UU No. 24 Tahun 1992 : Penataan Ruang

187 Lampiran 13. Analisis kandungan tri-stimulus amar konservasi dengan peraturan perundangan yang terkait dengan kebijakan pengelolaan taman nasional dan peran serta masyarakat

1. UU No. 23 Tahun 1997 : Pengelolaan

Lingkungan Hidup Hasil analisis Undang-undang ini menjadi payung terhadap peraturan dan perundangan mengenai pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Pasal 4 memuat sasaran pengelolaan lingkungan hidup al. adalah: a tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup; c terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; e terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana. Pasal 5 ayat 1 setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup 3 mengatur tentang peran serta masyarakat, yaitu “Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku” Pasal 6 ayat 1 Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Pada Pasal 7 memuat “Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup” Pelaksanaan ketentuan pada ayat yang disebut di atas, dilakukan dengan cara al.: 1 meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan; 2 menumbuhkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat; 3 menumbuhkan ketanggapsertaan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial; 4 memberikan saran pendapat; 5 menyampaikan informasi dan atau menyampaikan laporan. Stimulus alamiah kuat Stimulus manfaat cukup Stimulus religius cukup Apa-apa yang sudah diatur dalam undang- undang ini harus dioperasionalkan dan dievaluasi secara maksimal di dunia nyata, penerapan aturan-aturan ini memerlukan upaya-upaya yang berkesinambungan yang difasilitasi oleh pihak pemerintah sebagai pengayom dan pelayan masyarakat. Hal inilah yang sampai saat ini belum banyak dilaksanakan. Kita sudah banyak membuat undang-undang, tetapi sangat lemah dalam mengimplementasikannya di dunia nyata, apalagi mengevaluasinya, terutama yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan publik atau masyarakat banyak. Peran pemerintah dan pengelola sebagai pelayan publik di dunia nyata belumlah menjadi suatu perilaku atau belum menjadi suatu tuntutan kebutuhan tolak ukur kinerja. Kapasitas SDM pengelola sangat kurang

2. UU No. 24 Tahun 1992 : Penataan Ruang

Hasil analisis Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan YME kepada bangsa Indonesia dengan letak dan kedudukan yang strategis sebagai negara kepulauan dengan keanekaragaman ekosistemnya. Merupakan sumber daya alam yang perlu disyukuri, dilindungi dan dikelola untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila; b. bahwa pengelolaan sumber daya alam yang beranekaragam di daratan, di lautan, dan di udara, perlu dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan dalam pola pembangunan yang berkelanbjutan dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan yang dinamis serta tertap memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan pembangunan berwawasan lingkungan, yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Pasal 4 ayat 2 huruf b, mengatur tentang peran serta masyarakat sebagai berikut: “Setiap orang berhak untuk berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang”. Stimulus alamiah kuat Stimulus manfaat cukup Stimulus religius cukup Berdasarkan undang-undang ini masyarakat punya hak untuk ikut proses menentukan tata ruang kawasan taman nasional. Ini merupakan kemajuan dari undang-undang terdahulu Nomor 5 Tahun 1990. Saat ini zona rehabilitasi dengan luasan sekitar 4000 perlu dikelola dengan baik bersama masyarakat. Lahan zona rehabilitasi ini yang masyarakat namakan dengan “tetelan” adalah menjadi tumpuan hidup bagi sekitar 4000 kepala keluarga masyarakat sekitar hutan yang tidak memiliki lahan pertanian yang memadai. Undang-undang ini dapat menjadi acuan dan dasar hukum bagi pengelolaan dan penentuan fungsi zona rehabilitasi “tetelan” untuk dan oleh masyarakat bagi 188 Selanjutnya Pasal 5 ayat 1 menyebutkan sebagai berikut: “Setiap orang berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang”. Pasal ini ditindaklanjuti dengan PP nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dalam Pasal 2 PP menyebutkan : Dalam kegiatan penataan ruang masyarakat berhak : 1 Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; 2 Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah, rencana tata ruang kawasan dan rencana rinci tata ruang kawasan. mewujudkan kesejahteraan yang mandiri berbasis pengembangan sumberdaya hayati lokal dan mendukung konservasi taman nasional. Kapasitas SDM pengelola sangat kurang

3. UU No. 05 Tahun 1990 : Konservasi Sumber Daya

Dokumen yang terkait

Beberapa Aspek Ekologi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 7 63

Status Rizobwm Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (Cma) Pada Kedawung (Parkia Timoriana (Dc.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 16 58

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 3 224

Pengetahuan Masyarakat Dan Konservasi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri

0 10 61

Bioecological of kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) medicinal plant in natural forest Meru Betiri National Park

0 18 9

Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Kesesuaian Habitat Kedawung (Parkia timoriana (D.C) merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 14 87

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 9 385

Community’s Attitudes and Conservation: An Analysis of of Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.), Stimulus of Medicinal Plant for the Community, Case in Meru Betiri National Park

0 12 11

Sikap Masyarakat Dan Konservasi Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) Sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus Di Taman Nasional Meru Betiri

4 56 224

PEMANFAATAN TuMBuHAN OBAT OlEH MASYARAkAT DI SEkITAR TAMAN NASIONAl MERu BETIRI Utilization of medicinal plants by people around of Meru Betiri National Park

0 0 10