Faktor Risiko Terjadinya Diare Di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2014

(1)

FAKTOR RISIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN

KOTA MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

SAMUEL MARGANDA HALOMOAN MANALU 101000057

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

FAKTOR RISIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN

KOTA MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

SAMUEL MARGANDA HALOMOAN MANALU 101000057

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

FAKTOR RISIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN

KOTA MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

SAMUEL MARGANDA HALOMOAN MANALU 101000057

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

(5)

ABSTRAK

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dikarenakan masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian. Kejadian diare di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan tahun 2014 adalah sebanyak 179 kasus. Faktor lingkungan yang tidak sehat dan juga personal higiene yang buruk dapat menimbulkan terjadinya diare.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya diare di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan tahun 2014 yang meliputi karakteristik, sarana prasarana sanitasi lingkungan rumah, dan personal higiene.

Populasi adalah masyarakat yang terkena diare di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dalam kurun waktu bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2014 sejumlah 179 dengan jumlah sampel 64 orang yang diambil secara acak menggunakan teknik simple random sampling. Data karakterististik dan personal higiene diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, data sanitasi rumah diperoleh melalui observasi ke rumah responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43,8% masyarakat memiliki tingkat pendidikan tidak tamat sekolah, 68,8% tidak memiliki pekerjaan, jumlah penderita diare paling banyak adalah pada umur <10 tahun sebanyak 46.9%, 45,3% memiliki tingkat pemahaman yang baik mengenai diare, 59,4% memiliki sikap yang baik mengenai pencegahan diare. Seluruh rumah termasuk kategori rumah tidak sehat. Sebanyak 84,4 % memiliki personal higiene yang baik.

Disarankan kepada petugas kesehatan agar melakukan sosialisasi khususnya kepada tokoh masyarakat melalui penyuluhan. Penyuluhan dilakukan dalam kegiatan kemasyarakatan untuk memotivasi masyarakat agar mau melaksanakan kegiatan merawat dan memotong kuku tangan dan kuku kaki, serta mencuci tangan menggunakan sabun.


(6)

ABSTRACT

Diarrhea is one of the public health issues in Indonesia, to the high morbidity of diarrhea causing death.there were 179 cases of the incidence of diarrhea in the Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun in 2014. Both poor environtmental and personal hygiene are the factors that can cause diarrhea.

This was a descriptive study aimed to know the factors that caused diarrhea covering characteristics of the respondents’, infrastructure of home environmental sanitation, and personal hygiene.

The population were residents in the Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun with diarrhea in the period of January to June 2014 with a total amount of 179 people. There were 64 peoplen taken as samples. The samples were randomly selected using simple random sampling technique. The datas of respondents’ characteristics and personal hygiene were obtained through interview using questionnaires, while the datas of house sanitation collected through direct observation of the respondents’ houses.

The results of the study showed that 43.8% of the people in Kelurahan Hamdan did not finish formal education at school, and 68,8% did not have a job. The amount of respondents with diarrhea were mostly below the age of 10 years, which was 46,9% have good attitudes about the prevention of diarrhea. All houses were categorized as houses. Furthermore, as much as 84,4% people have good personal hygiene.

It is recommended to health workers to do a health socialization particularly to the community leaders through counceling. Counseling is done in community activities to motivate people to want to carry out the activities of treating and cutting fingernails and toenails, and to wash hands with soap.


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Samuel Marganda Halomoan Manalu

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 8 Agustus 1992 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat Rumah : Jalan Sembada X no. 2 Koserna Medan Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1996-1998 : TK Rolina Medan 2. Tahun 1998-2003 : SD Budi Murni 6 Medan 3. Tahun 2003-2004 : SD Budi Mulia Bogor 4. Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 4 Bogor 5. Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 4 Medan


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Risiko Terjadinya Diare Di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2014” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat 2. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah dengan sabar memberikan kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

4. Ir. Evi Naria, M.kes, selaku Ketua Departemen sekaligus Penguji II yang telah banyak memberikan arahan serta masukan yang sangat bermanfaat untuk penulisan skripsi ini.

5. Ir. Indra Chahaya, M.si, selaku Penguji III yang sangat banyak memberikan saran dan kritik yang membangun untuk dapat menyempurnakan skripsi ini.


(9)

6. dr. Heldy B Z, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing saya mulai dari pertama masuk ke FKM USU hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan, Dosen FKM USU, dan juga pegawai yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi saya di kemudian hari.

8. Bapak H. Fadlin selaku Kepala Lurah yang telah memberikan saya izin penelitian di Kelurahan Hamdan.

9. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tersayang, Papi ( Ir. Johny Bungaran Togi Manalu) dan Mami ( Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.si) yang senantiasa memberikan doa, pengertian, kasih sayang dan dukungan yang tiada hentinya kepada penulis selama ini.

10. Teman-temanku ( Clintomi, Ivan, Jev, Ponco, Yeyen, Tia Ayudhia, Putri, Marsel, Bg Ical, Adi, Bima, Noprin, Ali, Franky, Banu) serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2015 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Faktor Resiko Terjadinya Diare ... 6

2.1.1 Sanitasi Lingkungan ... 6

2.1.1.1 Penyediaan Air Bersih ... 6

2.1.1.2 Penyediaan Jamban ... 8

2.1.1.3 Pengelolaan Sampah ... 10

2.1.1.4 Sarana Pembuangan Air Limbah ... 12

2.1.2 Personal Higiene ... 14

2.1.2.1 Memelihara Dan Memotong Kuku Tangan Dan Kuku Kaki ... 14

2.1.2.2 Mencuci Tangan Menggunakan Sabun ... 15

2.2 Diare ... 16

2.2.1 Pengertian Diare ... 16

2.2.2 Pembagian Diare ... 17

2.2.3 Etiologi Diare ... 17

2.2.4 Epidemiologi Diare ... 19

2.2.5 Gejala Diare ... 20

2.2.6 Patofisiologi Diare ... 20

2.2.7 Faktor-Faktor Resiko Diare ... 21

2.2.8 Mekanisme Diare ... 24

2.2.9 Pencegahan Diare ... 25

2.2.9.1 Pencegahan Primer ... 25

2.2.9.2 Pencegahan Sekunder ... 29

2.2.9.3 Pencegahan Tertier ... 29

2.2.10 Pengobatan Diare ... 30

2.3 Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33


(11)

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1 Populasi ... 34

3.3.2 Sampel ... 34

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.4.1 Data Primer ... 35

3.4.2 Data Sekunder ... 36

3.5 Definisi Operasional ... 36

3.6 Aspek Pengukuran ... 38

3.6.1 Karakteristik Responden ... 38

3.6.2 Sarana dan Prasarana Sanitasi Lingkungan ... 39

3.6.3 Personal Higiene ... 40

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 42

4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden ... 42

4.2.1 Pendidikan ... 43

4.2.2 Pekerjaan ... 43

4.2.3 Jenis Kelamin ... 44

4.2.4 Umur ... 44

4.2.5 Pengetahuan ... 45

4.2.6 Sikap ... 46

4.3 Sarana dan Prasarana Sanitasi Lingkungan Rumah ... 48

4.4 Personal Higiene ... 49

4.4.1 Memelihara dan Memotong Kuku Tangan dan Kaki . 49 4.4.2 Mencuci Tangan Menggunakan Sabun ... 51

BAB V PEMBAHASAN ... 52

5.1 Faktor Resiko Terjadinya Diare ... 52

5.2 Distribusi Karakteristik Responden (Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Jenis Kelamin, Pengetahuan dan Sikap) ... 52

5.3 Distribusi Sarana dan Prasarana Sanitasi Lingkungan Rumah 53 5.3.1 Sarana Air Bersih ... 53

5.3.2 Jamban ... 54

5.3.3 Sarana Pembuangan Sampah ... 55

5.3.4 Sarana Pembuangan Air Limbah ... 57

5.3.5 Kriteria Sanitasi Lingkungan Rumah ... 58

5.4 Personal Higiene ... 58

5.4.1 Memelihara dan Memotong Kuku Tangan dan Kaki . 58 5.4.2 Mencuci Tangan Menggunakan Sabun ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

6.3 Saran ... 62


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan pada

Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan pada Kelurahan

Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.3 Distribusi Penderita Diare Menurut Jenis Kelamin pada

Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Umur pada Kelurahan Hamdan

Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan pada

Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 45 Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan pada

Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 45 Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap pada

Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Sikap pada Kelurahan Hamdan

Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan Rumah Responden

Di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 . 48 Tabel 4.10 Gambaran Observasi Kepadatan Lalat Di Kelurahan Hamdan

Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 49 Tabel 4.11 Gambaran Keadaan Kuku Tangan dan Kaki Responden di

Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.12 Gambaran Kebersihan Kuku Tangan dan Kaki Responden di

Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.13 Kategori Memelihara dan Memotong Kuku Tangan dan Kuku

Kaki di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden tentang Mencuci Tangan


(13)

ABSTRAK

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dikarenakan masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian. Kejadian diare di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan tahun 2014 adalah sebanyak 179 kasus. Faktor lingkungan yang tidak sehat dan juga personal higiene yang buruk dapat menimbulkan terjadinya diare.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya diare di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan tahun 2014 yang meliputi karakteristik, sarana prasarana sanitasi lingkungan rumah, dan personal higiene.

Populasi adalah masyarakat yang terkena diare di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dalam kurun waktu bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2014 sejumlah 179 dengan jumlah sampel 64 orang yang diambil secara acak menggunakan teknik simple random sampling. Data karakterististik dan personal higiene diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, data sanitasi rumah diperoleh melalui observasi ke rumah responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43,8% masyarakat memiliki tingkat pendidikan tidak tamat sekolah, 68,8% tidak memiliki pekerjaan, jumlah penderita diare paling banyak adalah pada umur <10 tahun sebanyak 46.9%, 45,3% memiliki tingkat pemahaman yang baik mengenai diare, 59,4% memiliki sikap yang baik mengenai pencegahan diare. Seluruh rumah termasuk kategori rumah tidak sehat. Sebanyak 84,4 % memiliki personal higiene yang baik.

Disarankan kepada petugas kesehatan agar melakukan sosialisasi khususnya kepada tokoh masyarakat melalui penyuluhan. Penyuluhan dilakukan dalam kegiatan kemasyarakatan untuk memotivasi masyarakat agar mau melaksanakan kegiatan merawat dan memotong kuku tangan dan kuku kaki, serta mencuci tangan menggunakan sabun.


(14)

ABSTRACT

Diarrhea is one of the public health issues in Indonesia, to the high morbidity of diarrhea causing death.there were 179 cases of the incidence of diarrhea in the Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun in 2014. Both poor environtmental and personal hygiene are the factors that can cause diarrhea.

This was a descriptive study aimed to know the factors that caused diarrhea covering characteristics of the respondents’, infrastructure of home environmental sanitation, and personal hygiene.

The population were residents in the Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun with diarrhea in the period of January to June 2014 with a total amount of 179 people. There were 64 peoplen taken as samples. The samples were randomly selected using simple random sampling technique. The datas of respondents’ characteristics and personal hygiene were obtained through interview using questionnaires, while the datas of house sanitation collected through direct observation of the respondents’ houses.

The results of the study showed that 43.8% of the people in Kelurahan Hamdan did not finish formal education at school, and 68,8% did not have a job. The amount of respondents with diarrhea were mostly below the age of 10 years, which was 46,9% have good attitudes about the prevention of diarrhea. All houses were categorized as houses. Furthermore, as much as 84,4% people have good personal hygiene.

It is recommended to health workers to do a health socialization particularly to the community leaders through counceling. Counseling is done in community activities to motivate people to want to carry out the activities of treating and cutting fingernails and toenails, and to wash hands with soap.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI, 2009).

Salah satu program pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan salah satu diantaranya adalah penyakit diare. Pemerintah juga telah menetapkan suatu kebijakan yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan penanggulangan KLB diare yaitu melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai standar dan mengembangkan jejaring lintas sektor dan lintas program.

Penyakit diare tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang atau terbelakang saja, akan tetapi juga dijumpai di negara industri bahkan di negara yang sudah maju sekalipun, hanya saja di negara maju kejadian diare karena infeksi jauh lebih kecil. Diare di negara berkembang banyak disebabkan oleh infeksi mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara


(16)

fekal-oral. Diare dapat mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun di negara berkembang, dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis.

Menurut data WHO, diare merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia pada anak di bawah umur lima tahun, dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 17%. Pada tahun yang sama, diare di Asia Tenggara juga menempati urutan ke tiga penyebab kematian anak di bawah umur lima tahun dengan Proportional Mortality Rate (PMR) sebesar 18% (Olyfta, 2010).

WHO juga mencatat penyakit diare membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahun. Di Inggris, satu dari lima orang menderita diare infeksi setiap tahunnya, dan satu dari enam orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita infeksi. Di Afrika, anak terserang diare 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya yang mengalami diare 3 kali setiap tahun (WHO, 2009).

Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita serta sering menimbulkan kejadia luar biasa. Di Indonesia, setiap tahun terdapat 112.000 kasus diare yang mengalami kematian pada semua golongan dan 55.000 kasus kematian terjadi pada balita (Depkes RI, 2000).

Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Faktor lingkungan. Dua faktor lingkungan yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan


(17)

berakumulasikan dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan diare (Wijoyo, 2013). Diare juga dipengaruhi oleh personal higiene seseorang. Personal higiene sendiri dapat diartikan sebagai cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya (Potter dan Perry, 2005).

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Memelihara dan memotong kuku dapat. Kebiasaan penduduk yang tidak mau mencuci tangan menggunakan sabun sebelum melakukan aktifitasnya, serta perilaku lainnya yang tidak mencerminkan pola hidup sehat dapat menyebabkan timbulnya diare.

Beberapa penelitian yang menyebutkan tentang faktor resiko terjadinya diare antara lain : hubungan antara penanganan air rumah tangga dengan kejadian diare (Hendarmin,dkk, 1992), hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare (Sukana, 1993), pendidikan ibu dengan kejadian diare (Sunoto, 1990), hubungan ketersediaan jamban dengan kejadian diare (Erfandi, 1990), pemberian air susu ibu dan makanan tambahan dengan kejadian diare (Utomo, dkk, 1990), aspek perilaku berhubungan dengan kejadian diare (Achadi, dkk, 1999), serta faktor antara penanganan feses anak dengan kejadian diare (Erial, dkk, 1994).


(18)

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2010 jumah penderita diare berkurang menjadi 70.723 jiwa dari 112.016 jiwa pada tahun 2009. Tetapi pada tahun 2010 terjadi KLB diare di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan jumlah penderita 34 jiwa dan 1 orang meninggal dunia (Profil Dinkes Sumatera Utara, 2010).

Berdasarkan Data Puskesmas Kampung Baru Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan tahun 2014, ditemukan sebesar 179 kasus . Setiap bulannya di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun selalu ditemukan kasus diare. Kasus diare yang paling banyak terjadi ditemukan pada Bulan Februari yaitu 9 kasus pada laki-laki dan 25 kasus pada perempuan.

Dari data diatas, kejadian Diare yang setiap bulan terjadi membuat penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui faktor resiko terjadinya diare di Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan Tahun 2014.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor resiko terjadinya diare di Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan Tahun 2014.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk melihat faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya diare di Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan Tahun 2014.


(19)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat meliputi pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, dan sikap yang dapat memungkinkan terjadinya diare. 2. Untuk mengetahui sarana dan prasarana sanitasi lingkungan meliputi

ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, ketersediaan pengolahan sampah, ketersediaan Sarana Pembuangan Air Limbah yang dapat memungkinkan terjadinya diare.

3. Untuk mengetahui personal higiene meliputi memelihara dan memotong kuku tangan dan kuku kaki, mencuci tangan menggunakan sabun yang dapat memungkinkan terjadinya diare.

1.4 Manfaat

1. Sebagai bahan masukan kepada petugas kesehatan, sehingga dapat menurunkan angka kejadian diare di Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun Kota Medan agar dapat lebih memaksimalkan potensi masyarakat yang ada untuk dapat mewujudkan kondisi lingkungan yang lebih baik sehingga dapat menurunkan angka kejadian diare.

3. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat dalam rangka memaksimalkan pemberantasan diare di lingkungan mereka.

4. Sebagai referensi bagi berbagai pihak yang akan melanjutkan penelitian ini ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor Resiko Terjadinya Diare

Faktor resiko terjadinya diare adalah faktor – faktor yang memungkinkan terjadinya diare.

2.1.1 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi lingkungan yang dapat menyebabkan diare, antara lain :

2.1.1.1 Penyediaan Air Bersih

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia (Totok, 2010). Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standar, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum (Soemirat, 2009).


(21)

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat – syarat kesehatan dan dapat diminum. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak lebih dahulu. (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990). (Sarudji, 2006). Air minum pun bukan merupakan air murni. Meskipun bahan-bahan tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air tersebut, tetapi air minum mungkin masih mengandung komponen-komponen terlarut. Bahkan air murni sebenarnya tidak enak untuk diminum karena beberapa bahan yang terlarut memberikan rasa yang spesifik terhadap air minum (Fardiaz, 1992).

Air minum harus memenuhi syarat-syarat antara lain (Sutrisno, 2010): a. Syarat Fisik :

- Air tidak boleh berwarna - Air tidak boleh berasa - Air tidak boleh berbau b. Syarat Kimia :

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.

c. Syarat Bakteriologik :

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri patogen sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1Coli/100 ml.air.Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain : bakteri typhsum, Vibrio colerae, bakteri dysentriae,


(22)

Entamoeba hystolotica, bakteri enteritis. Air yang mengadung golongan Coli telah berkontaminasi dengan kotoran manusia. Oleh sebab itu dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli.

2.1.1.2 Penyediaan Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jenis-jenis jamban yang digunakan (Proverawati dan Rahmawati, 2012) :

1. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

2. Jamban tangki septik/ leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/ dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.

Cara memilih jenis jamban adalah (Proverawati dan Rahmawati, 2012) : 1. Jenis cemplung digunakan uuntuk daerah yang sulit air

2. Jamban tangki digunakan untuk : a. daerah yang cukup air


(23)

c. daerah pasang surut

Syarat jamban sehat yaitu (Proverawati dan Rahmawati, 2012) :

1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)

2. Tidak berbau

3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus 4. Tidak mencemari tanah sekitarnya

5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan 6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung 7. Penerangan dan ventilasi yang cukup 8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai 9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

Peran kader dalam membina masyarakat untuk memiliki dan menggunakan jamban sehat, yaitu :

1. Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta menggunakan jamban dirumahnya

2. Melaporkan kepada pemerintah kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang belum memiliki jamban sehat

3. Bersama pemerintah kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakkan masyarakat untuk memiliki jamban

4. Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban secara bergilir

5. Menggalang dunia usaha setempat untuk memberikan bantuan dalam penyediaan jamban sehat


(24)

6. Memanfaatkan setiap kesempatan di kelurahan untuk memberi penyuluhan tentang pentingnya memiliki dan menggunakan jamban sehat

7. Meminta bantuan petugas puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan tekniss tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan kondisi daerah setempat

2.1.1.3 Pengelolaan Sampah

Sampah adalah setiap bahan yang untuk sementara tidak dapat dipergunakan lagi dan harus dibuang atau dimusnahkan. (Dainur,1992).

a. Jenis Sampah

Jenis sampah di bagi menjadi 3, yaitu(Dainur,1992): 1. Menurut asalnya:

a. Sampah buangan rumah tangga; termasuk sampah bisa bahan makanan, sampah sisa makanan, sisa pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga, sampah bisa perabotan rumah tangga, sampah sisa tumbuhan kebun, dan sebagainya.

b. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko, dan sebagainya); termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan dan pembungkus lainnya, sampah sisa bangunan, sampah taman dan sebagainya. c. Sampah buangan jalanan; termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan,

sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.


(25)

d. Sampah industri (tidak dibicarakan pada bagian ini); termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri, sisa bahan baku dan bahan jadi, dan sebagainya.

2. Menurut jenisnya:

a. Sampah organik; termasuk diantaranya sisa bahan makanan serta sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya. Keseluruhan dikenal juga sebagai sampah dapur/sampah buangan rumah tangga, dan juga sampah pasar serta sampah industri bahan makanan.

b. Sampah anorganik; termasuk diantaranya berbagai jenis sisa gelas, logam, plastik dan sebagainya. Biasanya jenis ini terbagi atas sampah yang dapat dihancurkan, dan yang tak dapat dihancurkan oleh mikroorganisme. Pada umumnya sampah yang tak dapat dihancurkan oleh mikroorganisme termasuk sampah anorganik, misalnya sisa-sisa mobil bekas, gelas dan sebagainya. 3. Menurut fisiknya:

a. Sampah kering, yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar, diantaranya kertas, sisa makanan, sisa tanaman yang dapat dikeringkan.

b. Sampah basah, yaitu sampah yang karena sifat fisiknya sukar dikeringkan untuk dibakar.

b. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah

Pemusnahan sampah dilakukan melalui berbagai cara, antara lain (Notoadmodjo, 2007):

1. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah denngan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.


(26)

2. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan membakar di dalam incenerator

3. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lainnya yang dapat membusuk.

2.1.1.4 Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah adalah sisa air yang berasal dari rumah tangga, industri dan tempat-tempat umum lainnya yang umumnya mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Air limbah terbagi atas beberapa jenis, antara lain (Notoadmodjo, 2007):

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water) Kategori ini termasuk air bekas mandi, bekas cuci pakaian, maupun perabot dan bahan makanan, dan lain-lain. Air ini sering disebut sullage atau gray water. Air ini tentunya mengandung banyak sabun atau detergen dan mikroorganisme. Selain itu, ada lagi air limbah yang mengandung excreta, yakni tinja dan urine manusia. Walaupun excreta mengandung zat padat, tetapi tetap dikelompokkan sebagai air limbah. Dibandingkan dengan air bekas cuci, excreta ini jauh lebih berbahaya karena mengandung banyak kuman patogen. Excreta ini merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan air, terutama bahaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang sering juga kekurangan gizi (Soemirat,2009).

2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya


(27)

sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai masing-masing industri. Oleh karena itu, pengolahan jenis air limbah ini akan lebih rumit agar tidak menimbulkan polusi lingkungan

3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yang berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan lainnya. Umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Agar limbah tidak mencemari lingkungan, dilakukan pengelolaan terhadap air limbah. Pengolahan air limbah diatur dalam PP No. 82 Tahun 2001 pasal 31 tentang pengendalian pencemaran air yang mengatur tentang pengolahan air limbah yang memenuhi kesehatan, yaitu :

a. Jarak bidang resapan tangki septic tank dengan sumber air minum harus berjarak >10m untuk jenis tanah liat dan >15m untuk tanah berpasir.

b. Kepadatan 100 orang/ha dengan menggunakan sanitasi setempat memberikan dampak kontaminasi bakteri coli cukup besar terhadap tanah dan air tanah. Jadi bagi pengguna sanitasi individual pada kawasan dengan kepadatan tersebut, penerapan anaerobic filter sebagai pengganti bidang resapan dan effluennya dapat dibuang ke saluran terbuka, atau secara komunitas menggunakan sistem off site sanitasi.

c. Air limbah dari toilet tidak boleh langsung dibuang ke perairan terbuka tanpa pengeraman (digesting) lebih dari 10 hari terlebih dahulu, dan lumpurnya harus ada pengeraman 3 minggu untuk digunakan di permukaan tanah (sebagai pupuk).


(28)

d. Hasil pengolahan limbah cair harus dibebaskan dari bakteri coli dengan proses maturasi atau menggunakan desinfektan. Dengan demikian setiap IPAL harus dilengkapi salah satu dari kedua jenis sarana tersebut; sebaiknya alat-alat saniter (WC, urinoir, kitchen zink, wash-basin) menggunakan water trap (leher angsa) untuk mencegah bau dan serangga keluar dari pipa buangan ke peralatan tersebut. Penggunaan pipa pembuang udara (vent) pada sistem plumbing harus mencapai ceiling (plafon) teratas.

2.1.2 Personal Higiene

Personal higiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya (Potter dan Perry, 2005). Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.

2.1.2.1 Memelihara dan memotong kuku tangan dan kuku kaki

Kuku sering kali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Kuku bersih mempunyai fungsi dan peran yang penting dalam kehidupan kita. Kuku yang kotor dapat menjadi sarang berbagai kuman penyakit yang dapat ditularkan ke bagian-bagian tubuh yang lain.


(29)

Tujuan merawat dan memotong kuku, yaitu: 1. Menjaga kebersihan tangan dan kaki

2. Mencegah timbulnya infeksi 3. Mencegah kaki berbau tidak sedap

2.1.2.2 Mencuci tangan menggunakan sabun

Kedua tangan kita sangat penting untuk membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan. Makan dan minum sangat membutuhkan kerja dari tangan. Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun.

Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut (Proverawati dan Rahmawati, 2012) :

1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. 2. Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik

3. Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari, dan kuku

4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir 5. Keringkan dengan handuk bersih

6. Gunakan tisu sebagai penghalang mematikan keran air. Peran kader dalam membina perilaku cuci tangan yaitu :

1. Memanfaatkan setiap kesempatan di kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku cuci tangan, misalnya penyuluhan kelompok di posyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok, dan kunjungan rumah


(30)

2. Mengadakan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian masyarakat.

2.2 Diare

2.2.1 Pengertian Diare

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, yaitu pada anak lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Alimul, 2009). Diare dapat menyebabkan kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare akut disebabkan oleh kehilangan banyak cairan dan garam dari dalam tubuh. Kehilangan ini dinamai dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar daripada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak cairan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering menyertai diare. Dehidrasi timbul lebih cepat pada bayi dan anak kecil, iklim panas, dan bila seseorang menderita demam. Diare menjadi lebih serius pada orang yang kurang gizi.

Diare dapat menyebabkan kurang gizi dan memperburuk keadaan kurang gizi yang telah ada, karena selama diare:

- Zat gizi hilang dari tubuh - Orang bisa tidak lapar

- Ibu mungkin tidak memberi makan pada anak yang menderita diare. Beberapa ibu mungkin menunda pemberian makanan bayinya selama beberapa hari, walaupun diare telah membaik.


(31)

Untuk mengurangi kekurangan gizi segera setelah anak yang menderita diare dapat makan, berikanlah makanan (Adrianto, 1995).

2.2.2 Pembagian Diare

Diare dibedakan menjadi dua, yaitu (Suharyono, 2008) : a. Diare akut

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Perubahan yang terjadi pada diare akut adalah kehilangan cairan, hipoglikemia, perubahan keseimbangan asam basa, gangguan sekresi, dan gangguan gizi.

b. Diare kronik

Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan meningkatnya frekuensi buang air besar yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional akibat suatu penyakit berat. Diare kronik dapat di sebabkan karena infeksi dan juga dapat ditimbulkan oleh adanya alergi protein, enteropati sensitive gluten, defisiensi imun dan penyakit hati.

2.2.3 Etiologi Diare

Diare disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi, faktor-faktor tersebut antara lain (Widoyono, 2008) :


(32)

1. Faktor Infeksi

a. Infeksi enteral ; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut (Wijoyo, 2013) :

- Diare karena virus

Diare karena virus yang disebabkan, antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus. Akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat. Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi rotavirus, adalah muntah, demam, mual, dan diare cair akut.

- Diare karena bakteri infasif

Diare karena bakteri infasif memiliki tingkat kejadian yang cukup sering, tetapi akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan peningkatan sanitasi lingkungan di masyarakat. Diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru.

- Diare karena parasit

Diare karena parasit disebabkan oleh protozoa seperti Entamoeba histolytica dan Glardia lamblia. Diare karena infeksi parasit ini bercirikan mencret cairan yang berkala dan bertahan lama lebih dari satu minggu. Gejalanya berupa nyeri pada perut, rasa letih umum, deman dan muntah-muntah.


(33)

2. Faktor Malabsorpsi

Faktor malabsoprsi meliputi malabsorpsi lemak, malabsorpsi karbohidrat, dan malabsorpsi protein.

3. Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya diare. Contoh alergi terhadap makanan yaitu alergi terhadap laktosa, makanan yang mengandung lemak tinggi dan makanan terlalu pedas atau terlalu banyak serat dan kasar.

2.2.4 Epidemiologi Diare

Diare paling sering menyerang anak-anak, terutama usia antara 6 bulan sampai 2 tahun. Penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di Indonesia, biasanya balita menderita diare lebih dari sekali dalam setahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian pada balita. (Depkes RI, 2011). Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan insidensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin insidensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan. Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia. Di Indonesia penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak disebabkan oleh diare (31,4%) dan


(34)

pneumonia (23,8%). Demikian pula penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%) dan pneumonia (15,5%).

2.2.5 Gejala Diare

Gejala yang ditimbulkan akibat diare adalah (Depkes RI, 1994) :

1. Diare tanpa dehidrasi: mata normal dan air mata ada, keadaan umum baik dan sadar, tidak merasa haus, mulut dan lidah basah.

2. Diare dengan dehidrasi ringan: mencret 3 kali sehari atau lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sedikit, nafsu makan kurang, aktivitas menurun, mata cekung, mulut dan lidah kering, gelisah dan mengantuk, nadi lebih cepat dari normal, dan ubun-ubun cekung.

3. Diare dengan dehidrasi berat: mencretnya terus menerus, muntah lebih sering, terasa sangat haus, tidak kencing, tidak ada nafsu makan, mata sangat cekung, mulut sangat kering, nafas sangat cepat dan dalam, nadi sangat cepat, lemah dan tidak teraba, ubun-ubun sangat cekung.

2.2.6 Patofisiologi Diare

Patofisiologi diare dapat dibagi dalam tiga macam kelainan pokok, yaitu : a. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit

Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan diare, contohnya pada kejadian infeksi.

b. Kelainan cepat laju bolus makanan di dalam lumen usus

Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal apabila bolus makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran pencernaan dan berada


(35)

keadaan yang cukup tercerna. Selain itu, waktu sentuhan yang adekuat antara khim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi normal. c. Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus

Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi kapasitas pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya malabsorpsi dari karbohidrat, lemak, dan protein akan menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotik intraluminal sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorpsi air.

2.2.7 Faktor-Faktor Resiko Diare

Faktor-faktor resiko diare adalah faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya diare. Faktor-faktor resiko diare antara lain :

1. Host a. Umur

Sebagian besar diare terjadi pada anak-anak, terutama usia antara 6 bulan sampai 2 tahun. Diare juga umum terjadi pada bayi bawah 6 bulan yang minum susu sapi atau susu formula (Depkes RI, 1995).

Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan insidensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.4 Kejadian diare biasanya tinggi pada kelompok umur muda dan tua (balita dan manula), rendah pada kelompok umur remaja dan produktif (RISKESDAS, 2007).


(36)

b . Jenis kelamin

Diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 insidensi diare menurut jenis kelamin hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.

c. Status Imunisasi

Berdasarkan laporan Ditjen PPM dan PLP tahun 2005 bahwa diare sering timbul menyertai campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu, anak harus segera diberi imunisasi campak setelah berumur 9 bulan.

d. ASI eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi baru lahir sampai bayi mencapai usia 6 bulan. Pemberian ASI penuh akan memberikan perlindungan diare 4 kali dari pada bayi dengan ASI disertai susu botol. Bayi dengan susu botol saja akan mempunyai risiko diare lebih berat dan bahkan 30 kali lebih banyak daripada dengan ASI penuh.

e. Status Gizi

Serangan diare lebih lama dan lebih sering terjadi pada anak dengan malnutrisi. Semakin sering dan semakin berat diare yang diderita, maka semakin buruk keadaan gizi anak. Diare dapat terjadi pada keadaan kekurangan gizi, seperti pada kwashiorkor, terutama karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan di usus (Suharyono, 1986).


(37)

2. Agent

a. Diare karena virus

Diare karena virus disebabkan oleh Rotavirus dan Adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat.

b. Diare karena bakteri

Diare karena bakteri invasif memiliki tingkat kejadian yang cukup sering tetapi akan berkurang dengan sendirinya dengan peningkatan sanitasi lingkungan di masyarakat. Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu kedalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir. Penyebab pembentukan enterotoksin ialah bakteri E.coli, Shigella sp, Salmonella sp, dan Campylobacter sp. c. Diare karena parasit

Diare karena parasit disebabkan oleh protozoa seperti Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia. Diare karena infeksi parasit biasanya bercirikan mencret cairan yang berkala dan bertahan lebih dari satu minggu.

3. Lingkungan

a. Sanitasi lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah. Status kesehatan suatu lingkungan yang buruk dapat memungkinkan timbulnya diare.


(38)

b. Personal higiene

Personal higiene sendiri dapat diartikan sebagai cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Memelihara dan memotong kuku dapat. Kebiasaan penduduk yang tidak mau mencuci tangan menggunakan sabun sebelum melakukan aktifitasnya, serta perilaku lainnya yang tidak mencerminkan pola hidup sehat dapat memungkinkan timbulnya diare.

c. Penyediaan air bersih

Penyediaan air bersih adalah upaya ketersediaan air bersih yang merupakan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak lebih dahulu, air minum sendiri diartikan sebagai air yang kualitasnya memenuhi syarat – syarat kesehatan dan dapat diminum. Air yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dapat memungkinkan terjadinya diare.

2.2.8. Mekanisme Diare

a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi apabila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar.


(39)

b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah yang besar. Bila tinja dihinggapi binatang kemudian binatang hinggap dimakanan, makanan itu dapat menularkan diare kepada orang yang memakannya.

c. Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga kebersihannya, mencuci alat-alat rumah tangga tanpa menggunakan sabun.

2.2.9 Pencegahan Diare

2.2.9.1 Pencegahan Primer (Primary Prevention)

Pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap diare. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu (Erlan, 1999):

A. Pemberian ASI

Ibu sebaiknya hanya memberikan air susu ibu untuk bayi mereka selama 4-6 bulan pertama, dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih, sambil memberikan makanan tambahan. Di negara-negara berkembang, bayi yang mendapat ASI mempunyai angka kesakitan dan kematian yang secara bermakna lebih rendah dibandingkan dengan yang diberikan susu formula.

B. Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang


(40)

menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :

1. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak sudah berumur 6 bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun , memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.

2. Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang– kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. 3. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta

menyuapi anak dengan sendok yang bersih.

4. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

C. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan


(41)

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain : 1. Ambil air dari sumber air yang bersih

2. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air

3. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak 4. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

5. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup

D. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.

E. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.


(42)

Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

1. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

2. Bersihkan jamban secara teratur.

3. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar. F. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain : 1. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban

2. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya. 3. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam

lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

4. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun. G. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.


(43)

2.2.9.2 Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)

Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dan pengobatan yang tepat. Pada pencegahan sekunder, sasarannya adalah mereka yang terkena penyakit diare. Upaya yang dilakukan adalah (Erlan, 1999) :

a. Segera setelah diare, berikan penderita lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan yang dianjurkan, seperti larutan oralit, makanan yang cair (sup, air tajin) dan kalau tidak ada berikan air matang.

b. Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair.

c. Beri makanan sedikitnya 6 kali sehari untuk mencegah kurang gizi. Teruskan pemberian ASI bagi anak yang masih menyusui dan bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan.

d. Segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila tidak membaik dalam 3 hari atau menderita hal berikut yaitu buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, dengan atau tinja berdarah.

e. Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka berikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.

2.2.9.3 Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention)

Sasaran pencegahan tertier adalah penderita penyakit diare dengan maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya yang


(44)

dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari tubuh.

Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita susah makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak ada sama sekali. Upaya yang dilakukan adalah (Erlan, 1999):

a. Pengobatan dan perawatan diare dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan oleh petugas kesehatan dengan menggunakan tabel penilaian derajat dehidrasi. Bagi penderita diare dengan dehidrasi berat segera diberikan cairan intarvena dengan Ringer Laktat. b. Berikan makanan secukupnya selama serangan diare untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.

c. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama dua minggu untuk membantu pemulihan penderita.

2.2.10 Pengobatan Diare

Pengobatan diare dapat dilakukan dengan 2 terapi, yaitu (Wijoyo,2013): a. Terapi Nonfarmakologi

1. Terapi Rehidrasi Oral

Bahaya utama diare terletak pada dehidrasi, maka penanggulangannya dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila terjadi dehidrasi. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang memadai oral atau parental. Cairan rehidrasi yang dipakai oleh


(45)

masyarakat ialah air kelapa, air susu ibu, air teh encer, air taji, air perasaan buah, dan larutan gula dan garam. Pemakaian cairan ini di titikberatkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi oralit. 2. Oralit

Larutan oralit yang lama tidak dapat menghentikan diare. Hal ini disebabkan formula oralit lama dikembangkan dari kejadian outbreak diare di Asia Selatan terutama karena bakteri, menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit tubuh terutama natrium, pada diare yang lebih banyak dijumpai belakangan ini dengan tingkat sanitasi yang baik adalah diare karena virus. Karenanya, para ahli mengembangkan formula baru dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah.

b. Terapi Farmakologi

Selain menggunakan cara pengobatan nonfarmakologi, pengobatan diare menggunakan obat-obatan seperti loperamida, defenoksilat, kaolin, karbon adsorben, attapulgite, dioctahedral smectite, pemberian zink dan antimikroba sangat diperlukan.


(46)

2.3 Kerangka Konsep

Karakteristik Responden

1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur

4. Jenis Kelamin 5. Pengetahuan 6. Sikap

Sarana dan Prasarana Sanitasi Lingkungan

1. Ketersediaan Air

Bersih

2. Ketersediaan Jamban 3. Ketersediaan

Pengolahan Sampah

4. Ketersediaan Sarana

Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Personal Higiene

1. Memelihara dan memotong kuku tangan dan kuku kaki 2. Mencuci tangan

menggunakan sabun


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan karakteristik responden (pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, dan sikap), ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi lingkungan (ketersediaan bersih, ketersediaan jamban, ketersediaan pengolahan sampah, ketersediaan Sarana Pembuangan Air Limbah), dan personal higiene (memelihara dan memotong kuku kaki dan kuku tangan, mencuci tangan menggunakan sabun) di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian ini adalah :

1. Belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut mengenai judul skripsi ini 2. Pada daerah ini masih sedikit warga yang mengetahui faktor resiko terjadinya

diare

3. Penyakit diare merupakan penyakit yang selalu terjadi pada setiap bulannya pada wilayah ini

3.2.2Waktu Penelitian


(48)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diare di Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dalam kurun waktu bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2014 yaitu 179 orang.

3.3.2 Sampel

n = N 1+N(d²)

dimana : N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ ketetapan yang diinginkan (0.1) maka : n = 179

1+179(0,1)² n = 64,15 n = 64 orang

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling (acak sederhana) di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan (Azwar, 2003). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan daftar penderita diare dari Puskesmas Kampung Baru Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun sejak bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2014 untuk mengetahui responden yang akan menjadi sampel dan lokasinya berada.


(49)

Sampel diambil secara sistematis dengan menentukan interval yaitu dengan rumus :

I = N : n dimana :

N = Jumlah populasi n = Sampel

n = Interval maka : I = 179 : 64

I = 2,79 I = 2

Maka populasi yang menjadi sampel adalah setiap responden yang mempunyai kelipatan 2, yaitu 2, 4, 6, 8, dan seterusnya.

Jika di dalam satu rumah ditemukan lebih dari satu orang yang pernah terkena diare, maka hanya di ambil satu orang saja. Jika di dalam satu rumah orang yang pernah terkena diare adalah anak di bawah umur 18 tahun, maka yang akan diberikan kuesioner adalah orang tua dari anak tersebut.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dan observasi dengan menggunakan kuesioner pada masyarakat di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Data primer antara lain karakteristik responden (pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, dan sikap), ketersediaan sarana dan prasarana (ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, ketersediaan pengolahan


(50)

sampah, ketersediaan Sarana Pembuangan Air Limbah), dan personal higiene (memelihara dan memotong kuku tangan dan kuku kaki, mencuci tangan menggunakan sabun).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan melakukan pencatatan data-data dari instansi yang terlibat berupa demografi penduduk dan batas wilayah.

3.5 Definisi Operasional

1. Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya yang disertai perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender.

2. Personal higiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya, contohnya : mencuci tangan menggunakan sabun dan merawat kuku tangan dan kuku kaki.

3. Mencuci tangan menggunakan sabun adalah perilaku individu dalam upaya membersihkan tangan dari kotoran dengan membasuh kedua tangan dengan menggunakan air dan sabun.

4. Merawat kuku tangan dan kuku kaki adalah perilaku individu dalam menjaga kebersihan kuku tangan dan kuku kaki dari kuman dan kotoran.

5. Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah.

6. Penyediaan air bersih adalah upaya ketersediaan air bersih yang merupakan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.


(51)

7. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi dengan septic tank .

8. Pengelolaan sampah adalah upaya pengelolaan sampah dengan upaya seperti pengumpulan sampah, penyimpanan sampah, pembuangan sampah, dan pembakaran sampah.

9. Pengelolaan air limbah adalah penghilangan kontaminan dari air limbah rumah tangga.

10. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang diperoleh seseorang pada periode waktu tertentu pada suatu instansi yang resmi disahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan tertentu yang ditandai adanya ijazah setelah selesai pendidikan.

11. Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan responden untuk memperoleh uang dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

12. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.

13. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden mengenai diare. 14. Sikap adalah tanggapan dari responden tentang pemberantasan diare.


(52)

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1 Karakteristik Responden

1. Pendidikan

Untuk mengetahui pendidikan responden diajukan 1 pertanyaan berbentuk kuesioner. Penilaian terhadap jawaban responden dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika responden menjawab pendidikan SD, nilai 2 jika responden menjawab SMP, nilai 3 untuk responden yang menjawab SMA, dan memberikan nilai 4 kepada responden yang menjawab PT. Tingkat pendidikan berdasarkan skala ordinal.

2. Pekerjaan

Untuk mengetahui pekerjaan responden diajukan 1 pertanyaan berbentuk kuesioner. Diberikan nilai 1 apabila responden menjawab bekerja dan nilai 0 bila tidak bekerja. Pekerjaan berdasarkan skala nominal.

3. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang diare diajukan 10 pertanyaan dalam kuesioner. Penilaian terhadap jawaban responden dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika responden menjawab dengan benar, jika responden menjawab salah maka diberikan nilai 0. Penilaian akan dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan skor yaitu : kategori baik dengan skor 7-10, kategori sedang dengan skor 4-6, dan kategori buruk dengan skor 0-3.

Jawaban pilihan a untuk soal nomor 3, 4, 6, 7, dan 8, jawaban pilihan b untuk soal nomor 5, dan jawaban pilihan c untuk soal nomor 1, 2, 9, dan 10.


(53)

4. Sikap

Untuk mengetahui sikap responden tentang pemberantasan dan pencegahan diare dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi diare diajukan 10 pernyataan. Masing-masing jawaban akan diberikan skor. Pernyataan 1-5 akan diberikan skor 5 untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Sebaliknya untuk pernyataan 6-10 akan diberikan skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju, 4 untuk jawaban tidak setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 2 untuk jawaban setuju, dan 1 untuk jawaban sangat setuju. Skor yang di dapat kemudian dijumlahkan dan akan dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu kategori baik untuk skor >35, kategori sedang untuk skor 20-35, dan kategori buruk untuk skor <20.

3.6.2 Sarana dan Prasarana Sanitasi Lingkungan

Penelitian sanitasi lingkungan menggunakan Kepmenkes RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, yang terdiri dari 2 kriteria yaitu sehat apabila skor ≥ 334 dan tidak sehat apabila skor < 334. Adapun komponen yang dinilai dihitung berdasarkan rumus nilai x bobot dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Sarana air bersih yaitu ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dengan skor 100

2. Jamban yaitu ada leher angsa, septik tank dengan skor 100

3. Sarana pembuangan air limbah yaitu ada , dialirkan keselokan tertutup untuk diolah lebih lanjut dengan skor 100


(54)

3.6.3 Personal Higiene

1. Memelihara dan Memotong kuku tangan dan kuku kaki

Pengukuran variabel kebersihan kuku menggunakan lembar observasi yang terdiri dari keadaan kuku dan kebersihan kuku.

Pada keadaan kuku, skor 0 untuk keadaan panjang dan skor 2 untuk keadaan pendek, sedangkan pada kebersihan kuku, skor 0 untuk keadaan kotor dan skor 2 untuk keadaan bersih.

Variabel sanitasi lingkungan dikategorikan menjadi 2 yaitu : a. Baik, jika skor yang diperoleh responden 6-8 b. Buruk, jika skor yang diperoleh responden 0-5 2. Mencuci tangan menggunakan sabun

Pengukuran variabel mencuci tangan menggunakan sabun menggunakan kuesioner sebanyak 5 pertanyaan. Skor 2 untuk jawaban Ya dan skor 0 untuk jawaban tidak. Variabel sanitasi lingkungan dikategorikan menjadi 2 yaitu :

a. Baik, jika skor yang diperoleh responden 5-10 b. Buruk, jika skor yang diperoleh responden 0-4

3.7 Teknik Pengolahan Data

Data diolah dengan cara :

1. Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan kedalam tabel-tabel

2. Editing, yaitu proses memeriksa data yang sudah dikumpulkan, meliputi kelengkapan isian, keterbacaan, tulisan, kejelasan jawaban, relevansi jawaban, keseragaman satuan data yang digunakan, dan sebagainya


(55)

3. Coding, yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang terkumpul di setiap instrumen penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan dalam penganalisan dan penafsiran data


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Kelurahan Hamdan berada di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Sukaraja dan Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun

- Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Madrashulu Kecamatan Medan Petisah - Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun

- Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun dan Kelurahan Madrashulu Kecamatan Medan Petisah

Luas Kelurahan Hamdan adalah 525.000 m², yang terdiri dari 10 lingkungan. Jumlah penduduk di kelurahan ini adalah sebanyak 9.337 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 4.585 jiwa dan perempuan 4.752 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga di kelurahan ini yaitu sebanyak 2245 KK. Kelurahan ini memiliki perangkat kesehatan yaitu 6 posyandu yang tersebar di lingkungan 2, lingkungan 3, lingkungan 7, lingkungan 8, lingkungan 9, dan lingkungan 10.

4.2 Analisis Univariat Karakteristik Responden

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, dan sikap. Adapun jumlah masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 64 orang.


(57)

4.2.1 Pendidikan

Adapun gambaran tingkat pendidikan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Tidak Tamat Sekolah 28 43,8

2. SD 14 21,9

3. SMP 11 17,2

4. SMA 11 17,2

Total 64 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut tingkat pendidikan pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 yang terbanyak tidak/belum tamat sekolah yaitu 28 responden (43,8%). Sedangkan yang paling sedikit terdapat pada kelompok tingkat pendidikan tamat SMP dan tamat SMA yaitu masing-masing 11 responden (17,2%) .

4.2.2 Pekerjaan

Adapun gambaran pekerjaan responden pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. Wiraswasta 20 31,3

2. Ibu Rumah Tangga 44 68,8

Total 64 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut pekerjaan pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun tahun 2014 terbanyak ibu rumah tangga yaitu 44 orang (68,8%), dan wiraswasta adalah 20 orang (31,3%).


(58)

4.2.3 Jenis Kelamin

Adapun gambaran jenis kelamin penderita diare dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Penderita Diare Menurut Jenis Kelamin pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki – laki 27 42,2

2. Perempuan 37 57,8

Total 64 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah penderita diare menurut jenis kelamin pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 yang terbanyak perempuan yaitu 35 orang (57,8%), dan laki-laki yaitu 29 orang (42,2%).

4.2.4 Umur

Adapun gambaran umur penderita diare pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Umur pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No Umur Jumlah Persentase (%)

1. < 10 Tahun 30 46,9

2. 10-30 Tahun 6 9,4

3. ≥ 31 Tahun 28 43,8

Total 64 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penderita diare berdasarkan kelompok umur terbanyak kelompok umur < 10 tahun yaitu 30 orang (46,9%). Sedangkan kelompok umur yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur 10-30 tahun yaitu 6 orang (9,4%).


(59)

4.2.5 Pengetahuan

Adapun gambaran tingkat pengetahuan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No Pertanyaan Pengetahuan Benar

n %

Salah

n %

1. Pengertiaan diare 58 90,6 6 9,4

2. Gejala diare 58 90,6 6 9,4

3. Penyebab diare 40 62,5 24 37,5

4. Pencegahan diare 24 37,5 40 62,5

5. Mengapa anak-anak rentan terkena diare? 21 33 31 48,4

6. Cara mengobati diare 48 75 16 25

7. Mengapa diare menyebabkan kurang gizi? 16 25 48 75

8. Syarat jamban sehat 58 90,6 6 9,4

9. Pengelolaan sampah yang baik 26 40,6 38 59,4

10. Air minum yang memenuhi syarat kesehatan 42 65,6 22 34,4

Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang diare adalah kategori sedang. Beberapa hal tentang diare sudah dipahami oleh sebagian besar responden yaitu pengertian diare, gejala diare, penyebab diare, cara mengobati diare, syarat jamban sehat, dan air minum yang memenuhi syarat kesehatan. Hal-hal yang belum dipahami oleh sebagian besar responden tentang diare antara lain cara pencegahan diare, mengapa anak-anak rentan terkena diare, mengapa diare dapat menyebabkan kurang gizi, dan cara pengelolaan sampah yang baik.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No. Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1. Baik 29 45,3

2. Sedang 32 50

3. Buruk 3 4,7


(60)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut tingkat pengetahuan pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun tahun 2014 yang terbanyak pada tingkat pengetahuan sedang yaitu 32 orang (50%). Sedangkan tingkat pengetahuan terendah terdapat pada kelompok tingkat pengetahuan buruk yaitu 3 orang (4,7%).

4.2.6 Sikap

Adapun gambaran jawaban responden tentang sikap pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No Pernyataan SS

n %

S n %

RR n %

TS n %

STS n %

1. Meminum air yang belum dimasak dapat meyebabkan diare

18 28,1 37 57,8 0 0 6 9,4 3 4,7

2. Membuang air besar tidak di jamban dapat menyebabkan diare

6 9,4 32 50 7 10,9 16 25 3 4,7

3. Membuang sampah tidak dengan sembarangan dapat menyebabkan diare

7 10,9 37 57,8 6 9,4 12 18,8 2 3,1

4. Tidak memiliki saluran pembuangan air limbah akan menimbulkan diare

0 0 51 79,7 5 7,8 6 9,4 2 3,1

5. Memotong dan merawat kuku penting untuk mencegah terjadinya diare

13 20,3 46 71,9 0 0 3 4,7 2 3,1

6. Tidak cuci tangan pakai sabun tidak akan menimbulkan diare

2 3,1 13 20,3 9 14,1 30 46,9 10 15,6

7. Diare tidak ditimbulkan oleh lingkungan yang tidak sehat

3 4,7 15 23,4 7 10,9 35 54,7 4 6,3

8. Pemberian ASI tidak dapat mencegah terjadinya diare

0 0 21 32,8 18 28,1 25 39,1 0 0

9. Tidak memakai alas kaki saat buang air besar tidak akan menyebabkan diare

0 0 15 23,4 14 21,9 29 45,3 6 9,4

10. Diare tidak dapat di obati dengan meminum oralit

0 0 8 12,5 16 25 35 54,7 5 7,8

Keterangan :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

RR : Ragu-Ragu TS : Tidak Setuju


(61)

Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap yang positif (setuju) tentang hal-hal yang benar mengenai diare. Beberapa sikap tentang diare yang disetujui oleh kebanyakan responden antara lain meminum air yang belum dimasak dapat menyebabkan diare, membuang air besar tidak dijamban dapat menyebabkan diare, membuang sampah tidak dengan sembarangan tidak dapat menyebabkan diare, tidak memiliki saluran pembuangan air limbah akan menimbulkan diare dan memotong serta merawat kuku tangan dan kuku kaki penting untuk mencegah terjadinya diare. Sedangkan sikap tentang diare yang tidak disetujui ataupun sangat tidak disetujui oleh sebagian besar responden adalah tidak mencuci tangan menggunakan sabun tidak akan menimbulkan diare, diare tidak ditimbulkan oleh lingkungan yang tidak sehat, pemberian ASI tidak dapat mencegah terjadinya diare, tidak menggunakan alas kaki pada saat akan buang air besar akan menyebabkan diare, dan diare tidak dapat di obati dengan meminum oralit.

Adapun gambaran sikap responden pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Sikap pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No Sikap Jumlah Persentase (%)

1. Baik 38 59,4

2. Sedang 26 40,6

Total 64 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sikap pada responden di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun tahun 2014 termasuk kategori baik yaitu 38 orang (59,4%), kategori sedang 26 orang (40,6%), dan tidak ditemukannya kategori buruk pada responden.


(62)

4.3 Sarana dan Prasarana Sanitasi Lingkungan Rumah

Adapun gambaran Sarana dan Prasarana Sanitasi Lingkungan Rumah pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan Rumah Responden di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No Sanitasi Lingkungan Rumah Jumlah Persentase (%)

1. Sarana Air Bersih

a. Ada, bukan milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa

b. Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa

19 45

29,7 70,3

Jumlah 64 100

2. Jamban

a. Tidak ada

b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam

c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam

51 12 1 79,7 18,8 1,6

Jumlah 64 100

3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah

b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak dengan sumber air <10m)

7 57

10,9 89,1

Jumlah 64 100

4. Sarana Pembuangan Sampah

a. Tidak ada

b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup

50 14

78,1 21,9

Jumlah 64 100

Berdasarkan perhitungan jumlah skor sanitasi lingkungan rumah, maka dapat dikategorikan sehat dan tidak sehat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa sanitasi lingkungan seluruh rumah responden di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun tahun 2014 tergolong dalam kategori rumah tidak sehat.


(63)

Observasi Kepadatan Lalat di Sekitar Tempat Sampah

Tabel 4.10 Gambaran Observasi Kepadatan Lalat Di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No Lokasi tempat sampah

Pengukuran 30 detik ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rata-rata dari 5 detik tertinggi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Veni Faridah M Andika Rasmita Rika M Yamin Rafly Farida Enzel Fendy Rosman Murni Gustina Elly

13 12 12 14 11 7 9 8 9 4 12 14 10 10 10 8 8 7 4 9 14 11 13 15 15 9 8 6 7 8 11 10 12 15 15 6 5 4 6 8 10 15 14 17 15 7 4 7 5 9 15 15 11 14 11 5 9 7 4 7 15 17 10 10 10 4 8 5 4 5 17 14 15 14 15 5 8 4 6 5 14 10 15 11 15 3 9 6 6 4 10 14 15 10 17 8 7 4 6 4 12 10 15 15 14 7 5 3 6 6 9 12 17 11 10 9 5 5 8 6 13 9 14 8 11 8 6 6 6 6 19 13 12 10 10 7 5 4 5 9

12 11 14 13 14 13 12 15 13 13 13 12 11 13

Berdasarkan tabel 4.10 diatas diketahui bahwa hasil observasi kepadatan lalat pada semua tempat sampah yang ada di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dengan hasil pengukuran skor 6-20 termasuk dalam kategori tinggi/padat.

4.4 Personal Higiene

Personal higiene yang dinilai pada penelitian ini yaitu memelihara dan memotong kuku tangan dan kaki, dan juga mencuci tangan menggunakan sabun.

4.4.1 Memelihara dan Memotong Kuku Tangan dan Kaki

Adapun gambaran keadaan kuku tangan dan kaki responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(64)

Tabel 4.11 Gambaran Keadaan Kuku Tangan dan Kaki Responden di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No Keadaan kuku Panjang

n %

Pendek n %

1. Tangan 14 21,9 50 78,1

2. Kaki 5 7,8 59 92,2

Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang keadaan kuku tangannya pendek adalah 50 orang (78,1%) dan yang memiliki kuku kaki pendek 59 orang (92,2%).

Tabel 4.12 Gambaran Kebersihan Kuku Tangan dan Kaki Responden di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014

No Kebersihan kuku Bersih

n %

Kotor n %

1. Tangan 52 81,3 12 18,8

2. Kaki 49 76,6 15 23,4

Dari Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki kuku tangan yang bersih adalah 52 orang (81,3%) dan kuku kaki yang bersih adalah 49 orang (76,6%).

Berdasarkan perhitungan jumlah skor memelihara dan memotong kuku tangan dan kuku kaki, maka dapat dikategorikan baik dan buruk. Hasil penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13 Kategori Memelihara dan Memotong Kuku Tangan dan Kuku Kaki di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Tahun 2014 No Memelihara dan Memotong Kuku

Tangan dan Kuku Kaki

Jumlah Presentase (%)

1. Baik 54 84,4

2. Buruk 10 15,6

Jumlah 64 100

Berdasarkan perhitungan jumlah skor memelihara dan memotong kuku tangan dan kuku kaki pada responden termasuk kategori baik yaitu 54 orang (84.4%).


(65)

4.4.2 Mencuci Tangan Menggunakan Sabun

Adapun gambaran mengenai mencuci tangan menggunakan sabun pada penelitian ini diketahui bahwa jumlah responden pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun tahun 2014 yang termasuk kategori baik yaitu seluruh responden 64 orang (100%).

Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden tentang Mencuci Tangan Menggunakan Sabun

No Pertanyaan Ya

n %

Tidak n %

1. Apakah anda selalu mencuci tangan sebelum makan

58 90,6 6 9,4 2. Apakah anda selalu mencuci tangan

setelah buang air besar

58 90,6 6 9,4 3. Apakah setelah melakukan kegiatan

anda di luar rumah, anda mencuci tangan anda sewaktu pulang

58 90,6 6 9,4

4. Apakah anda selalu mencuci tangan menggunakan sabun

59 92,2 5 7,8 5. Apakah anda selalu mencuci tangan

dengan air bersih

58 90,6 6 9,4

Mencuci tangan menggunakan sabun sudah sangat baik di lakukan oleh responden. Hal ini dibuktikan dengan kebanyakan responden selalu mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar, setelah pulang kerumah dengan menggunakan sabun dan air bersih.


(66)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Faktor Resiko Terjadinya Diare

Faktor resiko terjadinya diare adalah faktor – faktor yang memungkinkan terjadinya diare. Faktor resiko terjadinya diare di dalam penelitian ini adalah tidak memiliki jamban sebanyak 51 responden (79,7%), memiliki SPAL yang mencemari sumber air sebanyak 57 responden (89,1%), tidak memiliki sarana pembuangan sampah sebanyak 50 responden (78,1%), dan juga tingkat kepadatan lalat dimana seluruh tempat sampah termasuk dalam kategori padat.

5.2 Distribusi Karakteristik Responden (Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Jenis Kelamin, Pengetahuan, dan Sikap)

Adapun variabel yang termasuk dalam karakteristik responden adalah variabel pendidikan, pekerjaan, umur, jenis kelamin, pengetahuan, dan sikap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penderita diare berdasarkan kelompok umur terbanyak kelompok umur < 10 tahun yaitu 30 orang (46,9%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang terkena diare pada daerah tersebut sebagian besar berada pada usia anak-anak. Jumlah penderita diare menurut jenis kelamin yang terbanyak perempuan yaitu 35 orang ( %) . Jumlah responden menurut tingkat pendidikan yang terbanyak tidak tamat sekolah yaitu 28 responden (43,8%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pada daerah tersebut masih berpendidikan rendah. Jumlah responden menurut pekerjaan terbanyak ibu rumah tangga yaitu 44 orang (68,8%). Hal ini disebabkan masyarakat yang menjadi responden kebanyakan ibu rumah tangga.


(67)

Jumlah responden menurut tingkat pengetahuan yang terbanyak pada tingkat pengetahuan sedang yaitu 32 orang (50%). Hal ini didukung dengan tingkat pendidikan mereka yang kebanyakan tidak tamat sekolah. Pendidikan yang rendah mengetahuan tingkat pengetahuan yang rendah juga. Jumlah responden menurut tingkat sikap terbanyak pada tingkat sikap baik yaitu 38 responden (59,4%). Walaupun pengetahuan masyarakat pada daerah tersebut masih sedang, akan tetapi sikap masyarakat pada daerah tersebut sudah baik dalam hal pencegahan diare. Hal ini dapat dikarenakan oleh masyarakat telah merasakan sendiri dampak yang terjadi apabila melakukan sikap yang dapat menimbulkan diare, misalnya membuang sampah sembarangan, buang air besar sembarangan , memotong kuku tangan dan kaki, mencuci tangan menggunakan sabun dan lain-lain.

5.3 Distribusi Sarana dan Prasarana Sanitasi Lingkungan Rumah

Hasil observasi yang telah dilakukan terhadap 64 rumah responden di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun tahun 2014 adalah sebagai berikut :

5.3.1 Sarana Air Bersih

Dari hasil observasi yang telah dilakukan terhadap 64 rumah responden, rata-rata responden menggunakan air PAM sebagai sumber air bersih. Jika dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 45 responden (70,3%) mempunyai sumber air bersih milik sendiri yang tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau. Sebanyak 19 responden (29,7%) mempunyai sumber air bersih bukan milik sendiri yang tidak berasa, tidak berwarna, dan juga tidak berbau.

Air berkualitas harus memiliki syarat fisik sebagai berikut : a. Tidak berwarna


(1)

Gambar 5. Tempat Sampah


(2)

Gambar 7. Saluran Pembuangan Air Limbah


(3)

Gambar 9. Puskesmas Kampung Baru


(4)

Gambar 11. Wawancara dengan penderita diare


(5)

Gambar 13. Wawancara dengan penderita diare


(6)

Gambar 15. Wawancara dengan responden