sedasi atau menegakkan diagnosis inpartu terlampau dini dimana masih belum terdapat dilatasi dan pendataran
serviks. Diagnosis adanya hambatan atau berhentinya kemajuan persalinan pada fase aktif lebih mudah diotegakkan dan umumnya disebabkan oleh faktor 3 P sebagai
berikut: Power , komponen power, frekuensi kontraksi uterus mungkin memadai namun intensitas nya tidak memadai. Adanya gangguan hantaran saraf untuk terjadinya
kontraksi uterus misalnya adanya jaringan parut pada bekas sectio caesar, miomektomi atau gangguan hantaran saraf lain dapat menyebabkan kontraksi uterus berlangsung
secara tidak efektif. Apapun penyebabnya, gangguan ini akan menyebabkan kelainan kemajuan dilatasi dan pendataran sehingga keadaan ini seringkali disebut sebagai
distosia fungsionalis. , Passage atau kapasitas panggul , kelainan pada kapasitas panggul kelainan bentuk, luas pelvik dapat menyebabkan persalinan abnormal. Baik
janin maupun kapasitas panggul dapat menyebabkan persalinan abnormal akibat adanya obstruksi mekanis sehingga seringkali dinamakan dengan distosia mekanis.
Harus pula diingat bahwa selain tulang panggul , organ sekitar jalan lahir dapat pula menyebabkan hambatan persalinan soft tissue dystocia akibat vesica urinaria atau
rektum yang penuh. Passanger janin , kelainan besar dan bentuk janin serta kelainan letak, presentasi dan posisi janin dapat menyebabkan hambatan kemajuan persalinan.
10
Universitas Sumatera Utara
2.4. ANGKA KEJADIAN
Dari semua persalinan presentasi kepala, 8 – 11 akan mengalami gangguan pada persalinan kala I. Persalinan seksio sesarea atas indikasi distosia adalah sekitar
60.
7,8,9
2.5. MORTALITAS DAN MORBIDITAS
Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan abnormal. Hal ini lebih merupakan akibat dari hubungan akibat-akibat dibandingkan
hubungan sebab-akibat. Meskipun demikian, identifikasi persalinan abnormal dan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat akan menurunkan resiko tersebut.
9
2.6. ABNORMALITAS PERSALINAN KALA I FASE LATEN
Pemanjangan persalinan fase laten jarang sekali terjadi dan umumnya disebabkan oleh kesalahan dalam menegakkan diagnosis inpartu.Diagnosis
pemanjangan fase laten ditegakkan bila pada nulipara batas 20 jam atau pada multipara batas 14 jam dilampaui.
Etiologi :
1. Kontraksi uterus hipertonik 2. Pemberian sedatif yang terlampau dini dan berlebihan
3. Kontraksi uterus hipotonik
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi keadaan etiologi pemanjangan fase laten umumnya tidak sulit dan dapat dilakukan dengan melakukan palpasi untuk menentukan kualitas kontraksi uterus.
Luaran persalinan untuk ibu dan anak umumnya baik. Adapun penatalaksanaan yang dilakukan sebagai berikut:
•
Tergantung pada etiologi
•
Pemanjangan fase laten akibat pemberian sedasi atau analgesik yang berlebihan dan terlampau dini akan berakhir setelah efek obat mereda
•
Kontraksi uterus hipertonik diatasi dengan istirahat dan diberikan terapi sedatif dan analgetik
•
Kontraksi uterus hipotonik diatasi dengan akselerasi persalinan dengan infus oksitosin.
2.7. JENIS-JENIS PERSALINAN
• Persalinan Normal Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir pervaginam.
• Persalinan Abnormal Persalinan buatan : Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi vakum dan ekstraksi forsep Persalinan per-abdominal dengan seksio sesarea
8,9,10
.
Universitas Sumatera Utara
2.8. PERSALINAN DENGAN TINDAKAN
Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal secara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi adanya
penyulit. Sehingga persalinan dilakukan dengan memberikan tindakan menggunakan alat bantu. Persalinan tindakan dilakukan jika kelahiran spontan
diduga berisiko lebih besar pada ibu atau anak daripada tindakannya.
Persalinan tindakan terdiri dari : 1.Persalinan tindakan pervaginam
Apabila persyaratan pervaginam tidak termenuhi. Persalinan tindakan pervaginam meliputi : ekstraksi vakum dan forsep untuk bayi yang masih hidup
dan embriotomi untuk bayi yang sudah meninggal.
2.Persalinan tindakan perabdominam
Apabila persyaratan persalinan pervaginam tidak memenuhi. Persalinan tindakan ini berupa seksio sesaria.
Universitas Sumatera Utara
PERSALINAN DENGAN EKSTRAKSI VAKUM.
Persalinan melalui vagina atau jalan lahir dengan menggunakan bantuan alat ekstraksi vakum, yaitu suatu cup yang dibuat dari baja atau sebuah plastik
yang fleksibel lentur.
Persalinan vaginal operatif mengacu pada penerapan baik forceps atau alat vakum untuk membantu ibu dalam mempengaruhi persalinan pervaginam
janin. Insiden persalinan pervaginam operatif di Amerika Serikat saat ini diperkirakan sekitar 5, atau sekitar 1 dari 20 kelahiran,meskipun ada
perbedaan geografis yang luas di tingkat persalinan pervaginam operatif di country. Tingkat terendah dari persalinan pervaginam instrumental ? 5 adalah
terlihat di timur laut dan tingkat tertinggi 20 -25 berada di South.
15
SEJARAH EKSTRAKSI VAKUM Gagasan untuk melahirkan kepala janin dengan memakai tenaga
vakum,mula- mula dipelajari oleh Young 1706 dari Inggris, yang kemudian secara berturut-turut dikembangkan oleh ahli-ahli obstetri di negara – Negara
Universitas Sumatera Utara
Eropa dalam bentuk yang bermacam-macam. Bentuk ekstraktor vakum yang bermacam-macam ini ternyata kurang popular dalam pemakaiannya, karena
banyak hambatan-hambatan teknik. Akhirnya pada tahun 1952-1956 Tage Malmstrom dari Gothenburg, Swedia menciptakan ekstraktor vakum yang
setelah mengalami percobaan-percobaan dan modifikasi dalam bentuknya, sejak tahun 1956 menjadi sangat popular dipakai sampai saat ini.
16
BENTUK DAN BAGIAN-BAGIAN EKSTRAKTOR VAKUM 1.Mangkukcup
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput subsedeneum artifisialis. Dengan mangkuk inilah kepala diekstraksi. Diameter mangkuk: 3,4,5,6 cm. Pada dinding
belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator 2.Botol
Tempat membuat tenaga negativevakum. Pada tutup botol terdapat manometer, saluran menuju kepompa penghisap, dan saluran menuju ke
mangkok yang dilengkapi dengan pentil. 3.Karet penghubung
4.Rantai penghubung antara mangkok dan pemegang 5.Pemegang
6.Pompa penghisap.
16
Universitas Sumatera Utara
INDIKASI EKSTRAKSI VAKUM Ibu
1.Untuk memperpendek kala II : a. Penyakit jantung kompensata
b. Penyakit paru-paru fibrotic c. Hipertensi
2.Waktu Kala II memanjang
Janin Gawat janin
KONTRA INDIKASI Ibu
1.Ruptura uteri membakat 2.Pada penyaki-penyaki di mana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan
misalnya penyakit payah jantung, Pre eklampsia berat. Janin
1.Letak muka 2.After coming head
3.Janin preterm
16
Universitas Sumatera Utara
SYARAT EKSTRAKSI VAKUM 1.Syarat-syarat ekstraksi vakum sama dengan ekstraksi cunam, hanya disini
syarat lebih luas, yaitu : - Pembukaan lengkap
- Penurunan kepala janin di hodge III + 2.Harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga mengejan.
16
PERSALINAN PRE ABDOMINAL ATAU SEKSIO SESARIA Seksio sesaria merupakan prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan
insisi melalui abdomen dan uterus. Risiko penyerta prosedur bedah harus dipertimbangkan. Di Inggris angka mortalitas untuk prosedur elektif antara 15
dan 17 per 100.000 kasus maternitas selama tahun 1991-1996 Doh 1998. Embolisme paru, perdarahan, sepsis terus terjadi sebagai penyebab mortalitas
yang menonjol. Pendelegasian yang tidak tepat, fasilitas yang tidak adekuat dan komunikasi yang buruk menjadi penyebab perawatan dibawah standard dan
memerlukan perbaikan.
16
Universitas Sumatera Utara
INDIKASI SEKSIO SESARIA Seksio sesaria dapat dibagi ke dalam kategori elektif, darurat terencana,
darurat yang tidak terencana dan kategori peri mortem serta post mortem untuk memudahkan audit. Komplikasi dan mortalitas yang jelas prosedur bedah harus
dibedakan dari akibat adanya komplikasi obstetri dan masalah medis ibu.
16
Seksio sesaria dilakukan untuk; 1. Mengatasi disproporsi sefalo pelvic dan aktifitas uterud yang abnormal
2. Mempercepat pelahiran untuk keselamatan ibu dan janin 3. Mengurangi trauma janin pada ibu misalnya presentasi bokong premature kecil
dan infeksi janin misalnya risiko tertular infeksi herpetic atau HIV 4. Mengurangi risiko pada ibu misalnya gangguan jantung tertentu , lesi
intracranial atau keganasan pada serviks Memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai keinginan.
16
Determinan Hasil
Determinanhasil merupakan determinan dekat yang merupakan proses yang paling dekat dengan kejadian kematian itu sendiri, yaitu kehamilan dan
komplikasi dari kehamilan itu sendiri, persalinan dan masa nifas. Wanita yang hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi, baik komplikasi kehamilan
maupun komplikasi persalinan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.
19
Universitas Sumatera Utara
Determinan Antara Status kesehatan ibu
Status kesehatan ibu yang berpengaruh terhadap kejadian kematian ibu meliputi status gizi, anemia, penyakit yang diderita ibu, dan riwayat komplikasi
pada kehamilan dan persalinan sebelumnya.
30
Status gizi ibu hamil dapat dilihat dari hasil pengukuran terhadap lingkar lenganatas LILA.Pengukuran LILA bertujuan untuk mendeteksi apakah ibu
hamiltermasuk kategori kurang energi kronis KEK atau tidak.Ibu dengan status giziburuk memiliki risiko untuk terjadinya perdarahan dan infeksi pada masa
nifas.Keadaan kurang gizisebelumdanselama kehamilan memberikan kontribusi terhadaprendahnya kesehatan maternal,masalah dalam persalinan dan masalah
pada bayi yangdilahirkan.Berdasarkandata Susenas tahun 2000 dan sensus penduduk tahun 2000,prevalensi ibu yangmenderita KEK LILA ibu 23,5 cm
adalah 25. Risiko KEK pada ibuhamil lebihbanyak ditemukan di pedesaan 40 daripada di perkotaan 26 dan lebih banyakdijumpai pada kelompok
usia ibu di bawah 20 tahun 68. Anemia merupakan masalah penting yang harus diperhatikan selama
kehamilan.Menurut WHO, seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia jika kadarhemoglobin Hb kurang dari 11gdl.Anemia dapat disebabkan oleh
berbagai sebab,yang dapat saling berkaitan, yaitu intake yang kurang adekuat, investasi parasit,malaria, defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin A.Menurut
WHO, 40kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam
Universitas Sumatera Utara
kehamilan.Anemia defisiensi besi merupakan 95 penyebab anemia selama kehamilan.
,27,21,30
Kurang lebih 50 dari seluruh ibu hamil di seluruh dunia menderita anemia.Wanitayang menderita anemia berat akan lebih rentan terhadap infeksi
selama kehamilandan persalinan, akan meningkatkan risiko kematian akibat perdarahan dan akanmemiliki risiko terjadinya komplikasi operatif bila dibutuhkan
persalinan denganseksio sesaria.
27
Anemia ibu hamil di Indonesia masih merupakan masalah nasionalkarena anemia mencerminkannilai kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat danpengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.Dari Studi FollowUp Ibu Hamil, SKRT 2001 ditemukan
prevalensi ibu hamil dengan kadar Hb rendah 11,0 gram dl, WHO 2000 sebesar 40,1 dan diantaranya 0,3 memiliki kadarHb 7,0 gram dl. Anemia
lebih banyak ditemukan pada ibu hamil di pedesaan42 daripada di perkotaan 38
.
Menurut Soejoenoes, anemia memberikan risiko relatif 15,3 kali untuk terjadinya kematian maternal bila dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
menderita anemia. Pola penyakit yang mengakibatkan kematian secara umum di Indonesia telah mengalami perubahan, akibat adanya transisi epidemiologi.
Riwayat obstetri yang buruk seperti persalinan dengan tindakan, perdarahan, partus lama, bekas seksio sesaria akan mempengaruhi kematian maternal.
15 persalinan yang terjadi di Negara berkembang merupakan persalinan dengan
tindakan,dalam hal ini seksio sesaria paling sering dilakukan.Semua persalinan dengan tindakan memiliki resiko,baik terhadap ibu maupun bayinya.
22,29,21
Universitas Sumatera Utara
Penyakit jantung merupakan penyebab non obstetrik penting yang menyebabkan kematian maternal, dan terjadi pada 0,4 – 4 kehamilan. Angka
kematian maternal bervariasi dari 0,4 pada pasien – pasien dengan klasifikasi New York HeartAssociation NYHA I dan II dan 6,8 atau lebih pada pasien
dengan NYHA III danIV. Keadaan ini disebabkan oleh adanya peningkatan beban hemodinamik selama kehamilan dan persalinan, yang akan memperberat
gejala dan mempercepat terjadinya komplikasi pada wanita yang sebelumnya telah menderita penyakit jantung.
26
Prognosis bagi wanita hamil dengan penyakit jantung tergantung dariberatnya penyakit, usia penderita dan penyulit – penyulit
lain yang tidak berasal dari jantung.
31
Status reproduksi
Status reproduksi yang berperan penting terhadap kejadian kematian ibu adalah usia ibu hamil, jumlah kelahiran, jarak kehamilan dan status
perkawinan ibu.
20
a. Terlalu Tua Kehamilan diatas usia 35 tahun menyebabkan wanita terpapar pada
komplikasi medik dan obstetrik. Kejadian perdarahan pada usia kehamilan lanjut meningkat pada wanita yang hamil di usia 35 tahun, dengan
peningkatan insidensi perdarahan akibat solusio plasenta dan plasenta previa. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menyatakan bahwa kematian
maternal akan meningkat 4 kali lipat pada ibu yang hamil pada usia 35–39
Universitas Sumatera Utara
tahun bila dibanding wanita yang hamil pada usia 20–24 tahun.Usia kehamilan yang paling aman untuk melahirkan adalah usia 20 – 30 tahun.
20,23,26
b. Terlalu Muda Usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko
untuk hamil dan melahirkan Kemenkes RI, 1994. Wanita yang melahirkan pada usia 14 tahun mengalami resiko kematian saat melahirkan sebesar 5
sampai 7 kali. Sedangkan wanita yang melahirkan pada usia antara 15 sampai 19 tahunmengalami risiko kematian saat melahirkan sebesar 2 kali
lipat.Tingginya tingkat kematian tersebut disebabkan oleh preeklampsi, perdarahan post partum, sepsis, infeksi HIV dan malaria Nour,2009.
Kekurangan akses ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan kehamilan dan persalinan merupakan penyebab yang penting bagi terjadinya
kematian maternal di usia muda.Keadaan ini diperburuk oleh kemiskinan dan buta huruf, ketidaksetaraan kedudukan antara pria dan wanita, pernikahan usia
muda dan kehamilan yang tidak diinginkan.
20,23,26
c. Terlalu Sering Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematianmaternal. Paritas ≤1 belum pernah melahirkanbaru melahirkan
pertama kali dan paritas 4 memiliki angka kematian maternal lebih tinggi Saifudin,1994. Paritas
≤ 1 dan usia muda berisiko karena ibu belum siap
Universitas Sumatera Utara
secara medis maupun secara mental, sedangkan paritas di atas 4 dan usia tua, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan .
24,20,21
d. Terlalu Dekat Jarak antar kehamilan yang kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan
risiko terjadinya kematian maternal Kemenkes RI, 2004.Persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan merupakan kelompok resiko tinggi untuk
perdarahan postpartum, kesakitan dan kematian ibu Kemenkes RI, 2004. Penelitian yang dilakukandi tiga rumah sakit di Bangkok memperlihatkan bahwa
wanita dengan interval kehamilan kurang dari dua tahun memiliki resikodua setengah kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan wanita yang
memiliki jarak kehamilan lebih lama
24,20,21
Akses terhadap pelayanan kesehatan
Hal ini meliputi keterjangkauan lokasi tempat pelayanan kesehatan, tempat pelayanan yang lokasinya sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan
berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia dan keterjangkauan terhadap informasi.
Akses terhadap tempat pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa faktor, seperti lokasi dimana ibu dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi,
pemeriksaan antenatal, pelayanan kesehatan primer atau pelayanan kesehatan rujukan yang tersedia di masyarakat .
24,23
Universitas Sumatera Utara
Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan antara lain meliputi perilaku penggunaan alat kontrasepsi. Ibu yang mengikuti program
keluarga berencana KB akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak mengikuti program Keluarga Berencana. Demikian juga perilaku
pemeriksaaan tenatal, ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya.
24
Termasuk juga dalam hal ini adalah penolong persalinan, ibu yang ditolong oleh dukun berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dan
kesakitan dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan, serta tempat persalinan, persalinan yang dilakukan di rumah akan
menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat apabila sewaktu-waktu dibutuhkan .
25,28
Determinan jauh
Meskipun determinan ini tidak secara langsung mempengaruhi kematian maternal, akan tetapi faktor sosio kultural, ekonomi, keagamaan dan faktor–
faktor lain juga perlu dipertimbangkan dan di satukan dalam pelaksanaan intervensi penanganan kematian ibu.
19.21
Termasuk dalam determinan jauh adalah status wanita dalam keluarga dan masyarakat,yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan ibu dan kemiskinan.
Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya, sedangkan wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah,
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan kurangnya pengertian mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil maupun bayinya terutama dalam hal kegawat-daruratan kehamilan
dan persalinan. Ibu–ibu terutama di daerah pedesaan dengan pendidikan rendah, tingkat independensinya untuk mengambil keputusanpun rendah dan
berdasarkan pada budaya ‘berunding’ yang berakibat pada keterlambatan merujuk. Kemiskinan dapat menjadi sebab rendahnya peran serta masyarakat
pada upaya kesehatan.Kematian maternal sering terjadi pada kelompok miskin, tidak berpendidikan, tinggal di tempat terpencil, dan mereka tidak memiliki
kemampuan untuk memperjuangkan kehidupannya sendiri Kemenkes RI,2004.
20.21
KOMPLIKASI KEHAMILAN PRE-EKLAMPSIA EKLAMPSIA
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 14090 mmHg setelah kehamilan 20 minggu akhir triwulan kedua sampai
triwulan ketiga atau bisa lebih awal terjadi. Sedangkan pengertian eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita preeklampsia, yang juga
dapat disertai koma. Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama
masa kelamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Kasus pre-eklampsia dan eklampsia terjadi pada 6- 8 wanita hamil di
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Hipertensi tekanan darah tinggi di dalam kehamilan terbagi atas pre- eklampsia ringan, pre-eklampsia berat, eklampsia, serta superimposed
hipertensiibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan. Tanda dan gejala yang terjadi serta
tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pembagian di atas.
32
PERDARAHAN Sebab–sebab perdarahan yang berperan penting dalam menyebabkan
kematian maternal selama kehamilan adalah perdarahan, baik yang terjadi pada usia kehamilan muda trimester pertama, yaitu perdarahan karena abortus
termasuk di dalamnyaadalah abortus provokatus karena kehamilan yang tidak diinginkan dan perdarahan karena kehamilan ektopik terganggu KET, maupun
perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut akibat perdarahan antepartum.Penyebab perdarahan antepartum pada umumnya adalah plasenta
previa dan solusio plasenta.
33
ANEMIA DALAM KEHAMILAN Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12
gdl pada wanita tak hamil dan kurang dari 10 gdl selama kehamilan atau masa nifas. Penurunan ringan kadar hemoglobin selama kehamilan di sebabkan oleh
ekspansi volume plasma yang relatif lebih dibandingkan dengan peningkatan volume sel darah merah. Disproporsi antara kecepatan penambahan plasma dan
Universitas Sumatera Utara
eritrosit ke dalam sirkulasi ibu paling besar selama trimester kedua. Menjelang akhir kehamilan, ekspansi plasma pada hakikatnya berhenti, sementara masa
hemoglobin semakin bertambah. Setelah kelahiran, kadar hemoglobin berfluktuasi dan kemudian
meningkat serta biasanya melebihi kadar ibu tak hamil. Kecepatan dan besar peningkatan pada awal masa nifas ditentukan oleh jumlah hemoglobin yang
ditambahkan selama kehamilan dan jumlah darah yang hilang sewaktu proses kelahiran yang dimodifikasi oleh penurunan normal volume plasma postpartum.
33
Universitas Sumatera Utara
2.8.Kerangka Teori Determinan jauh Determinan antara Determinan Hasil
Status wanita dalam keluarga
dan masyarakat
1. pendidikan 2. pekerjaan
Status keluarga dalam
masyarakat
1. pendidikan 2. pekerjaan
Status masyarakat
1. kesejahteraan 2. sumber daya masyarakat
StatusKesehatan Ibu
1.status gizi 2. penyakit ibu
3. riwayat komplikasi
Status Reproduksi
1. usia 2. paritas
Akses ke pelayanan kesehatan
1. lokasi pelayanan kesehatan
2. jangkauan yankes 3. kualitas yankes
Perilaku kesehatan
1. penggunaan KB 2. pemeriksaan
antenatal 3. penolong persalinan
4. tempat persalinan 5. pelaksanaan aborsi
yang tidak
Kehamilan
Komplikasi
1. Kompl. kehamilan 2. Kompl. persalinan
Jenis Persalinan : - Persalinan normal
- Persalinan dengan tindakan
Faktor lain yang tidak diketahui
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Konsep Faktor Risiko Ibu Hamil:
3 Determinan Hasil
yang meliputi: jenis persalinan, komplikasi
dalam kehamilan dan komplikasi persalinan.
V A
R I
A B
E L
I N
D E
1 Determinan Jauh
yang meliputi: pendidikan ibu dan
pekerjaan suami
2 Determinan Antara
yang meliputi: usia ibu, paritas, tempat tinggal,
status rujukan, jumlah kunjungan antenatal
care ANC, jarak kehamilan dan riwayat
penyakit ibu
Persalinan normal
Persalinan dengan tindakan
V A
R I
A B
E L
D E
P E
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN