Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Larutan Cuka Makanan Dengan Metode Titrimetri Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Medan

(1)

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN

CUKA MAKANAN DENGAN METODE TITRIMETRI

DI BALAI BESAR PENGAWAS OBAT

DAN MAKANAN MEDAN

TUGAS AKHIR

MAHARANI HASIBUAN

122401079

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN

CUKA MAKANAN DENGAN METODE TITRIMETRI

DI BALAI BESAR PENGAWAS OBAT

DAN MAKANAN MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

MAHARANI HASIBUAN

122401079

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam

Larutan Cuka Makanan Dengan Metode Titrimetri Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Medan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Maharani Hasibuan

Nomor Induk Mahasiswa : 122401079

Program studi : Diploma Tiga (D-3) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Medan, Juli 2015

Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dr. Rumondang Bulan, MS NIP : 195509181987012001 NIP :195408301985032001

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP : 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN CUKA MAKANAN DENGAN METODE TITRIMETRI DI BALAI BESAR

PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2015

MAHARANI HASIBUAN 122401079


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan untukmenyelesaikanpendidikan Program Studi D-3 Kimia IndustriFakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam, Universitas Sumatera Utara dengan judul ” Penetapan Kadar Asam Asetat Dalam Larutan Cuka Makanan Dengan MetodeTitrimetri Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Medan ”.

Dalampenyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik.Atasbantuan, bimbingandandukungandariberbagaipihakmakapada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Pardamean Hasibuan dan Ibunda Tina Sahara Nasution serta, kakakFuji Namora Hasibuan S.Kep, abang Aswan Syahmuda Zakaria Hasibuan S.S dan abang Zulfikar Hasibuan S.E yang telah memberikan bantuan moril dan materil serta doa restu demi kesuksesan penulis.

2.Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU.

5. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Dosen Pembimbing yang telahdengantulusmemberikanbimbingankepadapenulisdanbersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan tugas akhir ini.

6. Bapak Drs. M.Ali Bata Harahap, Apt,

M.KesselakuKepalaBesarBalaiBesarPengawasObatdanMakanan yang telah memberikan tempat untuk melaksanakan PKL.

7. BapakBernardus L. Tobing, SE selaku kepala Sub Bagian Tata Usaha BalaiBesarPengawasObatdanMakananMedan yang telah memberikan pengarahan kepada penulis pada saat PKL.

8. IbuLambokOktavia SR, M kes, Apt selakuKoordinatorpembimbingyang telah memberikan pengarahan dan membimbing penulis selama pelaksanaan PKL diBalaiBesarPengawasObatdanMakanan.

9. IbuLusi

yangtelahmemberikanpengarahankepadapenulispadasaatPKLdiBalaiBesarPen gawasObatdanMakanan.

10.Seluruh staff dan karyawanBalaiBesarPengawasObatdanMakananMedan yang telah membantudanmemberikan dukungan, semangat dan ilmu baru kepada penulis.


(6)

11. Abangda Mahatir Muhammad D3 Analis Farmasi Angkatan 2010 yang telah membantu kami selama melaksakan PKL.

12. Teman-teman seperjuangan D-3 Kimia stambuk 2012 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu penulis sehingga selesainya tugas akhir ini.

PenulismenyadaribahwaTugasAkhirinimasihjauhdarikesempurnaan.Olehkarenaitu

penulissangatmengharapkankritikdan saran yang

bersifatmembangundariparapembacauntukkesempurnaanTugasAkhirini.Segalaben

tukmasukan yang

diberikanakanpenulisterimadengansenanghatidanpenulisucapkanterimakasih.Hara panpenulis,

semogaTugasAkhirinidapatbermanfaatbagiparapembacaumumnyadanbagipenulis khususnya.

Medan,Mei 2015


(7)

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN CUKA MAKANAN DENGAN METODETITRIMETRI DI BALAI BESAR

PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

ABSTRAK

Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung etanol,yang dapat diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah-buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Dilakukan dengan metode titrimetri tentang Penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan. Diperoleh kadar asam asetat dalam larutan cuka M adalah 25,91 % dan kadar asam asetat dalam larutan cuka V adalah 6,54 %.MenurutStandar Nasional Indonesia kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan minimal 4 – 12,5 %.Sampel larutan cuka Mtidak memenuhi syarat dan sampel larutan cuka Vmemenuhi syarat.


(8)

DETERMINATION OFACETIC ACIDLEVELSIN

VINEGARFOODSOLUTIONSWITHMETHODTITRIMETRY IN THECENTERSUPERVISOR OFDRUGANDFOOD MEDAN

ABSTRACT

Acetic acid is a one of industrial product that large consumed in Indonesia. Acetic acid can make from a substrate, which consist of ethanol. It could make from many kind of material such asfruits, pine aplle leather, coffe pulp, and coconut water.Donewithmethod titrimetry of determination of acetic acid levels in vinegar food solutions. The results obtained acetic acid levelsin the solution ofvinegar

Mis25.91% and theconcentrationof aceticacidin thevinegarsolutionvinegar

Vis6.54%.IndonesianNational Standardaceticacidinthe vinegarsolution

ofminimalfoodfrom 4 to 12.5%.Wherethe samplesolution ofvinegar M does notqualifyandthe samplesolution ofvinegar Vqualify.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstack vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

Bab 1.Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

Bab 2.Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Asam Asetat 4

2.2. Pengertian Asam Asetat 5

2.2.1. Sifat Kimia 5

2.2.2. Sifat Fisika 6

2.3. Pembuatan Asam Asetat 6

2.3.1. Penyimpanan Asam Asetat 8

2.4. Kegunaan Asam Asetat 8

2.4.1. Dampak dari Asam Asetat 9

2.4.2. Persyaratan penggunaan Asam Asetat 10

2.5.Titrimetri 10

2.6.Teori Asam Basa 11

2.6.1. Indikator Asam Basa 14

2.6. 2. Tabel Trayek pH 17

2.7.Alat Ukur pH Meter 18

Bab 3.Metode Percobaan 3.1.Alat-alat 19

3.2.Bahan-bahan 19

3.3. Pereaksi 19

3.4.Sampel 19


(10)

3.5.1. Pembuatan Pereaksi 20 3.5.1.1. Pembuatan Natrium Hidroksida 0,1 N 20 3.5.1.2. Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N 20 3.5.1.3. Pembuatan Fenolftalein 0,1 % 21 3.5.2. Penentuan Kadar Asam Asetat 21 Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil Data Pengamatan 22

4.2. Perhitungan 23

4.3. Reaksi 24

4.4. Pembahasan 24

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 26

Daftar Pustaka 27


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

2.4.2. Persyaratan Asam Asetat Standar Nasional Indonesia 10

2.6. Asam Basa lemah dan Kuat 13

2.6.1. TrayekpH 17

4.1. Penetapan Kadar Asam Asetat 22

4.2. Penetapan Kadar AsamAsetat 22


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

2.1. Struktur Asam Asetat 4

2.3. Reaksi Asam Asetat dengan Bakteri Asetobacter 7

2.6. Reaksi Asam Basa 12


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1. Kurva Titrasi Asam Basa 28

2.

Gambar Pereaksi Indikator Fenolftalein 0,1%, NaOH

0,1 N, Sampel Asam Cuka M, dan Asam Cuka V 28 3.

Gambar Penetapan Kadar Asam Asetat dengan


(14)

PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT DALAM LARUTAN CUKA MAKANAN DENGAN METODETITRIMETRI DI BALAI BESAR

PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN

ABSTRAK

Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung etanol,yang dapat diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah-buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Dilakukan dengan metode titrimetri tentang Penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan. Diperoleh kadar asam asetat dalam larutan cuka M adalah 25,91 % dan kadar asam asetat dalam larutan cuka V adalah 6,54 %.MenurutStandar Nasional Indonesia kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan minimal 4 – 12,5 %.Sampel larutan cuka Mtidak memenuhi syarat dan sampel larutan cuka Vmemenuhi syarat.


(15)

DETERMINATION OFACETIC ACIDLEVELSIN

VINEGARFOODSOLUTIONSWITHMETHODTITRIMETRY IN THECENTERSUPERVISOR OFDRUGANDFOOD MEDAN

ABSTRACT

Acetic acid is a one of industrial product that large consumed in Indonesia. Acetic acid can make from a substrate, which consist of ethanol. It could make from many kind of material such asfruits, pine aplle leather, coffe pulp, and coconut water.Donewithmethod titrimetry of determination of acetic acid levels in vinegar food solutions. The results obtained acetic acid levelsin the solution ofvinegar

Mis25.91% and theconcentrationof aceticacidin thevinegarsolutionvinegar

Vis6.54%.IndonesianNational Standardaceticacidinthe vinegarsolution

ofminimalfoodfrom 4 to 12.5%.Wherethe samplesolution ofvinegar M does notqualifyandthe samplesolution ofvinegar Vqualify.


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Saat ini di Indonesia harus mengimpor asam asetat dalam jumlah yang besar, pada tahun 1993 jumlah impornya sebesar 31.613.115,200 M ton dengan nilai $ 14.945.208,41 (Anonim, 1994).

Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung etanol, yang dapat diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah-buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Tersedianya air kelapa dalam jumlah besar di Indonesia, yaitu dari 900 juta liter pertahun merupakan potensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Saat ini pemanfaatan air kelap belum optimal, selain sebagai bahan baku nata de coco, air kelapa dapat dibuat cuka secara tradisional oleh masyarakat. Pemanfaatan sebagai substrat produksi asam asetat perlu dilakukan dan perlu dicari sistem yang effisien sehingga dapat menangani dalam jumlah limbah yang besar. Pembuatan asam asetat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sintesis atau khemis dan secar mikrobiologis atau fermentasi, namun demikian cara fermentasi lebih disukai, karena lebih murah, lebih praktis dan resiko kegagalan relatif lebih kecil. Pada fermentasi asam asetat dari substrat cair umumnya hanya dilakukan dua tahap fermentasi yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat. Fermentasi alkohol dilakukan jika bahan yang digunakan kaya akan gula namun tidak mengandung alkohol. Pada bahan yang sedikit gula


(17)

maka penambahan alkohol secara langsung dianggap lebih efektif daripada menambahkan gula untuk diubah menjadi alkohol. Teknik kolom bio-oksidasi dalam upaya meningkatkan efisiensi produksi asam asetat dengan bahan baku air kelapa, dan mengetahui pengaruh kecepatan aerasi dan tinggi partikel dalam kolom berikut interaksinya terhadap pembentukan asan asetat (A.O.A.C, 1970).

Larutan asam asetat banyak digunakan dan disimpan di dalam rumah tangga antara lain asam cuka, asam ini memang dibutuhkan tetapi berbahaya bila tidak digunakan dengan semestinya. Zat asam yang tertelan dalam jumlah banyak akan merusak mulut. Biasanya disekitar mulut penderita akan merasa terbakar, perut terasa mual, muntah, sulit menelan dan berbicara, nafas terasa terhambat dan bahkan pingsan. Bila zat asam mengenai mata atau kulit penderita akan terasa terbakar, dan jika terkena lidah,gigi akan terjadi kerusakan pada lida dan gigi. Batas-batas penggunaan asam asetat atau asam cuka dalam pemakaiannya harus seencer mungkin.Misalnya bila digunakan pada pembuatan acar dapat ditambahkan cuka dengan batasan kadarnya 4% - 12,5% (SNI No. 01-3711-1995).


(18)

1.2.Perumusan Permasalahan

Permasalahanyang akan di bahas dalampenetapan kadar asam asetatdalam larutan cuka makananadalah apakah kadar pemakaian asam asetat berpengaruhdengan pereaksi indikator fenolftalein dan NaOH dalam menentukan Standar Nasional Indonesia.

1.3.Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan terhadap pereaksi indikator fenolftalein dan NaOHdalam menentukan Standar Nasional Indonesia.

1.4.Manfaat

Adapun manfaat dari penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan adalah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis untuk menginformasikan kepada para pembaca tentang persyaratan Standar Nasional Indonesia larutan asam cuka serta diharapkan bahwa nantinya penggunaan larutan asam cuka pada makanan digunakan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Asam Asetat

Nama asam asetat berasal dari kata Latin asetum, “vinegar”. Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang merupakan asam karboksilat yang paling penting di perdagangan, industri, dan laboraturium dan dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus kimia CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Struktur Asam Asetat : H O

H C C

H O H

Bentuk murni dari asam asetat ialah asam asetat glacial. Asam asetat glasial mempunyai ciri-ciri tidak berwarna, mudah terbakar (titik beku 17°C dan titik didih 118°C) dengan bau menyengat, dapat bercampur dengan air dan banyak pelarut organik. Dalam bentuk cair atau uap, asam asetat glacial sangat korosif terhadap kulit dan jaringan lain suatu molekul asam asetat mengandung gugus – OH dan dengan sendirinya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air. Karena adanya ikatan hidrogen ini, maka asam asetat yang mengandung atom karbon satu sampai empat dan dapat bercampur dengan air (Hewitt, 2003).


(20)

Asam asetat merupakan asam lemah yang terionisasi sebagian dalam air, walaupun demikian, keasaman asam asetat tetap lebih tinggi dibanding dengan keasaman air (Kohar, 2004).

2.2. Pengertian Asam Asetat

Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu

senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan asmosferik, titik didihnya 118,1 oC. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang industri dan pangan. Di Indonesia, kebutuhan asam asetat masih harus di import, sehingga perlu di usahakan kemandirian dalam penyediaan bahan (Hardoyono, 2007).

Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Saat ini di Indonesia harus mengimpor asam asetat dalam jumlah yang besar, pada tahun 1993 jumlah impornya sebesar 31.613.115,200 M ton dengan nilai $ 14.945.208,41 (Anonim, 1994).

2.2.1. Sifat Kimia

Beberapa anggota awal dari deret asam karboksilat yakni asam asetat berwujud cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Asam asetat yang menyusun sekitar 4-5% cuka, memberi ciri bau dan cita rasanya. Asam karboksilat tergolong polar dan dapat membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya atau dengan molekul 5 lain. Jadi asam karboksilat seperti asam asetat memiliki titik didih tinggi untuk bobot molekulnya.Asam karboksilat seperti asam asetat mengurai di dalam air, menghasilkan anion karboksilat dan ion hidronium. Atom hidrogen (H)


(21)

pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Asam asetat adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia dan laboratorium ( Hart, 2003).

Asam asetat mudah menguap di udara terbuka, mudah terbakar, dan dapat menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat jika di reaksikan dengan karbonat akan menghasilkan karbon dioksida. Penetapan kadar asam asetat biasanya menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 60,05 mg CH3COOH (Depkes RI,1995).

2.2.2. Sifat Fisika

Sifat fisika dari asam asetat adalah bentuk cairan jernih, tidak berwarna, berbau menyengat, pH asam, memiliki rasa asam yang sangat tajam,mempunyai titik beku 16,6 oC, titik didih 118,1 oC dan larut dalam air, alkohol, dan eter. Asam asetat di buat dengan fermentasi alkohol oleh bakteri Acetobacter. Pembuatan dengan cara ini bisa digunakan dalam pembuatan cuka. Asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH dan bobot molekul 60,05 (Depkes RI,


(22)

2.3. Pembuatan Asam Asetat

Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung etanol, yang dapat diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah-buahan,kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Tersedianya air kelapa dalam jumlah besar di Indonesia, yaitu dari 900 juta liter per tahun merupakan potensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Saat ini pemanfaatan air kelap belum optimal, selain sebagai bahan baku nata de coco, air kelapa dapat dibuat cuka secara tradisional oleh masyarakat. Pembuatan asam asetat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sintesis atau khemis dan secar mikrobiologis atau fermentasi, namun demikian cara fermentasi lebih disukai, karena lebih murah, lebih praktis dan resiko kegagalan relatif lebih kecil. Pada fermentasi asam asetat dari substrat cair umumnya hanya dilakukan dua tahap fermentasi yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat. Fermentasi alkohol dilakukan jika bahan yang digunakan kaya akan gula namun tidak mengandung alkohol. Pada bahan yang miskin gula maka penambahan alkohol secar langsung dianggap lebih efektif daripada menambahkan gula untuk diubah menjadi alkohol. Penggunaan teknik kolom bio-oksidasi dalam upaya meningkatkan efisiensi produksi asam asetat dengan bahan baku air kelapa, dan mengetahui pengaruh kecepatan aerasi dan tinggi partikel dalam kolom berikut interaksinya terhadap pembentukan asan asetat. Kolom bio-oksidasi diisi dengan kerikil atau partikel yang dapat menyangga kehidupan mikrobia. Udara masuk dari dasar fermentor sehingga mikrobia dapat menggunakan substrat secara effisien. Untuk mendapatkan hasil (kadar asam asetat) yang kenaikannya relatif konstan, maka digunakan sistem kontinyu (kultur


(23)

sinambung). Bertujuan untuk mengetahui kondisi yang optimum produksi asam asetat dari air kelapa secara fermentasi kontinyu dengan menggunakan kolom biooksidasi. Asam Asetat dengan oksidasi alkohol dibuat dengan pengaruh bakteri asetobacter dan dibuat dengan bantuan udara pada suhu 35 oC.

Reaksinya :

C2H5OH + O2 Asetobacter (3 c) CH3COOH + H2O

Alkohol Asam asetat

Pada proses fermentasi alkohol ini, asam asetat didapat dari bahan yang kaya gula seperti anggur, apel, malt, gula, dan sebagainya (A.O.A.C, 1970).

Asam asetat termasuk asam organik yang dapat dibuat dengan banyak cara, empat diantaranya yaitu: oksidasi alkohol primer atau aldehid, oksidasi rantai samping alkil pada cincin aromatik, dengan karbon dioksida, dan hidrolisis alkil sianida (nitril) ( Hart, 2003).

Asam asetat glasial komersial dibuat dengan mereaksikan methanol dan karbon monoksida atau oksida etilen. Bahan asal dari reaksi ini di sintesa dari gas alam, minyak bumi, atau batu bara (Fessenden, 1997).

2.3.1. Penyimpanan Asam Asetat

Asam asetat mudah menguap sehingga penyimpanannya harus dengan wadah yang tertutup rapat, diletakkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari lansung dan pada suhu ruangan atau tidak lebih dari 40oC (Depkes RI, 1995).


(24)

2.4. Kegunaan Asam Asetat

Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman dalam industri makanan. Asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air di rumah tangga. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil (Setiawan, 2007).

Asam asetat digunakan untuk rumah tangga, industri dan kesehatan yaitu sebagai berikut :

a. Bahan penyedap rasa pada makanan

b. Bahan pengawet untuk beberapa jenis makanan dan merupakan pengawet makanan secara tradisional. Daya pengawet disebabkan karena kandungan asam asetatnya sebanyak 0,1 % asam asetat dapat menghambat pertumbuhan bakteri spora penyebab keracunan makanan.

c. Pembuatan obat-obatan (Aspirin).

d. Bahan dasar pembuatan anhidrida asam asetat yang sangat penting diperlukan untuk asetilasi terutama di dalam pembuatan selulosa asetat. e. Bahan dasar untuk pembuatan banyak persenyawaan lain seperti asetil

klorida.

f. Di bidang industri karet (menggumpalkan karet).

g. 0,3 % asam asetat dapat mencegah pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin (Tjokroadikoesoemo, 1986).


(25)

2.4.1. Dampak dari Asam Asetat

Asam asetat pekat bersifat korosif, sehingga harus digunakan dengan penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa (Setiawan, 2007).

Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya, namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan, karena dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah. Asam asetat dalam cuka secukupnya dilarutan sehingga tidak korosif, walaupun demikian, jika terus menerus makan makanan yang mengandung cuka akan dapat merusak email gigi (Hewitt, 2003).

2.4.2. Persyaratan penggunaan Asam Asetat

Table 2.4.2. Persyaratan penggunaan asam asetat Standar Nasional Indonesia

No.

Kriteria Uji Satuan

Persyaratan

Cuka Dapur Cuka Meja

1. 2. 3. 4. 5. Keadaan 1.1Bentuk 1.2Bau

Kadar asam asetat Asam-asam anorganik Asam format dan asam

- %b/b - mg/kg mg/kg mg/kg Cairan jernih,tidak berwarna. Khas asam asetat. Min 12,5 Negatif Cairan jernih,tidak berwarna. Khas asam asetat. Min 4-12,5 Negatif


(26)

2.5.Titrimetri

Titrimetri atau volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi, cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda.

Dalam proses bagian demi bagian pentiter ditambahkan ke dalam larutan zat yang akan ditentukan dengan bantuan alat yang disebut buret sampai tercapai titik kesetaraan. Titik kesetaraan adalah titik pada saat pereaksi dan zat yang ditentukan bereaksi sempurna secara stoikiometri. Titrasi harus dihentikan pada dekat titik kesetaraan . Jumlah volume pentiter yang terpakai untuk mencapai titik kesetaraan ini disebut volume kesetaraan. Dengan mengetahui volume kesetaraan, kadar pentiter dan faktor stoikiometri, maka jumlah zat yang ditentukan dapat dihitung dengan mudah ( Harrizul. R, 1995).

oksalat

Cemaran logam 4.1 Pb

4.2 Besi (Fe)

Cemaran arsen (As)

Maks.2 Maks.0,5 Maks.0,8

Maks.1 Maks.0,3 Maks.0,4


(27)

2.6. Teori Asam Basa

Titrasi asam-basa studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman apabila dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disebut titrasi (titration). Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut sebagai larutan standar (standar solution), ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui,sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna (Raymond. C, 2004).

Menurut Arrhenius :

Asam ialah zat yang melarutkan ke dalam air untuk memberikan ion-ion H+, dan basa ialah zat yang melarutkan ke dalam air untuk memberikan ion-ion H-. Contoh :

Asam Basa

Hidrogen klorida (HCL) Natrium Hidroksida (NaOH) Hidrogen nitrat (HNO3) Kalium hidroksida (KOH)

Hidrogen sulfat (H2SO4) Kalsium Hidroksida Ca(OH)2

Asam asetat (HC2H3O2) Amonia (NH3)

Menurut Bronsted Lowry :

Asam sebagai suatu donor proton dan basa sebagai penerima proton.Bila suatau asam menyumbangkan sebuah proton, asam ini akan menjadi basa konjugatnya sendiri, yang dapat menerima proton. Bila suatu basa menerima proton, basa ini akan menjadi asam konjugatnya sendiri, yang dapat


(28)

menyumbangkan sebuah proton. Pasangan spesi disebut pasangan asam-basa konjugat.

Menurut Lewis :

Asam adalah penerima pasangan elektron dan basa adalah donor pasangan elektron (Charles, 1996).

Contoh Reaksi : Menurut Arrhenius :

Asam : HA + aq H+ (aq) + A- (aq) Basa : BOH + aq B+ (aq) + OH- (aq) (Syukri.S, 1999).

Menurut BronstedLowry :

Reaksidasarasammenghasilkanasamdan basalain. Reaksi berikutdengan demikianreaksiasam-basamenurutBronsted:

HC2H2O2 + H2O C2H3O2- + H3O+ asam basa basa asam

Menurut Lewis :


(29)

Tabel 2.6. Asam Lemah dan Asam Kuat

No. Asam Lemah Asam Kuat 1. 2. 3. 4. 5. Asam Formiat Asam Karbonat Asam Oksalat Asam Etanoat Asam Sitrat Asam Klorida Asam Sulfat Asam Nitrat Asam Fossfat Asam Perklorat

Tabel 2.6. Basa Lemah dan Basa Kuat

No. Basa Lemah Basa Kuat

1. 2. Amonia Metilamin Natrium Hidroksida Magnesium Hidroksida

Asam lemah dan basa lemah yang ada dalam produk makanan dan minuman, sabun, detergen, larutan pembersih dan obat-obatan mungkin aman untuk tubuh manusia. Oleh karena itu, mungkin kamu bisa mengetahui secara langsung sifat asam dan basa yang terkandung di dalamnya. Tetapi tidak demikian dengan asam kuat dan basa kuat karena jika terkena kontak langsung dengan tubuh dapat membahayakan. Ada cara lain yang lebih aman dan akurat untuk


(30)

mengetahui sifat asam dan basa yaitu dengan menggunakan indikator asam basa (Hewitt, 2003).

2.6.1. Indikator Asam Basa

Indikator asam-basa adalah senyawa organik yang berubah warnanya dalam larutan sesuai dengan pH larutan. Contohnya adalah lakmus yang berwarna merah dalam larutan bersifat asam dan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Indikator asam-basa biasanya merupakan asam atau basa lemah, atau secara umum dapat dikatakan protolit lemah. Kesetimbangan asam-basa indikator yang berupa asam lemah dalam air dirumuskan sebagai berikut :

Hin + H2O ↔ H3O+ + In- warna asam warna basa

Disini In menunjukkan basa pasangan dari HIn (indikator asam lemah). Seperti terlihat dari persamaan diatas, asam dan basa pasangannya mempunyai warna yang berbeda. Itulah sebabnya warna larutan berubah dengan berubahnya pH larutan. Dalam larutan yang bersifat asam, bentuk yang banyak jumlahnya adalah bentuk yang terikat proton HIn, sedangkan dalam larutan yang bersifat basa bentuk yang bentuk yang tidak berproton In- ( Harrizul. R, 1995).

Indikator asam basa adalah alat yang digunakan untuk mengetahui sifat asam dan basa dari suatu larutan. Ada beberapa jenis indikator yang dapat digunakan untuk membedakan sifat asam basa, antara lain kertas lakmus, pH meter, indikator alami, larutan indikator universal.


(31)

a. Kertas Lakmus

Ada dua jenis kertas lakmus, yaitu kertas lakmus merah dan lakmus biru. Dalam larutan yang bersifat asam, warna kertas lakmus biru akan menjadi merah, sedangkan kertas lakmus merah tetap. Dalam larutan basa, warna kertas lakmus merah akan menjadi biru sedangkan kertas lakmus biru tetap. Jika tidak terjadi perubahan pada warna kedua kertas lakmus tersebut berarti larutan tersebut bersifat netral. Kelemahan dari kertas lakmus adalah kurang praktis dan tidak dapat menunjukkan nilai pH larutan secara teliti.

b. Indikator universal atau pH Stick

Indikator universal hampir sama dengan kertas lakmus. Kelebihan indikator universal adalah mampu mengukur pH suatu larutan. Penggunaannya dengan mencelupkan indikator universal kedalam larutan yang akan diukur. Setelah itu cocokkan warna dengan tabel warna yang telah disediakan. Dengan demikian kamu dapat mengetahui pH dari larutan yang sudah kamu ukur.

c. Indikator Alami

Indikator alami dapat diperoleh dari beberapa jenis tumbuhan. Namun sebelum digunakan tumbuhan tersebut harus diambil ekstraknya dengan cara dihaluskan dan ditambahkan sedikit air. Ekstrak dari tumbuhan seperti kunyit, mahkota bunga sepatu, kol merah akan berubah warna dalam lingkungan asam atau basa. Perubahan warnanya tergantung pada warna masing-masing ekstrak tumbuhan tersebut.


(32)

d. Larutan Indikator Universal

Indikator universal adalah gabungan dari beberapa indikator. Larutan Indikator universal yang biasa digunakan dalam laboratorium terdiri dari metil jingga(trayek : 2,9-4,0), metil merah (trayek :4,2-6,3), bromtimol biru (trayek : 6,0-7,6), dan fenolftalein (trayek : 8,3-10,0). Indikator-indikator itu memberi warna yang berbeda tergantung pada pH larutan. Salah satu indicator yang memiliki tingkat kepercayaan yang baik adalah indikator universal. Indikator universal adalah indicator yang terdiri atas berbagai macam indikator yang memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1-14. Indikator universal ada yang berupa larutan dan ada juga yang berupa kertas.

Paket indikator universal tersebut selalu dilengkapidengan warna standar untuk pH 1-14.

Cara menggunakan indikator universal adalah sebagai berikut :

1. Celupkan kertas indicator universal pada larutan yang akan diselidiki nilai pH-nya atau meneteskan indicator universal pada larutan yang diselidiki.

2. Amati perubahan warna yang terjadi


(33)

2.6.2. Tabel Trayek pH

Tabel 2.6.2. Trayek pH pada berbagai larutan indikator asam basa

Nama Indikator Perubahan Warna Trayek pH

Dari Ke

Timol Biru 2,6 Dinitrofenol Metil Kuning Bromofenol Biru Metil jingga Bromkresol Hijau Metil Merah Lakmus

Metil Merah Ungu

p-Nitrofenol

Bromtimol Biru

Fenol Merah

Fenolftalein

Timolftalein

Ajizarin Kuning R

Trinitrobenzena Merah Tak berwarna Merah Kuning Merah Kuning Merah Merah Ungu Tak berwarna Kuning Kuning Tak berwarna Tak berwarna Kuning Tak berwarna Kuning Kuning Kuning Biru Kuning Biru Kuning Biru Hijau Kuning Biru Biru Merah Biru Violet Orange

1,2 – 2,8

2,0 – 4,0

2,9 – 4,0

3,0 – 4,6

3,1 – 4,4

3,8 – 5,4

4,2 – 6,2

5,0 – 8,0

4,8 – 5,4

5,6 – 7,6

6,0 – 7,6

6,8 – 8,4

8,0 – 9,6

9,3 – 10,6

10,1 – 12,0


(34)

2.7. Alat ukur pH Meter

pH Meter adalah jenis alat ukur unruk mengukur derajat keasaman atau kebasaan suatu cairan, pada pH Meter ada elektroda khusus yang berfungsi untuk mengukur pH bahan-bahan semi padat, elktroda (probe pengukur) terhubung sebuah alat elektronik yang mengukur dan menampilkan nilai pH. Probe adalah bagian yang sangat penting dari pH Meter,itu adalahbatangseperti strukturbiasanya terdiri darikaca. Di bagian bawahprobeadabola lampu, bola lampuadalah bagiansensitifdariprobeyang berisisensor. Jangan pernah menyentuhboladengan tangandan bersihkan denganbantuan sebuahkertas tisupenyerapdengan tangansangat lembut, berhati-hati untuk tidak menggosokjaringanterhadapbola kacauntuk menghindarimenciptakanstatis. Untuk mengukurpHlarutan, probedicelupkanke dalam larutan. Probedipasang dilengandikenal sebagaiprobelengan.Untuk mengetahui sifat asam basa suatu larutan atau zat kita dapat menggunakan indikator asam basa. Tetapi indikator asam basa kurang efektif dalam mengukur nilai pH dari suatu larutan. Sebelum melakukan pengukuran pH meter harus dikalibrasi untuk mendapatkan hasil pengukuran yang tepat, kalibrasi ini dalukukan setiap pengukuran. Untuk penggunaan normal kalibrasi harus dilakukan pada awal setiap hari . Alasan untuk ini adalah bahwa elektroda kaca tidak memberikan gagal direproduksi selama periode waktu yang lebih lama . Kalibrasi harus dilakukan dengan setidaknya dua larutan buffer standar yang mencakup rentang nilai pH yang akan diukur . Untuk tujuan umum buffer pada pH 4,01 dan pH 10,00 dapat diterima . Sehingga


(35)

penggunaannya sangat praktis dan nilai pH dari larutan yang diukur pun langsung terbaca pada layar (James.T ; Robert M ).


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat

Nama Alat Ukuran Merk

 Erlenmeyer 250 ml Pyrex

 Gelas ukur 100 ml Pyrex

 Labu ukur 250 ml Pyrex

 Buret 10 ml Pyrex

 Pipet volume 25 ml Pyrex

 Pipet tetes - -

 Statif dan klem - -

3.2. Bahan-bahan

 Asam cuka M  Asam cuka V

3.3.Pereaksi

 Indikator Fenolftalein 0,1 %  NaOH 0,1 N


(37)

Sampel yang digunakan pada pengujian ini adalah sampel yang diperoleh dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan tahun anggaran 2015.

Berikut data lengkap mengenai sampel : Nama Sampel I : Asam cuka M Wadah Kemasan : Plastik

Pabrik : PT. Inkenas Agung Jakarta Komposisi : Air dan asam asetat glasial

Nama Sampel II : Asam cuka V Wadah Kemasan : Botol Kaca

Pabrik : PT. Kunci Kencan Jakarta Komposisi : Beras dan Air

3.5. Prosedur Penelitian 3.5.1. Pembuatan Pereaksi

3.5.1.1. Pembuatan Natrium Hidroksida 0,1N

 Ditimbang Kristal NaOH 0,1 N sebanyak 3,999 gram .  Dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml.


(38)

3.5.1.2. Pembuatan Larutan Baku NaOH 0,1 N

 Ditimbang 0,4 gram K-Biftalat (P) yang telah dikeringkan 120oC selama 2jam.

 Dilarutkan ke dalam labu ukur 75 ml aquades bebas CO₂.

 Dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator fenolftalein sampai terjadi perubahan warna merah jambu.

3.5.1.3. Pembuatan Fenolftalein 0,1%

 Ditimbang 0,1 gram fenolftalein.

 Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.  Ditambahkan etanol, diaduk hingga larut.  Diencerkan dengan etanol sampai garis tanda.

3.5.2. Penentuan Kadar Asam Asetat

 Ditimbang 5 gram sampel.

 Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan tambahkan air aquades sampai garis tanda.

 Dipipetkan 25 ml larutan ke dalam Erlenmeyer 250 ml.  Ditambahkan 5 ml (1 ml ± 20 tetes) indikator fenolftalein.  Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah jambu.


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Data Pengamatan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan pada penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan. Diperoleh hasil analisa pada tabel 4.1 dan 4.2 berikut ini :

Tabel 4.1. Penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan (M)

Sampel I (M) Berat Wadah (g) BW + ISI (g) Volume Titrasi asam cuka MI.1

asam cuka M I.2 asam cuka M I.3

86,2423 87,0515 86,0230 91,1518 92,7847 91,3839

25 ml 19,8 ml 23,9 ml

Tabel 4.2. Penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan (V)

Keterangan :

BW : Berat wadah sampel

Bw + ISI : Berat wadah + Isi ( sampel )

Sampel II (V) Berat wadah (g) BW + ISI (g) Volume Titrasi asam cuka V II.1

asam cukaV II.2 asam cuka V II.3

58,9551 58,3048 59,0015 63,6264 63,2767 64,0252 4,8 ml 5,5 ml 5,6 ml


(40)

Berdasarkan hasil rata-rata yang di peroleh dari penetapan kadar asam asetat dalam asam cuka M adalah 25,91% dan kadar asam asetat dalam asam cuka V adalah 6,54%. Dapat di lihat di tabel berikut ini :

Tabel 4.3. Hasil rata-rata penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan

No. Sample

Kadar Asam Asetat

Hasil Perhitungan Rata – rata

1.

2.

asam cuka M I.1 asam cuka M I.2 asam cuka M I.3 asam cuka V II.1 asam cuka V II.2 asam cuka V II.3

28,18% 24,37% 25,19% 6,21% 6,68% 6,73% 25,91% 6,54%.

Sampel Asam cuka M tidak memenuhi syarat.Sampel Asam cuka V memenuhi syarat. Persyaratan kadar asam asetat Standar Nasional Indonesia dalam larutan cuka makanan dengan metode titrimetri adalah 4-12%.

4.2. Perhitungan

 Untuk asam cuka M I.1

Kadar asam cuka =

=


(41)

Untuk perhitungan asam cuka M I.2, I.3, dan asam cuka V II.1, II.2, II.3 dihitung seperti cara diatas.

4.3. Reaksi

Fenolftalein + NaOH

OH OH ONa O

C + 2 NaOH C + 2H2O

O

C C ONa

O O

Bening Merah Lembayung

4.4. Pembahasan

Titrasi titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi, cara ini mengguntungkan karena pelaksanaanya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi (Harrizul, R. 1995).

Disamping itu, pada pengujian dilakukan dengan metode titrimetri karena acuan dari Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya Balai Besar POM di Medan adalah SNI 01-3711-1995, yang menyebutkanbahwapenentuan kadar asam

o o

O

o


(42)

asetat dilakukan dengan metodetitrimetri.Penetuan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanan menggunakan pereaksi indikator fenolftalein 0,1% dan NaOH 0,1 N. Hasil kadar asam cukaM I.1adalah 28,18%, hasil kadar asam cuka M I.2adalah 24,37%, hasil kadar asam cuka M I.3 adalah 25,19%. Dan hasil kadar asam cuka V II.1 adalah 6,21%, hasil kadar asam cuka V II.2 adalah 6,68%, dan hasil kadar asam cuka V II.3 adalah 6,73%.

Hasil rata-rata yang di peroleh dari penetapan kadar asam asetat dalam asam cuka M adalah 25,91% dan kadar asam asetat dalam asam cuka V adalah 6,54%. Asam cukaM tidak memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia dan Asam cukaV memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia. Seharusnya penggunaan larutan asam cuka pada makanan digunakan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia Minimal dengan kadar asam asetat 4-12,5% (BPOM, SNI 01-3711-1995).


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pemakaianpereaksi indikator fenolftalein dan NaOHyang diperlukan pada penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanandan untuk mutu lebih bagus digunakan indikator fenolftalein 0,1% dan NaOH 0,1 N karena sudah tercapai untuk menghasilkan mutu untuk penetapan kadar asam asetat dalam menentukan Standar Nasional Indonesia.

5.2.Saran

Dari pihak BPOM sendiri hendaknya terus melakukan pengujian kadar Standar Nasional Indonesia terhadap produk asam cuka yang beredar di pasaran untuk menjaga keselamatan masyrakat dari produk-produk makanan yang dapat merusak kesehatan.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.

A.O.A.C. 1970. Official Methodes of Analysis of the Analytical Chemistry. Washington. D.C.

Charles, W. 1996. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Penerbit Erlangga. Jakarta. David, E. 1959. Theory and Problems of Beginning Chemistry. Third Edition.

Mcgraw Hill. New York.

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. BinarupaAksara. Jakarta.

Hardoyo, A.E.T. 2007. Kondisi Optimum Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Acetobacter aceti. Jakarta.

Harrizul, R. 1995. Asas Pemeriksa Kimia. Penerbit UI-press. Jakarta.

Hart, H dan Craine, L. 2003. Kimia Organik. Edisi II. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hewitt, P.G. 2003. Conseptual Integrated Science Chemistry. San Fransisco:

Pearson Education, Inc.

James, T. And Robert, M.H. 2000. The Science an Integrated Approach Chemistry. New York : John Willey and Sons. Inc.

Kohar, H.J. dan Agustanti. 2004. Daun Kangkung (Ipomoea Reptans) Yang Direbus Dengan Penambahan Nacl Dan Asam Asetat. Makara sains. Jakarta.

Raymond, C. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Setiawan, L. dan Irvani, A. 2007. Pembuatan Asam Asetat dengan Cara Murni. Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Penerbit ITB. Padang.

Tillery, E. and Ross. 2007. Integrated Science. Mcgraw Hill Company. New York.


(45)

(46)

(47)

Gambar 1. Pereaksi indikator fenolftalein 0,1%, NaOH N, sampel asam cuka M, dan sampel asam cuka V.


(48)

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Pemakaianpereaksi indikator fenolftalein dan NaOHyang diperlukan pada penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka makanandan untuk mutu lebih bagus digunakan indikator fenolftalein 0,1% dan NaOH 0,1 N karena sudah tercapai untuk menghasilkan mutu untuk penetapan kadar asam asetat dalam menentukan Standar Nasional Indonesia.

5.2.Saran

Dari pihak BPOM sendiri hendaknya terus melakukan pengujian kadar Standar Nasional Indonesia terhadap produk asam cuka yang beredar di pasaran untuk menjaga keselamatan masyrakat dari produk-produk makanan yang dapat merusak kesehatan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.

A.O.A.C. 1970. Official Methodes of Analysis of the Analytical Chemistry. Washington. D.C.

Charles, W. 1996. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Penerbit Erlangga. Jakarta. David, E. 1959. Theory and Problems of Beginning Chemistry. Third Edition.

Mcgraw Hill. New York.

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. BinarupaAksara. Jakarta.

Hardoyo, A.E.T. 2007. Kondisi Optimum Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Acetobacter aceti. Jakarta.

Harrizul, R. 1995. Asas Pemeriksa Kimia. Penerbit UI-press. Jakarta.

Hart, H dan Craine, L. 2003. Kimia Organik. Edisi II. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hewitt, P.G. 2003. Conseptual Integrated Science Chemistry. San Fransisco:

Pearson Education, Inc.

James, T. And Robert, M.H. 2000. The Science an Integrated Approach Chemistry. New York : John Willey and Sons. Inc.

Kohar, H.J. dan Agustanti. 2004. Daun Kangkung (Ipomoea Reptans) Yang Direbus Dengan Penambahan Nacl Dan Asam Asetat. Makara sains. Jakarta.

Raymond, C. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Setiawan, L. dan Irvani, A. 2007. Pembuatan Asam Asetat dengan Cara Murni. Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Penerbit ITB. Padang.

Tillery, E. and Ross. 2007. Integrated Science. Mcgraw Hill Company. New York.

Tjokroadikoesoemo, 1986. Penggunaan Asam Asetat. Penerbit Gramedia. Jakarta.


(3)

(4)

Kurva Titrasi Asam Basa.


(5)

Gambar 1. Pereaksi indikator fenolftalein 0,1%, NaOH N, sampel asam cuka M, dan sampel asam cuka V.


(6)

Gambar 2. Penetapan kadar asam asetat dengan metode titrimetri.