Radiografi periapikal merupakan teknik radiografi intra oral yang dirancang untuk memperlihatkan gigi-geligi secara individual serta jaringan yang berada di
sekitar apeks gigi. Setiap film biasanya menunjukkan 2-4 gigi dan memberikan informasi rinci tentang gigi dan tulalng alveolar sekitarnya.
1,2
Teknik lateral oblique merupakan teknik ekstra oral yang cukup efisien dari segi biaya dan dosis radiasi. Penelitian Kositbowornchai et al. 2010, teknik lateral
oblique cukup nyaman bagi pasien karena film diletakkan di luar rongga mulut.
5
Berdasarkan hasil radiografi periapikal yang memperlihatkan gigi-geligi secara utuh, dan teknik lateral oblique yang cukup efisien serta indikasi utamanya
untuk gigi molar mandibula, maka peneliti tertarik untuk membandingkan hasil
radiografi molar tiga yang impaksi dengan teknik periapikal dan lateral oblique.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu:
1. Bagaimanakah hasil radiografi periapikal dan lateral oblique dalam
mendeteksi gigi impaksi molar tiga mandibula? 2.
Bagaimanakah perbandingan hasil radiografi gigi impaksi molar tiga mandibula dengan menggunakan radiografi periapikal dan lateral oblique
pada mahasiswa FKG USU?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan hasil radiografi periapikal dengan lateral oblique terhadap gigi impaksi molar tiga mandibula pada
mahasiswa FKG USU.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang radiografi yang dapat digunakan untuk melihat impaksi molar tiga mandibula.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
Membantu para dokter gigi dalam memilih radiografi alternatif untuk melihat keadaan molar tiga yang impaksi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi Impaksi
Menurut Indonesian Journal of Dentistry, gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi
yang letaknya tidak normal pada lengkung rahang.
6
Gigi impaksi merupakan sumber potensial yang terus menerus menimbulkan keluhan di masyarakat sejak gigi mulai
erupsi, keluhan utama yang paling sering dirasakan adalah rasa sakit dan pembengkakan yang terjadi di sekeliling gusi tersebut yang dapat mempengaruhi
estetis, gangguan pengunyahan, kesulitan bicara dan mengganggu aktivitas sehari- hari dan dapat juga menyebabkan masalah misalnya infeksi seperti perikoronitis dan
operkulitis.
7
Gigi impaksi juga sering menjadi tempat retensi makanan yang sulit dibersihkan. Retensi debris makanan dan plak akan menyebabkan karies pada gigi
tersebut atau pada gigi tetangganya dan menyebabkan bau mulut.
8
Insidensi gigi impaksi terjadi hampir pada seluruh ras di dunia, termasuk diantaranya ras Kaukasia. Frekuensi gigi impaksi secara berurutan paling tinggi pada
molar tiga mandibula, molar tiga maksila, kaninus maksila, premolar mandibula, kaninus mandibula, premolar maksila, insisivus sentralis maksila dan insisivus
lateralis maksila.
9
Gigi molar tiga mandibula mengalami kalsifikasi awal pada usia 8-10 tahun dan mahkotanya terbentuk lengkap pada usia 12-16 tahun. Gigi ini akan mengalami
erupsi pada usia 17-21 tahun. Gigi molar tiga sering disebut sebagai gigi geraham bungsu. Penyebutan ini mungkin disebabkan karena gigi ini merupakan gigi yang
tumbuh terakhir selama hidup manusia.
10
2.1.1 Etiologi
Etiologi terjadinya gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan ruang, kista, gigi supernumerari, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan
kadang juga dikaitkan dengan suatu teori evolusi.
6,8,9
Selain itu penyebab terjadinya dapat dikelompokkan atas penyebab lokal dan keadaan yang jarang ditemukan.
11
a. Penyebab lokal:
1 Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang
2 Densitas tulang di atas dan sekitarnya
3 Radang kronis dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan
bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya 4
Premature loss gigi desidui yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya
b. Keadaan yang jarang ditemukan:
1 Cleidoncranial disostosis
2 Oxycephali
3 Progeria
4 Achondoplasia
5 Cleft palate
2.1.2 Klasifikasi Impaksi
Ada beberapa macam klasifikasi yang dibuat mengenai gigi impaksi molar tiga mandibula dilihat dari hubungannnya secara radiografis terhadap molar dua,
kedalaman impaksi, dan berdasarkan panjang lengkung atau kedekatannya dengan ramus ascendens:
7,12
1. Hubungan Radiografis terhadap Molar Dua
Molar tiga maksila dan mandibula yang impaksi dikelompokkan berdasarkan hubungannya dengan molar dua. Klasifikasi yang didasarkan dengan Sinar-X ini
dilakukan dengan melihat inklinasi gigi yang mengalami impaksi yaitu mesioangular, distoangular, vertikal, dan horizontal.
a. Impaksi Mesioangular
Posisi impaksi mesioangular ini paling sering terjadi pada gigi mandibula. Gigi molar tiga mandibula membuat sudut dengan mahkota gigi molar dua dan inklinasi yang
mengarah ke anterior. b.
Impaksi Distoangular Posisi impaksi ini paling sering terjadi pada gigi maksila. Permukaan oklusal gigi
molar tiga mengarah ke distal molar dua. c.
Impaksi Vertikal Posisi gigi molar tiga mandibula adalah vertikal, namun impaksinya di bawah bagian
distal crown molar dua, dan crown bagian distal molar tiga biasanya berada di dalam ramus ascendence anterior mandibular.
d. Impaksi Horizontal
Pada gigi molar tiga yang impaksi horizontal, garis aksialnya mendatar dan hampir sejajar dengan permukaan oklusal.
2. Hubungan Kedalaman Impaksi Molar Tiga terhadap Garis Servikal Molar
Dua Baik gigi impaksi maksila maupun mandibula dapat dikelompokkan
berdasarkan kedalamannya, dalam hubungannya terhadap garis servikal molar dua di sebelahnya.
Pada level A, crown molar tiga yang impaksi berada pada atau di atas garis oklusal. Pada level B, crown molar tiga berada di bawah garis oklusal tetapi di atas
garis servikal molar dua. Pada level C, crown molar tiga yang impaksi terletak di bawah garis servikal.
3. Hubungan Panjang Lengkung atau Kedekatannya dengan Ramus Ascendens
Impaksi molar tiga mandibula juga diklasifikasikan berdasarkan hubungannya terhadap linea oblique externa atau tepi anterior ramus ascendens.
Pada klas I, terdapat celah di sebelah distal molar dua yang potensial untuk tempat erupsi molar tiga. Pada klas II, celah di sebelah distal molar dua lebih sempit
dari lebar mesio-distal crown molar tiga, sedangkan pada klas III, crown gigi impaksi seluruhnya terletak di dalam ramus.
7,12
2.2 Radiologi Kedokteran Gigi
Radiologi adalah ilmu untuk melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan radiasi atau pancaran gelombang berupa gelombang elektromagnetik
maupun gelombang mekanik.
11
Dalam bidang kedokteran ataupun kedokteran gigi dapat digunakan radiografi yang menjadi penunjang bagi dokter dan dokter gigi untuk menegakkan diagnosa,
rencana perawatan dan evaluasi terhadap suatu penyakit atau tindakan perawatan yang dilakukan. Radiologi yang digunakan dalam kedokteran gigi disebut radiografi
dental.
11,13
Walaupun dosis radiasi pada radiografi dental cukup rendah, namun paparan radiasi harus diminimalkan dalam prakteknya. Dokter gigi harus
mempertimbangkan manfaat dari suatu radiografi yang dihadapkan pada konsekuensi akan meningkatnya paparan radiasi pada pasien, sesuai dengan prinsip As Low As
Reasonably Achievable ALARA.
13
Ada dua teknik radiografi yang digunakan di kedokteran gigi berdasarkan penempatan film yaitu radiografi intra oral dan radiografi ekstra oral.
14
2.2.1 Radiografi Intra Oral
Teknik radiografi intra oral digunakan untuk memperlihatkan keseluruhan mahkota, akar gigi dan struktur pendukung di sekitarnya.
15
Pada teknik ini, film diletakkan di dalam rongga mulut pasien. Ada tiga jenis radiografi intra oral yaitu
bitewinginterproksimal, oklusal, dan periapikal.
16
A. Radiografi Periapikal
Radiografi periapikal digunakan untuk menunjukkan gigi-geligi secara individual dan utuh dari crown hingga apeks gigi serta tulang pendukungnya. Teknik
radiografi ini diindikasikan untuk melihat adanya infeksi di daerah apikal, status periodontal, dan lesi-lesi periapikal.
15
B. Bitewing technique Radiografi Interproksimal
Digunakan untuk melihat crown dan setengah panjang akar gigi posterior maksila dan mandibula dalam satu film tanpa menggunakan film holder namun pasien
diminta untuk menggigit sayap film agar stabil dalam rongga mulut. Teknik ini sangat baik mendeteksi karies proksimal dan crest alveolar.
C. Radiografi Oklusal
Berguna untuk mengevaluasi gigi dalam bidang oklusal dan dapat melihat keadaan gigi atau rahang yang patologis dari arah buko-lingual. Berdasarkan letaknya,
terdapat beberapa teknik yaitu:
a. Maxillary Occlusal Projection
Teknik ini digunakan untuk melihat gambaran radiografi pada gigi-geligi maksila. Ada tiga jenis teknik Maxillary Occlusal Projection, yaitu:
1. Upper Standard Occlusal
Film diletakkan pada bidang oklusal gigi dan bagian distal film menyentuh ramus mandibula lalu secara perlahan film digigit sebagai fiksasi.
2. Upper Oblique Occlusal
Gambaran yang dihasilkan dengan teknik ini sedikit berbeda dengan Upper Standard Occlusal yaitu hanya meliputi gigi-geligi insisif lateral hingga molar tiga
unilateral. 3.
Vertex Occlusal Gambaran radiografi yang akan terlihat adalah maksila dan jaringan di sekitarnya
sehingga posisi bukal palatal gigi impaksi dapat ditentukan.
b. Mandibular Occlusal Projection
Teknik ini digunakan untuk melihat gambaran radiografi pada mandibula. Terdapat tiga jenis teknik Mandibular Occlusal Projection, yaitu:
1. Lower 90° Occlusal
Gambaran radiografi oklusal mandibula dapat terlihat dengan teknik ini, tubehead diarahkan ke ramus mandibula sebesar 90°.
2. Lower 45° Occlusal
Teknik ini digunakan untuk melihat keadaan periapikal insisif mandibula dan melihat luas fraktur pada anterior mandibula secara vertikal dan tubehead diarahkan
ke ramus mandibula 45°. 3.
Lower Oblique Occlusal Radiografi lower oblique occlusal menunjukkan gambaran dari glandula
salivarius submandibular.
14
Indikasi klinis utama radiografi lower oblique occlusal, yaitu mendeteksi adanya radiopaque kalkulus dalam glandula salivarius
submandibular, pemeriksaan dari posisi bucco-lingual dari gigi rahang bawah yang tidak erupsi, serta evaluasi perbesaran dan perluasan bucco-lingual dari kista, tumor
dan lesi tulang lainnya pada bagian posterior dari sudut bodi mandibula.
14
2.2.2 Radiografi Ekstra Oral
Teknik radiografi ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar rongga mulut.
Beberapa teknik radiografi ekstra oral antara lain panoramik, antero-posterior, postero-anterior, sefalometri, proyeksi Water
’s, proyeksi Reverse-Towne, proyeksi submentovertex serta radiografi lateral.
11
1. Radiografi Panoramik
Radiografi yang memperlihatkan benih dan gigi-geligi maksila dan mandibula dalam satu film. Umumnya digunakan untuk merencanakan perawatan ortodonsi,
memperkirakan lesi-lesi pada alveolar dan sekitarnya, memperkirakan erupsi molar tiga dan lainnya.
2. Radiografi Antero-Posterior
Radiografi ini digunakan untuk melihat kelainan yang terdapat pada bagian anterior maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, ethmoidalis serta os nasale.
3. Radiografi Postero-Anterior
Radiografi ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Teknik ini juga menggambarkan struktur
wajah, antara lain sinus frontalis, ethmoidalis, fossa nasalis dan orbita.
4. Radiografi Sefalometri
Radiografi ini dapat melihat hubungan gigi, struktur kraniofasial dan alveolar dimana pada radiografi ini terlihat jaringan lunak berupa tulang rawan hidung dan
bibir dari pasien. 5.
Proyeksi Water’s Teknik ini merupakan variasi dari gambaran postero-anterior untuk melihat
keadaan sinus maksilaris. Film ditempatkan di depan pasien dengan posisi tegak lurus terhadap mid sagital plane.
6. Proyeksi Reverse-Towne
Pada teknik ini pasien menghadap film dengan ujung dahi dan ujung hidung sejajar atau forehead-nose position. Tubehead diarahkan ke atas dari bawah occipital
hingga membentuk sudut 30° terhadap horizontal dan sinar melewati kondilus. 7.
Proyeksi Submentovertex Teknik ini biasa digunakan untuk melihat keadaan tulang kondilus, sinus
sphenoid, lengkung mandibula, dinding sinus maksilaris dan kemungkinan fraktur di daerah zigomatik.
11
8. Radiografi Lateral Oblique
Radiografi ini masih menggunakan dental Sinar-X namun sudah termasuk metode ekstra oral. Umumnya digunakan untuk membuat radiografi pada mandibula.
2.3 Radiografi Periapikal
Radiografi periapikal merupakan teknik radiografi intra oral yang dirancang untuk memperlihatkan gigi-geligi secara individual serta jaringan yang berada di
sekitar apeks gigi. Setiap film biasanya menunjukkan 2-4 gigi dan memberikan informasi rinci tentang gigi dan tulang alveolar sekitarnya.
14
Indikasi klinis utama untuk radiografi periapikal yaitu untuk mendeteksi adanya infeksi atau inflamasi pada apikal gigi, penilaian status periodontal, pada
kondisi gigi yang mengalami trauma dan berkaitan dengan tulang alveolar, sebagai penilaian posisi gigi yang belum erupsi, penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi,
selama perawatan endodontik, penilaian pra dan pasca operasi bedah apikal, untuk
mengevaluasi kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang alveolar, serta sebagai evaluasi pasca operasi implan.
14
Beberapa syarat untuk posisi film dan Sinar-X yang ideal dan dianjurkan antara lain gigi yang diamati dan film harus berkontak atau jika tidak memungkinkan,
usahakan agar posisinya sedekat mungkin, gigi dengan film harus dalam posisi saling paralel, film harus diposisikan dengan sumbu panjang vertikal untuk insisivus dan
kaninus serta horizontal untuk premolar dan molar, tubehead Sinar-X harus diposisikan sehingga sinar mengenai gigi dan film pada sudut kanan dalam dataran
horizontal dan vertikal, serta dalam posisi yang dapat direproduksi.
13,14
Radiografi intra oral secara periapikal dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu: 1.
Paralleling technique Pada teknik ini terdapat prinsip kesejajaran antara aksis panjang gigi dan film.
Film diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi, sinar-X tegak lurus terhadap film dan gigi, serta film holder dipakai untuk menjaga kestabilan film dalam rongga mulut
agar tetap paralel. Namun film holder tidak harus dipakai untuk molar tiga mandibula karena dapat menyulitkan proses radiografi dan anatomis rahang bawah khusus untuk
molar tiga yang memungkinkan film dan aksis panjang gigi tetap paralel walau tanpa film holder.
2. Bisecting Angle Technique
Film diletakkan pada sepanjang permukaan lingual palatal gigi dan bidang film dengan aksis panjang gigi membentuk sudut. Dapat digunakan jari pasien untuk
menstabilkan posisi film dalam rongga mulut jika tidak terdapat film holder.
15
Gambar 1. A. Teknik Bisecting dan B. teknik paralel radiografi periapikal pada gigi molar satu kiri maksila.
14
Radiografi periapikal sering dijumpai kesulitan dalam menempatkan film intra oral sehingga perlu dimodifikasi. Kesulitan utama yang dihadapi melibatkan molar
tiga mandibula, gagging reflex pada pasien tertentu, pasien dalam perawatan endodontik, edentulus alveolar ridge, pasien anak, serta pasien dengan keterbatasan.
14
2.4 Teknik