12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan subsektor peternakan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang penting untuk menunjang pembangunan di sektor pertanian yang
menjadi tulang punggung pembangunan nasional. Dalam usaha pengembangan peternakan, pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan
populasi, mutu maupun diversifikasi ternak yang dipelihara oleh masyarakat peternak. Usaha ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas sesuai
dengan selera dan daya beli masyarakat di Indonesia. Kebutuhan akan protein hewani pada saat ini sangat penting dalam meningkatkan mutu gizi dan
kecerdasan anak bangsa. Sapi, kerbau dan kambing merupakan jenis ternak yang paling banyak
dipelihara oleh peternak di wilayah kota Jambi. Pemilihan ternak ini berdasarkan alasan para peternak karena jenis ternak ini mudah dipelihara dan pakan yang
dibutuhkan mudah didapatkan dan tidak memerlukan pemeliharaan yang khusus. Konsumsi daging di Kota Jambi tahun 2005 adalah sebesar 9.393,5 ton. Bila
dibandingkan dengan konsumsi daging pada tahun 2004 sebanyak 9.349,3 ton, berarti peningkatan sebesar 0,5 . Pada tahun 2004 konsumsi perkapita pertahun
sebesar 22,3 KgKapTh sedangkan pada tahun 2005 konsumsi perkapita pertahun sebesar 21,9 KgKapTh. Konsumsi perkapita daging di Kota Jambi pada tahun
2005 mengalami penurunan sebesar 1,8 jika dibandingkan pada tahun 2004. Kejadian penyakit pada ternak sapi dan kambing yang disebabkan oleh
parasit yang terjadi di lima kecamatan di kota Jambi pada tahun 2005 mengalami penurunan rata-rata 80 jika dibandingkan pada tahun 2004. Kejadian penyakit
yang terjadi pada tahun 2004 sebanyak 107 kasus sedangkan pada tahun 2005 hanya terdapat 26 kasus. Penurunan yang terjadi merupakan usaha bersama antara
pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian Sub Dinas Peternakan kota Jambi dan pihak masyarakat dalam hal ini peternak. Program pencegahan dan pemberantasan
penyakit hewan merupakan program pengamanan lingkungan budidaya ternakhewan di Kota Jambi yang keberhasilanya ditentukan dari hasil program
13 yang dilakukan tiap tahun. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai situasi
penyakit pada suatu daerah, sehingga dapat diambil tindakan untuk menekan mortalitas dan morbiditas pada hewanternak.
Kasus penyakit yang disebabkan oleh parasit darah umumnya bersifat kronis, namun terkadang dapat juga bersifat akut dan menyebabkan kematian pada
ternak yang terinfeksi parasit dalam jumlah banyak secara sekaligus. Sapi dan kambing yang terinfeksi Babesia sp., Theileria sp., Anaplasma sp., dapat
menyebabkan hewan kekurangan darah, dan menyebabkan anemia yang berdampak serius bagi ternak, sehingga akan menyebabkan kerugian bagi
peternak akibat pertumbuhan terhambat, penurunan berat badan, penurunan daya kerja, dan penurunan daya reproduksi. Penyebaran parasit ini sangat tergantung
dari banyaknya populasi caplak di daerah tersebut yang menjadi vektor dari penyebaran parasit Soulsby, 1982 dan dipengaruhi pula oleh kondisi geografis,
iklim, cuaca, sosial budaya dan sosial ekonomi di daerah tersebut Brotowidjoyo, 1987. Penyakit parasiter paling dominan pada sapi dan kambing adalah
Anaplasmosis, Babesiosis, dan Theileriosis sedangkan Sura muncul secara sporadis di Kabupaten lain Dinas Peternakan Provinsi Jambi, 2005.
1.2 Tujuan