13 yang dilakukan tiap tahun. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai situasi
penyakit pada suatu daerah, sehingga dapat diambil tindakan untuk menekan mortalitas dan morbiditas pada hewanternak.
Kasus penyakit yang disebabkan oleh parasit darah umumnya bersifat kronis, namun terkadang dapat juga bersifat akut dan menyebabkan kematian pada
ternak yang terinfeksi parasit dalam jumlah banyak secara sekaligus. Sapi dan kambing yang terinfeksi Babesia sp., Theileria sp., Anaplasma sp., dapat
menyebabkan hewan kekurangan darah, dan menyebabkan anemia yang berdampak serius bagi ternak, sehingga akan menyebabkan kerugian bagi
peternak akibat pertumbuhan terhambat, penurunan berat badan, penurunan daya kerja, dan penurunan daya reproduksi. Penyebaran parasit ini sangat tergantung
dari banyaknya populasi caplak di daerah tersebut yang menjadi vektor dari penyebaran parasit Soulsby, 1982 dan dipengaruhi pula oleh kondisi geografis,
iklim, cuaca, sosial budaya dan sosial ekonomi di daerah tersebut Brotowidjoyo, 1987. Penyakit parasiter paling dominan pada sapi dan kambing adalah
Anaplasmosis, Babesiosis, dan Theileriosis sedangkan Sura muncul secara sporadis di Kabupaten lain Dinas Peternakan Provinsi Jambi, 2005.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui infeksi parasit darah yang dominan menginfeksi hewan ternak sapi dan kambing di lima kecamatan di Kota
Jambi.
1.3 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data awal untuk penelitian lebih lanjut dalam survailence infeksi parasit darah pada hewan ternak sapi dan
kambing di lima kecamatan di Kota Jambi, sehingga dapat ditindaklanjuti baik dari segi pencegahan maupun penanggulangannya.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Daerah 2.1.1. Geografi
Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0º 45’ sampai 2º 45’ Lintang Selatan dan antara 101º 10’ sampai dengan 104º 55’ Bujur Timur dan
sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Berhala, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan,
sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Luas wilayah provinsi Jambi 53.435 km² terdiri dari 9 kabupaten dan 1 satu kota dengan jumlah
penduduk tahun 2003 sebanyak 2.568.598 jiwa atau sekitar 2.155 jiwakm² Badan Pusat Statistik, 2003.
2.1.2 Iklim a. Temperatur
Kota Jambi berada pada wilayah dataran dengan ketinggian 22 – 24 meter dari permukaan laut, memiliki temperatur udara rata – rata 26,5º C dengan kisaran
antara 25º C - 28º C. Sedangkan temperatur maksimum 32,8 º C dan temperatur minimum 22,3 ºC Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2005.
b. Kelembaban udara
Rata – rata kelembaban udara sekitar 77 – 89 dan akan semakin tinggi pada daerah yang lebih tinggi Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2005.
c. Curah hujan
Pada bulan Agustus 2006 curah hujan di wilayah Kota Jambi mengalami penurunan dengan rata – rata 43,7 mm
3
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2005.
15
2.2 Babesia sp.
Klasifikasi
Phylum III : Apicomplexa Subclass :
Piroplasmia Ordo
: Piroplasmida Family
: Babesiidae Genus
: Babesia Spesies :
Babesia sp. Levine 1970 Babesia sp. adalah parasit darah yang dapat menyebabkan babesiosis.
Klasifikasi parasit ini menurut Levine 1970, termasuk dalam subfilum Apicomplexa, kelas piroplasma dan famili babesiidae.
Jenis Babesia sp. yang menginfeksi sapi adalah Babesia bigemina, Babesia bovis, Babesia divergens, Babesia argentina, Babesia major. Babesia sp.
dapat menyebabkan penyakit yang serius pada sapi, yaitu penyakit Cattle Tick Fever, Texas Fever, Red Water Fever, Piroplasmosis Soulsby, 1982. Babesia sp.
yang biasanya menginfeksi sapi-sapi yang ada di Indonesia adalah Babesia bigemina dan Babesia bovis.
Morfologi
Menurut Levine 1970, merozoit dalam eritrosit berbentuk bundar, atau tidak teratur. Pada Babesia bovis ditemukan bentuk ”cincin - signet” bervakuol,
yang mempunyai merozoit-merozoit berukuran kira – kira 1,5 – 2,4 µm dan terletak di bagian tengah eritrosit. Sedangakan Babesia bigemina dalam eritrosit
berbentuk piriform, bulat, oval atau tidak teratur. Merozoit yang piriform ditemukan secara khas berpasang – pasangan dan berbentuk bulat dengan
diameter 2 – 3 µm panjang 4 – 5 µm.
Gambar 1. Bentuk-bentuk Babesia sp. Soulsby, 1982
16
Siklus hidup
Merozoit Babesia sp. terdapat dalam eritrosit sapi, parasit bekembang biak
dengan cara membelah diri. Pada beberapa spesies dibentuk dua merozoit yang keluar dari eritrosit baru, sedangkan pada yang lain terbentuk tetrat yang terdiri
dari 4 merozoit.
Gambar 2. Siklus hidup Babesia sp. Levine, 1992.
Keterangan Gambar : Sp : Sporozoit, Tr : Tropozoit, Mz : Merozoit, Gm : Gamet, Rb : , Fusion : Penggabungan, Zg : Zigot, Ki : Kinet, Sb : Sporoblas.
Hewan yang terinfeksi Babesia sp. dengan jumlah besar dan sekaligus, dapat menyebabkan kematian hewan tersebut. Sedangkan hewan yang terinfeksi
Babesia sp. dalam jumlah sedikit dan secara bertahap, maka hewan akan memiliki kekebalan terhadap parasit ini. Menurut Soulsby 1982 Babesia sp. ditularkan
oleh caplak yaitu, Boophilus sp. dan Rhipicephalus sp.. Setelah caplak menghisap darah yang mengandung eritrosit yang berisi
gametosit Babesia sp. dari sapi maka terjadi perkembangan di dalam usus caplak betina kemudian parasit masuk ke dalam saluran reproduksi caplak dan
menginfeksi telur. Kemudian telur caplak menetas, keluar larva yang kemudian berkembang menjadi caplak dewasa. Parasit berkembang di dalam tubuah caplak
Caplak Sapi
Darah
Hemolim Ovariumtelur
Kelenjar ludah
17 dan akhirnya masuk ke dalam sel kelenjar ludah caplak dalam bentuk sporozoit
Levine, 1992. Proses perkembangbiakan ini memakan waktu 2-3 hari Levine, 1961.
Parasit stadium sporozoit masuk kedalam tubuh sapi melaui gigitan caplak, sporozoit berkembang menjadi tropozoit, tropozoit terjadi pembelahan dan
berkembang menjadi merozoit. Kemudian merozoit berubah menjadi gametosit Beberapa jenis Babesia Levine, 1992,
a. Babesia bigemina