Prosedur Penyitaan Yang Dilaksanakan Oleh Juru Sita Pajak Pada Saat Melaksanakan Penyitaan.

BAB III GAMBARAN DATA PENYITAAN

A. Prosedur Penyitaan Yang Dilaksanakan Oleh Juru Sita Pajak Pada Saat Melaksanakan Penyitaan.

Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 2000 pasal 1 Sub 14 menyatakan bahwa: “Penyitaan adalah tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi Utang Pajak menurut peraturan Perundang-undangan yang berlaku”. Penyitaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk memperoleh jaminan atas pelunasan utang pajak dan juga biaya penagihan dari Penanggung Pajak. Penyitaan ini dilakukan apabila setelah dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak tanggal Surat Paksa disampaikan oleh Juru Sita Pajak kepada Penanggung Pajak tetapi Penanggung Pajak tersebut belum juga melunasi utang pajaknya. Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh Juru Sita Pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Dalam memperkirakan barang yang akan disita, Juru Sita Pajak harus memperhatikan jumlah dan jenis barang berdasarkan harga wajar sehingga Juru Sita Pajak tidak dapat melakukan tindakan penyitaan secara berlebihan. Ketentuan ini diperlukan agar Penanggung Pajak tidak dirugikan apabila Juru Universitas Sumatera Utara Sita Pajak menyita barang miliknya dalam jumlah besar yang diperkirakan nilai jualnya jauh melebihi utang pajak yang dimiliki oleh Penanggung Pajak tersebut. Adapun tahapan prosedur penyitaan terhadap Penanggung Pajak adalah sebagai berikut: 1. Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak jika dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak surat paksa diterbitkan, tetapi Penanggung Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya. 2. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat. 3. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang- kurangnya 2 dua orang saksi yang telah dewasa, WNI dan sudah dikenal dan dapat dipercayai oleh Juru Sita Pajak. 4. Dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus: e. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak f. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan g. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan 5. Setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita dan ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Penanggung Pajak dan juga para saksi. 6. Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, Juru Sita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut di dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita dan ditandatangani oleh Juru Sita Pajak Universitas Sumatera Utara serta saksi-saksi, Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap dianggap sah dan mempunyai kekuatan yang mengikat. 7. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, asalkan jika salah seorang saksi berasal dari pemerintah daerah setempat, sekurang-kurangnya setingkat dengan Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa. 8. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Penanggung Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Juru Sita Pajak serta saksi- saksi, Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap dianggap sah dan mempunyai kekuatan yang mengikat. 9. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau di termpat umum. 10. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada: a. Penanggung Pajak b. Kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar c. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya terdaftar d. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar e. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal Universitas Sumatera Utara Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak dan barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau di tempat-tempat umum. Pada dasarnya terhadap barang yang disita harus ditempelkan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kecuali jika sesuai dengan sifatnya barang yang disita tidak dapat ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, misalnya uang tunai atau sebidang tanah. Barang yang telah disita dapat ditetapkan kepada Penanggung Pajak, kecuali apabila menurut pertimbangan Juru Sita Pajak barang sitaan tersebut perlu disimpan di kantor pejabat atau di tempat lain. Tempat lain yang dapat digunakan sebagai tempat penitipan barang yang telah disita adalah Kantor Pegadaian, Bank, Kantor Pos atau tempat lain yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Dalam melaksanakan penyitaan, adakalanya barang-barang Penanggung Pajak yang menjadi objek sita berada di luar wilayah kerja kantor pelayanan pajak, dimana Penanggung Pajak tersebut berdomisili, maka dalam hal ini pelaksanaan prosedur penyitaannya adalah sebagai berikut: 1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan meminta bantuan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana terdapat barang-barang Penanggung Pajak yang bersangkutan berada dengan melampirkan salinan Surat Paksa dari Penanggung Pajak tersebut. Universitas Sumatera Utara 2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerima permintaan melakukan tindakan seperti membuat Surat Perintah Melakukan Penyitaan dengan mencantumkan nomor Surat Paksa yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana Penanggung Pajak berdomisili. Prosedur penyitaan atas barang Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak, dimana Berita Acara Pelaksanaan Sita yang telah ditandatangani dikirim Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang meminta bantuan penyitaan.

B. Barang-Barang Penanggung Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya