Penentuan Kadar Protein Pada Tauco Dengan Metode Kjeldahl Di Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Medan
DAFTAR PUSTAKA
Antonim., 2011.Tips Kesehatan Bahaya Fast Food.
http : //www.Indigoo.com/index.php/topic. Diakses tanggal 3 November 2011
Poedjiadi,A., 1994.Dasar – Dasar Biokimia.Jakarta:UI Press
Saidi,M.,2006.Sepiring Kembang Tahu Segelas Susu Kedelai.Surabaya:SIC
Standar Nasional Indonesia 01-4322-1996
(2)
BAB 3
METODE PERCOBAAN
3.1. Alat – alat
Nama alat ukuran merk
Neraca analitik
Labu kjeldahl 100 ml pyrex
Erlenmeyer 250 ml pyrex
Buret 10 ml pyrex
Beaker glass 250 ml pyrex
Spatula
Pipet volume 25 ml ; 5 ml pyrex
Pipet tetes
Labu ukur 100 ml pyrex
Gelas ukur 10 ml; 25 ml pyrex
Alat penyulingan
Pemanas listrik
Statif dan klem
3.2. Bahan - bahan
1. Campuran selen (2,5 gr serbuk SeO2 , 10 gr K2SO4 dan 20 gr
CuSO4.5H2O).
2. Indikator campuran (campuran bromcresol green 0,1% dan metil red 0,1%
(3)
3. Larutan asam borat, H3BO3 2%.
4. Asam sulfat pekat (H2SO4).
5. Larutan asam klorida (HCl) 0,01 N.
6. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 30%.
7. Indikator Phenolftalein.
3.3. Prosedur analisis
- Ditimbang seksama 0,51 gr cuplikan, masukkan kedalam labu kjedhal 100
ml.
- Ditambahkan 2 gr campuran Selen dan 25 ml H2SO4 pekat.
- Dipanaskan diatas pemanas listrik sampai mendidih dan larutan menjadi
jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam).
- Dibiarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan kedalam labu ukur
100 ml, tepatkan sampai tanda garis.
- Dipipet 5ml larutan dan masukkan kedalam alat pendingin, ditambahkan 5
ml NaOH 30% dan beberapa tetes indikator phenolftalein.
- Disuling selama ± 10 menit, sebagai penampung gunakan 10 ml larutan
H3BO3 2% yang telah ditambahkan indikator campuran.
- Dibilas ujung pendingin dengan air suling.
(4)
- Dibuat larutan blanko dengan perlakuan sama seperti larutan uji tanpa
penambahan sampel.
Kadar protein = (V – V ) , . .
Keterangan :
V1 = Volume HCl 0,01 N yang di pergunakan titrasi contoh.
V2 = Volume HCl 0,01 N yang di pergunakan penitran blanko.
N = Normalitas HCl.
f.k = Faktor konversi untuk protein dari makanan secara umum 6,25 ;susu dan
hasil olahannya 6,38 ; mentega kacang 5,46.
f.p = Faktor pengenceran.
(5)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data analisis
Data yang diperoleh dari catatan pengujian kadar protein dalam tauco dapat dilihat
pada lampiran 1 dan 2. Hasil dari penentuan kadar protein dalam tauco dengan
metode kjedhal, yakni 15,36 % dan 15,19 %.
Nama Zat Pengamatan Faktor
pengenceran
Volume HCl (ml) Wadah + Zat Wadah + Sisa
Zat Uji 0,6979 -0,1845
0,6833-0,1832 0,5134 0,5001 20 20 3,4 ml 3,3 ml
Blanko - - 20 0,7 ml
4.2. Perhitungan.
Kadar Protein (1) = (V – V ) , . .
= , − , , , ,
,
= 15,36 %.
Kadar Protein (2) = (V – V ) , . .
= , − , , , ,
,
= 15,19 %.
(6)
4.3. Pembahasan
Komposisi rata - rata unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah sebagai
berikut : karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%,
dan fosfor 0-3%. Berat protein yang ditentukan ialah 6,25 kali berat unsur
nitrogen. Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka kadar protein yang diperoleh
adalah 15,41 %. Kadar protein pada tauco yang dianalisis sudah memenuhi SNI
yaitu minimal 10%. Penentuan kadar protein pada tauco yang dianalisis telah
memenuhi SNI.
Dengan berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan penentuan
kadar protein dalam suatu bahan makanan, misalnya dengan cara Kjeldahl, yaitu
dengan cara destruksi dengan asam pekat. Reaksi yang terjadi dalam tahap
destruksi adalah :
HgO + H2SO4 HgSO4 + H2O 2HgSO4 Hg2SO4 + SO2 + 2 On
Hg2SO4 + 2H2SO4 2Hg2SO4 + 2H2O + SO2
(C,H,O,N) + On + H2SO4 CO + H2O + (NH2)2SO4
Kemudian cara destilasi dengan NaOH 30 % dan indikator campuran (campuran
bromcresol green 0,1 % dan metil red 0,1 % dalam alkohol 95%). Reaksi yang
terjadi dalam tahap destilasi adalah :
(NH4)2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2NH4OH 2NH4OH 2NH3 + 2H2O
(7)
Dan cara titrasi dengan larutan HCl 0,01 N sampai berwarna merah muda. Reaksi
yang terjadi dalam tahap titrasi adalah :
(NH4)2SO4 + H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + (NH4)2SO4 + 2H2O.
Dengan penambahan enzim (enzim amilase, enzim protease, dan enzim
lipase). Maka dengan adanya enzim tersebut akan terjadi pemecahan
komponen-komponen dari bahan tersebut. Selain itu, dapat juga dilakukan fermentasi substrat
padat menggunakan mikroba sejenis kapang dari jenis Aspergillus yaitu
Aspergillus oryzae atau dari jenis Rhizopus Oryzae dan Rhizopus oligosporus.
Selama proses fermentasi, enzim-enzim hasil dari fermentasi kapang akan
memecah komponen-komponen gizi dari kedelai menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana.
Protein kedelai akan diubah menjadi asam amino, sedangkan karbohidrat akan
diubah menjadi senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut kemudian akan
bereaksi dengan senyawa lainnya yang merupakan hasil dari proses fermentasi
asam laktat dan alkohol. Reaksi antara asam-asam organik dan etanol (alkohol)
lainnya akan menghasilkan ester-ester yang merupakan senyawa pembentuk cita
rasa dan aroma. Adanya reaksi antara asam amino dengan gula akan
menyebabkan terjadinya pencoklatan yang akan mempengaruhi mutu produk
(8)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kadar protein yang terdapat pada tauco Cap Hati Angsa dengan metode Kjeldahl
adalah 15,36 % dan 15,19 %, dari hasil yang diperoleh kadar protein pada tauco
sudah memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI) 01-4322-1996 yaitu minimal
10 %.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam analisis kadar protein pada tauco dilakukan dengan metode lain
(9)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang kedelai
2.1.1. Sejarah kacang kedelai
Salah satu hasil pertanian yang bermanfaat untuk dijadikan berbagai
macam jenis panganan adalah kedelai. Kedelai mengandung gizi yang cukup
tinggi. Kedelai dapat diolah dan dijadikan salah satu makanan yang lezat untuk
dikonsumsi (Saidi, 2006).
Tanaman kedelai merupakan tanaman asli dari Mashukuo, Cina. Tanaman
ini kemudian menyebar ke Mansyuria, Jepang, dan merambah sampai ke penjuru
dunia. Tanaman kedelai bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi sangat
cocok dan tumbuh baik hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kedelai dapat
tumbuh di lahan yang biasa-biasa saja atau tidak terlalu subur sekalipun. Yang
lebih menguntungkan, tanah yang pernah ditananami kedelai akan semakin baik
kualitasnya, karena pada akar tanaman kedelai terdapat bintil-bintil yang dapat
mengikat unsur nitrogen dari udara. Sebagian daerah yang banyak ditanami
kedelai adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawesi
Utara), Sulawesi Tenggara, Lampung, Sumatera Selatan, dan Pulau Bali (Saidi,
2006).
2.1.2. Morfologi Kacang kedelai
Kedelai termasuk tanaman berbatang semak yang tingginya bisa mencapai
antara 30-100 cm. Batang pada setiap tanaman kedelai memiliki bentuk yang
(10)
polong-polong yang tersusun dalam rangkaian buah. Rata-rata tiap polong berisi
1-4 biji kedelai. Tingkat kesuburan tanah dapat mempengaruhi hasil kedelai yang
mencapai 100-200 polong perpohon (Saidi, 2006).
Biji kedelai umumnya berbentuk bulat, bulat pipih, atau bulat lonjong.
Ukuran biji berkisar antara 6-30 gram/100 biji kedelai. Di Indonesia sendiri,
ukuran biji kedelai dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu kategori biji kecil yang
beratnya 6-10 gram/100 biji, kategori sedang dengan berat 11-12 gram/100 biji.
Sedangkan untuk yang termasuk kategori besar jika memiliki berat mencapai 13
gram atau lebih untuk setiap 100 gram biji kedelai (Saidi, 2006).
Dilihat dari warnanya kedelai memiliki warna yang beragam, ada yang
kuning transparan dan ada yang coklat kehitam-hitaman. Jenis kedelai yang
kuning transparan seringkali disebut kedelai putih. Sedangkan kedelai yang
berwarna coklat kehitam-hitaman seringkali disebut kedelai hitam.
Kandungan gizi yang terdapat pada kedelai umumnya sebagai berikut.
1. Jenis kedelai putih memiliki kandungan 13,75% air, 41% protein, 15,80%
lemak, karbohidrat 14,85%, dan mineral 5,25%.
2. Jenis kedelai hitam memiliki kandungan 14,05% air, protein 40,40%,
karbohidrat 14,10%, dan mineral 5,25%.
Sebenarnya kandungan air, protein, karbohidrat dan mineral setiap jenis kedelai
tidak sama. Pada penjelasan lebih lanjut akan dijelaskan kandungan setiap jenis
kedelai. Kedelai tidak memerlukan tanah yang subur tetapi justru tanaman kedelai
dapat mengubah keadaan tanah menjadi subur. Meskipun demikian, kedelai masih
(11)
Berikut penjelasan ciri-ciri jenis kedelai :
Tabel 2.1. Jenis-jenis kedelai
Jenis kedelai Warna biji Ciri polong Berat Kandungan gizi
Ontan Hitam Warna coklat tua 7-8 gr/100 Protein 36,7%
Polong tua tidak butir Lemak 14,6 %
mudah pecah
Nomor 27 Hitam Warna coklat tua 7-8 gr/100 Protein 40 %
Polong tua tidak butir Lemak 11,7 %
mudah pecah
Nomor 29 Kuning Warna coklat tua 8 gr/100 Protein 43 %
Hijau Polong tua tidak butir Lemak 9,3 %
mudah pecah
Ringgit Kuning Warna coklat tua 8 gr/100 Protein 39 %
Nomor 317 Polong tua tidak butir Lemak 10,4 %
mudah pecah
Sumbing Kuning Warna coklat tua 8 gr/100 Protein 38,8 %
Nomor 452 Polong tua tidak butir Lemak 12,3 %
mudah pecah
Merapi Hitam Warna coklat tua 8 gr/100 Protein 41 %
Nomor 520 Polong tua tidak butir Lemak 7,5 %
mudah pecah
Sakti Kuning Warna coklat tua 14 gr/100 Protein 41,6 %
Nomor 29 Polong tua tidak butir Lemak 16,1 %
(12)
Davros Kuning Warna kuning tua 12 gr/100
Polong tua tidak butir
mudah pecah
Economic Kuning Warna coklat tua 12 gr/100 Protein 34,2 %
Garden keputihan butir Lemak 16,7 %
Polong tua tidak
mudah pecah
Taichung Kuning Warna kuning ke- 10gr/100 Protein 34,2 %
Nomor 1290 hitam-hitaman butir Lemak 16 %
Polong tua tidak
mudah pecah
TKG Nomor Kuning Polong tua tidak 17,8gr/100 Protein 34,2 %
1291 Gading mudah pecah butir Lemak 16,1 %
Clark Nomor Kuning Warna coklat 17,8gr/100 Protein 34,7 %
1293 Polong tua tidak butir Lemak 16,1 %
mudah pecah
Orba Nomor Kuning Warna coklat 14-15gr / Protein 42 %
1343 Polong tua tidak 100 butir Lemak 16,1 %
mudah pecah
Galunggung Polong tua tidak 12,5gr/100 Protein 45 %
mudah pecah butir Lemak 17,1 %
Lakon Polong tua tidak 10,75gr /
(13)
2.2. Tauco
Tauco merupakan produk hasil fermentasi yang dibuat melalui dua
tahapan fermentasi, yaitu fermentasi kedelai oleh kapang (fermentasi tahap
pertama) dan fermentasi di dalam larutan garam (fermentasi tahap kedua) yang
dibantu oleh kapang, larutan garam merupakan penyeleksi kapang yang dapat
mempengaruhi kualitas dari tauco. Meskipun kandungan protein tauco cukup
tinggi, tetapi tauco tidak dapat digunakan sebagai sumber protein dalam makanan
karena biasanya hanya dimakan dalam jumlah yang kecil. Dimana syarat protein
dalam tauco adalah minimal 10% (SNI 01-4322-1996).
Bahan utama yang digunakan untuk pembuatan tauco adalah kacang
kedelai hitam atau kacang kedelai kuning. Tetapi yang lebih sering digunakan
adalah kacang kedelai hitam. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses
pembuatan tauco adalah tepung beras atau tepung ketan. Tahapan-tahapan yang
diperlukan dalam pembuatan tauco meliputi perendaman, pencucian, pengukusan,
penirisan, penambahan ragi, fermentasi kapang, fermentasi dalam larutan garam,
penyempurnaan (Antonim, 2011). Dibawah ini dapat kita lihat gambar dari tauco
yang telah siap dimasak, sebagai berikut :
(14)
Adapun syarat mutu pada tauco : menurut SNI 01-4322-1996 adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.2. Syarat mutu pada tauco berdasarkan SNI 01-4322-1996
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan (Bau, Rasa, Warna) - Normal
2. Protein (N X 6,25) % (b/b) Min. 10 %
3. Garam (NaCl) % (b/b) Min 15 %
4. Abu tak larut dalam asam % (b/b) Maks. 0,5
5. Cemaran logam :
Tembaga (Cu) mg/kg Maks 30
Timbal (Pb) mg/kg Maks 1
Seng (Zn) mg/kg Maks 40
Timah (Sn) mg/kg maks 40
Arsen (As) mg/kg Maks 0,5
6. Cemaran Mikroba :
Total bakteri Koloni/g Maks 1 x 104
Bakteri koliform APM/g 10
Bakteri E.Coli Negatif
Kapang Negatif
Sumber : SNI 01 – 4322 -1996
(15)
Kandungan protein kedelai cukup tinggi sehingga kedelai termasuk ke
dalam lima bahan makanan yang mengandung protein tinggi. Kacang kedelai
mengandung air 90%, protein 40 %, lemak 18 %, serat 3.5 %, gula 7 % dan
sekitar 18% zat lainnya. Selain itu, kandungan vitamin E kedelai sebelum
pengolahan cukup tinggi. Vitamin E merupakan vitamin larut lemak atau minyak.
Kebutuhan protein kedelai sebesar 55 g per hari dapat dipenuhi dengan makanan
yang berasal dari 157.14 g kedelai.
Kedelai mengandung delapan asam amino penting yang rata-rata tinggi,
kecuali metionin dan fenilalanin. Protein kedelai memiliki kandungan asam amino
sulfur yang rendah. Metionin, sistein dan threonin merupakan asam amino sulfur
dalam protein kedelai dengan jumlah terbatas (Winarsi, 2010).Adapun kandungan
gizi dari 100 gram biji kedelai dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.3. Kandungan gizi 100 g biji kedelai
Kandungan Gizi Jumlah Karbohidrat kompleks (g) 21.00 Karbohidrat sederhana (g) 9.00
Stakiosa (g) 5.30
Rafinosa (g) 1.60
Protein (g) 36.00
Lemak total (g) 19.00
Lemak jenuh (g) 2.88
Monounsaturated 4.40
Polyunsaturated 11.20
Kalsium (mg) 276.000
Fosfor (mg) 704.00
Kalium (mg) 1797.00
Magnesium (mg) 280.00
Seng (mg) 4.80
Zat besi (mg) 16.00
Serat tidak larut (g) 10.00
Serat larut (g) 7.00
(16)
2.3. Protein
Protein merupakan suatu zat yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini
di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis
protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992).
Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah sebagai
berikut : karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%,
dan fosfor 0-3%. Dengan berpedoman pada kadar protein dalam suatu bahan
makanan, misalnya dengan cara Kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi dengan
asam pekat. Berat protein ditentukan ialah 6,25 kali berat unsur nitogen
(Poedjiadi, 1994).
2.3.1. Mutu Protein
Mutu protein dinilai dari perbandingan asam - asam amino yang
terkandung dalam protein tersebut. Pada prinsipnya suatu protein yang dapat
menyediakan asam amino esensial dalam suatu perbandingan yang menyamai
kebutuhan manusia, mempunyai mutu yang tinggi. Sebaliknya protein yang
kekurangan satu atau lebih asam - asam amino esensial mempunyai mutu yang
rendah. Jumlah asam amino yang tidak esensial tidak dapat digunakan sebagai
pedoman karena asam - asam amino tersebut dapat disintesis di dalam tubuh
(17)
Asam - asam amino yang biasanya sangat kurang dalam bahan makanan disebut
asam amino pembatas. Dalam serelia asam amino pembatasnya adalah lisin,
sedang pada leguminosa (kacang - kacangan) biasanya asam amino metionin.
Kedua protein tersebut tergolong bermutu rendah, sedang protein yang berasal
dari hewani seperti daging, telur, dan susu dapat menyediakan asam - asam amino
esensial dan karenanya disebut protein dengan mutu tinggi. Kalau protein dengan
mutu rendah terlalu banyak dikonsumsi dan menunya tidak beraneka - ragam,
akan berakibat kurangnya asam amino pembatas dan orang akan menderita gejala
- gejala yang tidak dikehendaki (Winarno, 1992).
2.3.2. Struktur dan sifat protein
Secara teoritik dari 21 jenis asam amino yang ada di alam dapat dibentuk
protein dengan jenis yang tidak terbatas. Namun diperkirakan hanya sekitar 2.000
jenis protein yang terdapat di alam. Struktur protein ternyata dapat dibagi menjadi
beberapa bentuk yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener (Winarno,
1992).
Adapun struktur dasar dari protein adalah sebagai berikut :
(18)
Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan
jenis asam aminonya. Berat molekul protein sangat besar sehingga bila protein
dilarutkan dalam air akan membentuk suatu dispersi koloidal. Molekul protein
tidak dapat melalui membran semipermiabel, tetapi masih dapat menimbulkan
tegangan pada membran tersebut. Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang
tidak larut dalam air, tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti
misalnya etil eter. Apabila protein dipanaskan atau ditambah alkohol, maka
protein akan menggumpal. Hal ini disebabkan alkohol menarik mantel air yang
melingkupi molekul-molekul protein; selain itu penggumpalan juga dapat terjadi
karena aktivitas enzim-enzim proteolitik. Dan adanya gugus amino dan karboksil
bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai
banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam
maupun dengan basa) (Winarno, 1992).
Di bawah ini juga dapat kita lihat bagaimana reaksi pembentukan peptida
melalui reaksi dehidrasi, yaitu :
Gambar 2.4. Reaksi pembentukan peptida melalui reaksi dehidrasi (Voet
(19)
Hidrolisis pada protein akan melepaskan asam-asam amino penyusunnya.
Hidrolisis protein dapat dilaksanakan misalnya dengan menggunakan larutan HCl
atau H2SO4 6-8 N selama 12-48 jam. Hidrolisis protein dengan asam ini akan
menghasilkan asam-asam amino yang memiliki sifat optis aktif yang tetap (bentuk
L) seperti terdapatnya di alam. Kelemahannya adalah triptophan mengalami
kerusakan dan apabila terdapat karbohidrat dalam bahan akan membentuk
senyawa humin yang berwarna kehitaman.
2.3.3. Penentuan Protein dengan Metode Kjeldahl
Metode kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam
bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini
adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan
angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu. Untuk
beras, kedelai, dan gandum angka konversi berturut-turut sebagai berikut : 5,59,
5,71, dan 5,83. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang
biasanya mengandung 16% nitrogen.
Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut : mula-mula bahan
didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida
atau butiran Zn. Ammonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan
indikator. Cara kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara
makro dan semimikro. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar
dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedang semimikro Kjeldahl dirancang
untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen.
(20)
ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar.
Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-vitamin,
asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur sebagai
nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan dan dianggap
cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan.
Analisis protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu tahap destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi
menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi
(NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator
berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Dengan penambahan katalisator
tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih
cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan
Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain
menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke
valensi rendah atau sebaliknya.
2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama
destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya
(21)
standar yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik
maka diusahakan ujung tabung-tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam
asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator
misalnya BCG + MR atau PP. Destilasi diakhiri bila sudah semua ammonia
terdestilasi sempurna dengan ditandai destilat tidak bereaksi basis.
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam klorida maka sisa asam
klorida yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N).
Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda
dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator PP. Selisih jumlah
titrasi blanko dan sampel merupakan jumlah ekuivalen nitrogen.
%N = � −
× × N.NaOH × 14,008 × 100%
Apabila penampung destilat digunakan asam borat maka banyaknya asam
borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan
asam klorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Jumlah titrasi sampel dan
blanko merupakan jumlah ekuivalen nitrogen.
%N = �� −
(22)
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan
mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini
tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan.
Besarnya faktor perkalian untuk beberapa bahan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.4. Faktor perkalian untuk beberapa bahan makanan
Komoditi Faktor konversi untuk Faktor koreksi dari harga
protein dalam tabel protein menjadi “Protein komposisi bahan kasar”
Beras (semua jenis) 5,95 1,05
Gandum biji 5,83 1,07
Tepung 5,70 1,10
Produk 5,70 1,10
Kacang tanah 5,46 1,14
Kacang kedelai 5,71 1,09
Kelapa 5,30 1,18
Susu (semua jenis)/keju 6.38 0,98
Makanan lain (umum) 6,25 1,0
(23)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND), yaitu sesuai Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 merupakan lembaga pemerintah pusat yang
dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari Presiden serta
bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan
signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetik dan
alat-alat kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri tersebut kini
mampu memproduksi dengan skala yang sangat besar
mencakup berbagai produk dengan “range” yang sangat luas. Dengan dukungan kemajuan transformasi dan entry barrier yang semakin tipis dalam perdagangan
internasional, maka produk-produk tersebut dalam waktu yang amat singkat dapat
menyebar ke berbagai negara dan dengan sistem jaringan distribusi yang sangat
luas akan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat di dunia. Balai Besar
POM, Penyebaran Informasi dan Layanan Informasi Konsumen, Medan, Balai
POM, 2006, hal. 1.
Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk terus cenderung meningkat seiring
dengan perubahan gaya hidup manusia termasuk pada pola konsumsinya,
sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk
(24)
lain pihak produsen menggunakan iklan dan promosi secara gencar mendorong
konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan sering kali tidak rasional.
Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup
konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan aplikasi yang
luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub
standart atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka resiko yang terjadi
akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara amat cepat. Untuk itu di
Indonesia harus memiliki sistem pengawasan obat dan makanan (SISPOM) yang
efektif dan efesien, mampu menjaga keamanan, keselamatan dan kesehatan
konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri. Maka telah di bentuk Badan
POM yang memiliki jaringan nasional maupun internasional serta kewenangan
penegakan hukum dan kredibilitas profesionalan yang tinggi.
Tauco adalah bumbu makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang telah
direbus , dihaluskan, dan diaduk degan tepung terigu kemudian dibiarkan sampai
tumbuh jamur (fermentasi). Fermentasi tauco dengan direndam dengan air garam,
kemudian dijemur pada terik matahari samapai keluar aroma yang khas tauco atau
rendaman berubah menjadi warna coklat kemerahan.
Tauco merupakan salah satu jeis makanan hasil fermentasi kedelai di
Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Tauco berbentuk pasta (semi padat) dengan
warna mulai dari kuning sampai kecoklatan, di buat dari kedelai kuning dan
umumnya digunakan sebagai bumbu atau penyedap masakan. Komposisi tauco
secara umum adalah sebagai berikut : protein 10,4%, lemak 4,9%, karbohidrat
24,1%, kadar air 56-65%, kadar garam 17,8%, kadar abu 7,4%, total gula 9,2%,
(25)
asam amino bebas, dengan asam glutamat sebagai asam amino terbanyak.
Asam-asam amino tersebut adalah arginin, prolin, leusin, Asam-asam glutamat, Asam-asam aspartat,
lisin, sistein, histidin, metionin, glisin, isoleusin, fenilalanin, serin, treonin,
triptofan, tirosin dan valin. Sedangkan jenis asam organik yang terdapat dalam
tauco adalah asam laktat (terbanyak), asam suksinat, asam asetat dan asam fosfat,
dari uraian diatas Penulis tertarik untuk menentukan kadar protein pada tauco
yang beredar di Medan dan diuji di BBPOM Medan.
1.2.Permasalahan
Berapakah kadar protein pada tauco jenis Cap Hati Angsa yang ditentukan dengan
metode Kjeldahl dan apakah sudah sudah memenuhi Standart Nasional Indonesia
(SNI) ?
1.3.Batasan Masalah
- Jenis sampel tauco yang digunakan adalah tauco jenis Cap Hati Angsa
- Metode yang digunakan dalam penentuan protein yaitu metode Kjeldahl
- Lokasi penentuan protein di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
1.4.Tujuan
Untuk menentukan kadar protein yang terdapat pada tauco dengan metode
Kjeldahl dan untuk mengetahui kadar tauco telah memenuhi Standart Nasional
(26)
1.5.Manfaat
Memberikan informasi kepada masayarakat bahwa kadar protein pada tauco jenis
Cap Hati Angsa dapat ditentukan dengan metode Kjedahl dan telah memenuhi
(27)
PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA TAUCO DENGAN METODE KJELDAHL DIBALAI BESAR PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN MEDAN
ABSTRAK
Telah dilakukan penentuan kadar protein dari tauco Cap Hati Angsa di Balai BPOM Medan. Penentuan kadar protein pada tauco dilakukan dengan metode kjeldahl yang meliputi tiga tahap yaitu Tahap Destruksi, Destilasi dan Titrasi. Kadar protein pada tauco diperoleh berkisar antara 15,19% sampai 15,36%. Dari hasil pengamatan tersebut, maka kadar protein dalam tauco sudah memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI). Standart mutu untuk kadar protein dalam tauco adalah minimal 10%.
(28)
DETERMINATION OF PROTEIN CONTENT IN THE KJELDAHL METHOD TAUCO IN THE CENTER OF
DRUG AND FOOD FIELD
ABSTRACT
Has been conducted to determine the protein content of tauco Cap Heart Geese in BPOM Hall Medan. Determination of protein content in tauco done kjeldahl method which includes three phases, namely Phase destruction, Distillation and titration. The protein content in tauco obtained ranged from 15.19% to 15.36%. From these observations, the levels of protein in tauco already meet the Indonesian National Standard (SNI). Quality standard for protein content in tauco is at least 10%.
(29)
TUGAS AKHIR
SANTA HERA BR SURBAKTI
132401120
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(30)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
SANTA HERA BR SURBAKTI 132401120
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(31)
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA TAUCO
DENGAN METODE KJELDAHL DI BALAI BESAR
PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : SANTA HERA SURBAKTI
NIM : 132401120
Program Studi : DIPLOMA (D-III) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(F.MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.
Disetujui di, Medan, Juli 2016
Diketahui Oleh
Ketua Program Studi D III Kimia Dosen Pembimbing
Dra. Emma Zaidar, M.Si Dr. Juliati Br Tarigan, S.Si, M.Si NIP. 195512181987012001 NIP. 1917205031999032001
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001
(32)
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA TAUCO DENGAN METODE KJELDAHL DIBALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN MEDAN
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2016
SANTA HERA SURBAKTI 132401120
(33)
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan limpah
karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan
judul Penentuan Kadar Protein dari Tauco dengan Metode Kjeldahl di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan.
Terimakasih Penulis sampaikan kepada Dr. Juliati Br Tarigan, S.Si, M.Si
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu selama penyusunan tugas akhir
ini. Terimakasih kepada Dr. Rumondang Bulan, MS dan Ibu Dra. Herlince
Sihotang, MS selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Kimia
FMIPA-USU Medan, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh Staff
dan Dosen Kimia FMIPA USU, pegawai FMIPA USU dan rekan – rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Bapak, Ibu dan keluarga yang selama ini
memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa akan membalasnya.
Penulis
(34)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini sesuai dengan yang diharapkan dan tepat pada
waktu yang ditentukan.
Karya ilmiah ini berjudul "PENENTUAN KADAR PROTEIN DARI
TAUCO DENGAN METODE KJELDAHL DIBALAI BESAR PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN MEDAN". Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarnya pada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, terutama kepada :
1. Kedua orang tua saya, Ayah dan Ibu yang sangat saya sayangi dan cintai yang
telah banyak memberikan motivasi, dukungan serta do'a nya sehingga saya dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Ibu Juliati Br Tarigan selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan saran - saran yang sangat berguna bagi penulis sehingga sampai
selesainya karya ilmiah ini.
3. Ibu Dra. Emma Zaidar M.Si selaku Ketua Jurusan D-III Kimia FMIPA USU
Medan.
4. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan.
5. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU
Medan.
6. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Jurusan D-III Kimia yang telah membantu
(35)
7. Seluruh Staf dan pegawai BBPOM Medan yang telah banyak membantu dan
membimbing penulis ketika mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL).
8. Sahabat Terbaik Penulis Nova Lestari Harahap, Sarah Hutabarat dan sahabat
lainnya D-III Kimia FMIPA USU Medan Khususnya angkatan 2013 dan
adik-adik 2014 dan 2015 yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna baik
dalam bahasa, format, serta informasi - informasi lain didalam nya sehingga untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini penulis menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.
Medan, Juli 2016
Penulis,
Santa hera Br Surbakti Nim. 132401120
(36)
PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA TAUCO DENGAN METODE KJELDAHL DIBALAI BESAR PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN MEDAN
ABSTRAK
Telah dilakukan penentuan kadar protein dari tauco Cap Hati Angsa di Balai BPOM Medan. Penentuan kadar protein pada tauco dilakukan dengan metode kjeldahl yang meliputi tiga tahap yaitu Tahap Destruksi, Destilasi dan Titrasi. Kadar protein pada tauco diperoleh berkisar antara 15,19% sampai 15,36%. Dari hasil pengamatan tersebut, maka kadar protein dalam tauco sudah memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI). Standart mutu untuk kadar protein dalam tauco adalah minimal 10%.
(37)
DETERMINATION OF PROTEIN CONTENT IN THE KJELDAHL METHOD TAUCO IN THE CENTER OF
DRUG AND FOOD FIELD
ABSTRACT
Has been conducted to determine the protein content of tauco Cap Heart Geese in BPOM Hall Medan. Determination of protein content in tauco done kjeldahl method which includes three phases, namely Phase destruction, Distillation and titration. The protein content in tauco obtained ranged from 15.19% to 15.36%. From these observations, the levels of protein in tauco already meet the Indonesian National Standard (SNI). Quality standard for protein content in tauco is at least 10%.
(38)
DAFTAR ISI
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Kata Pengantar iv
Abstrak vi
Abstract vii
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Permasalahan 3
1.3.Batassan Masalah 3
1.4.Tujuan 4
1.5.Manfaat 4
BAB 2. TIN JAUAN PUSTAKA 5
2.1. Kacang Kedelai 5
2.1.1. Sejarah Kacang kedelai 5
2.1.2. Morfologi Kacang Kedelai 6
2.2. Tauco 11
2.2.1. Komposisi Kacang Kedelai 13
2.3. Protein 15
2.3.1. Mutu Protein 13
2.3.2. Struktur dan Sifat Protein 16
2.3.2. Penentuan Protein dengan Metode Kjeldahl 14
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN 22
3.1. Alat dan Bahan 22
3.1.1. Alat 22
3.1.2. Bahan 23
3.2. Prosedur Analisis 23
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25
4.1. Data Analisis 25
4.2. Perhitungan 25
4.3. Pembahasan 26
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 28
5.1. Kesimpulan 28
5.2. Saran 28
(39)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(40)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran
1. Surat Perintah Pengujian
2. Catatan Pengujian
3. Lampiran Catatan Pengujian :
Titrimetri Manual / Potensiometri / Karl Fisher
(41)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
2.1. Jenis – jenis kedelai
2.2. Kandungan gizi 100 g biji kedelai
2.3. Syarat mutu pada tauco menurut SNI 01-4322-1996 4.1. Data Analisis Kadar Protein Tauco
(1)
vi
PENENTUAN KADAR PROTEIN PADA TAUCO DENGAN METODE KJELDAHL DIBALAI BESAR PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN MEDAN
ABSTRAK
Telah dilakukan penentuan kadar protein dari tauco Cap Hati Angsa di Balai BPOM Medan. Penentuan kadar protein pada tauco dilakukan dengan metode kjeldahl yang meliputi tiga tahap yaitu Tahap Destruksi, Destilasi dan Titrasi. Kadar protein pada tauco diperoleh berkisar antara 15,19% sampai 15,36%. Dari hasil pengamatan tersebut, maka kadar protein dalam tauco sudah memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI). Standart mutu untuk kadar protein dalam tauco adalah minimal 10%.
Kata kunci : Kadar Protein, Tauco, Metode Kjeldahl, Balai BPOM
(2)
vii
DETERMINATION OF PROTEIN CONTENT IN THE KJELDAHL METHOD TAUCO IN THE CENTER OF
DRUG AND FOOD FIELD
ABSTRACT
Has been conducted to determine the protein content of tauco Cap Heart Geese in BPOM Hall Medan. Determination of protein content in tauco done kjeldahl method which includes three phases, namely Phase destruction, Distillation and titration. The protein content in tauco obtained ranged from 15.19% to 15.36%. From these observations, the levels of protein in tauco already meet the Indonesian National Standard (SNI). Quality standard for protein content in tauco is at least 10%.
(3)
viii
DAFTAR ISI
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Kata Pengantar iv
Abstrak vi
Abstract vii
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Permasalahan 3
1.3.Batassan Masalah 3
1.4.Tujuan 4
1.5.Manfaat 4
BAB 2. TIN JAUAN PUSTAKA 5
2.1. Kacang Kedelai 5
2.1.1. Sejarah Kacang kedelai 5 2.1.2. Morfologi Kacang Kedelai 6
2.2. Tauco 11
2.2.1. Komposisi Kacang Kedelai 13
2.3. Protein 15
2.3.1. Mutu Protein 13
2.3.2. Struktur dan Sifat Protein 16 2.3.2. Penentuan Protein dengan Metode Kjeldahl 14
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN 22
3.1. Alat dan Bahan 22
3.1.1. Alat 22
3.1.2. Bahan 23
3.2. Prosedur Analisis 23
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25
4.1. Data Analisis 25
4.2. Perhitungan 25
4.3. Pembahasan 26
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 28
5.1. Kesimpulan 28
5.2. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
(4)
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(5)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran
1. Surat Perintah Pengujian 2. Catatan Pengujian
3. Lampiran Catatan Pengujian : Titrimetri Manual / Potensiometri / Karl Fisher
(6)
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
2.1. Jenis – jenis kedelai
2.2. Kandungan gizi 100 g biji kedelai
2.3. Syarat mutu pada tauco menurut SNI 01-4322-1996 4.1. Data Analisis Kadar Protein Tauco