Surat Keputusan Menhut No. 6186 Kpts.- II 2002 10 Juni 2002 : Organisasi dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: 56Menhut-II2006 Tentang Pedoman Zonasi

194 Lampiran 13 Lanjutan

11. PP No. 68, 1998 : Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Hasil analisis

Dalam konsideran huruf a menyatakan: ”bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan kekayaan alam yang sangat tinggi nilainya karena itu perlu dijaga keutuhan dan kelestarian fungsinya untuk dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dalam penjelasan umum disebutkan pada alinea 5 bahwa : ” pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam pada hakekatnya merupakan salah satu aspek pembangunan yang berkelanjutan serta wawasan lingkungan, sehingga dampaknya sangat positif terhadap upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, yang sekaligus akan meningkatkan pula pendapatan negara dan penerimaan devisa negara, yang pada gilirannya dapat memajukan hidup dan kehidupan bangsa”. Sedangkan pada alinea 6 : ” oleh karena itu, pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam tidak hanya didasarkan pada prinsip konservasi untuk konservasi itu sendiri, tetapi konservasi untuk kepentingan bangsa dan seluruh masyarakat Indonesia”. Pasal 48 : Kawasan Taman Nasional dapat dimanfaatkan sesuai dengan sistem zonasi pengelolaannya. Pasal 49 1 Zona inti dapat dimanfaatkan untuk keperluan : a. penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan; b. ilmu pengetahuan; c. pendidikan; dan atau d. kegiatan penunjang budidaya. Pasal 50 1 Zona pemanfaatan dapat dimanfaatkan untuk keperluan : a. pariwisata alan dan rekreasi; b. penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan; c. pendidikan; dan atau d. kegiatan penunjang budidaya. 2 Kegiatan pariwisata alam dan rekreasi 4 Kegiatan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf c dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan tersebut. Pasal 51 1 Zona Rimba dapat dimanfaatkan untuk keperluan : a.penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan; b. ilmu pengetahuan; c. pendidikan; d. kegiatan penunjang budidaya; e. wisata alam terbatas. Stimulus alamiah kuat Stimulus manfaat lemah Stimulus religius lemah Akses masyarakat terhadap sumberdaya alam taman nasional sangat terbatas Peraturan Pemerintah ini tidak mengatur bahwa potensi sumberdaya taman nasional dapat dimanfaatan secara lestari untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Artinya ini bahwa pengelolaan taman nasional belum secara langsung memprioritaskan program yang berkaitan dengan pelestarian pemanfaatan taman nasional untuk dapat mendukung secara optimal terwujudnya kesejahteraan masyarakat lokal yang berkelanjutan. Aktivitas dan wewenang pengelola untuk dapat mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat lokal sangat terbatas dan terkendala dengan peraturan yang berlaku.

12. Surat Keputusan Menhut No. 6186 Kpts.- II 2002 10 Juni 2002 : Organisasi dan

Tatakerja Balai Taman Nasional. Hasil analisis Mengatur Balai Taman Nasional Meru Betiri mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan ekosistem kawasan TNMB dalam rangka konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku Balai Taman Nasional Meru Betiri, 2004. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Balai TNMB menyelenggarakan fungsi, yaitu : a penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan taman nasional; b pengelolaan taman nasional; c pengawetan dan pemanfaatan secara lestari taman nasional; d perlindungan, pengamanan, penanggulangan kebakaran taman nasional; e promosi dan informasi, bina wisata dan cinta alam, serta penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; f kerja sama pengelolaan taman nasional; g pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Stimulus alamiah cukup Stimulus manfaat lemah Stimulus religius lemah Tugas pokok dan fungsi pengelola taman nasional terlihat tidak jelas menyebutkan yang berkaitan dengan pemberdayaan, pembinaan dan pembangunan kehidupan masyarakat lokal sekitar taman nasional seperti yang sudah diatur dengan tegas dan jelas dalam undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan menteri kehutanan yang telah dikemukakan sebelumnya. Seharusnya tugas pokok dan fungsi pengelola merupakan turunan dan terjemahan operasional dari UU dan PP. Tugas pokok pengelola harus mampu menangani secara holistik dan sistematis permasalahan di lapangan berkaitan dengan masyarakat sekitar, terutama berkaitan dengan interaksi dan saling-ketergantungan dengan sumberdaya hutan secara positif. Kapasitas SDM pengelola sangat kurang 195 Lampiran 13 Lanjutan

13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: 56Menhut-II2006 Tentang Pedoman Zonasi

Taman Nasional Hasil analisis Jenis Zona Pasal 3 1 Zona dalam kawasan taman nasional terdiri dari: a. Zona inti; b. Zona rimba; Zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan; c. Zona pemanfaatan; d. Zona lain, antara lain: 1. Zona tradisional; 2. Zona rehabilitasi; 3. Zona religi, budaya dan sejarah; 4. Zona khusus. 2 Penataan zona taman nasional didasarkan pada potensi dan fungsi kawasan dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya. 4 Kriteria zona tradisional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 huruf d angka 1 meliputi: a. Adanya potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati non kayu tertentu yang telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya; b. Di wilayah perairan terdapat potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati tertentu yang telah dimanfaatkan melalui kegiatan pengembangbiakan, perbanyakan dan pembesaran oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya. 5 Kriteria zona rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 huruf d angka 2 meliputi: a. Adanya perubahan fisik, sifat fisik dan hayati yang secara ekologi berpengaruh kepada kelestarian ekosistem yang pemulihannya diperlukan campur tangan manusia; b. Adanya invasif spesies yang mengganggu jenis atau spesies asli dalam kawasan; c. Pemulihan kawasan pada huruf a, dan b sekurang-kurangnya memerlukan waktu 5 lima tahun. Stimulus alamiah cukup Stimulus manfaat cukup Stimulus religius lemah Sebaiknya kegiatan pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati oleh masyarakat kecil dan unik yang telah hidup turun temurun di dalam atau di sekitar taman nasional, tidak dibatasi dalam bentuk wilayah atau zona tradisional. Tetapi yang perlu dibuat batasan dan definisi yang jelas adalah terhadap spesies, bentuk, sifat dan intensitas kegiatan pemanfaatan tradisional apa saja yang boleh dilakukan. Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat bukti-bukti empiris di lapangan, seperti contoh kasus kedawung bahwa ada hubungan yang bersifat positif antara masyarakat dengan konservasi potensi sumberdaya hayati kedawung. Sehingga kurang relevan kalau pemanfaatan tradisional di batasi oleh wilayah atau areal tradisional saja, karena ada kemungkinan penyebaran spesies yang menjadi kebutuhan masyarakat ada di berbagai zona taman nasional. Lampiran 14. Analisis kandungan tri-stimulus amar konservasi kegiatan pengelolaan TNMB yang telah dilakukan pada tahun 1998-2004 Stimulus Stimulus Stimulus Alamiah Manfaat Religius

A. PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN KAWASAN

Dokumen yang terkait

Beberapa Aspek Ekologi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 7 63

Status Rizobwm Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (Cma) Pada Kedawung (Parkia Timoriana (Dc.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 16 58

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 3 224

Pengetahuan Masyarakat Dan Konservasi Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) Di Taman Nasional Meru Betiri

0 10 61

Bioecological of kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) medicinal plant in natural forest Meru Betiri National Park

0 18 9

Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Kesesuaian Habitat Kedawung (Parkia timoriana (D.C) merr) di Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur

0 14 87

Sikap masyarakat dan konservasi suatu analisis kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) sebagai stimulus tumbuhan obat bagi masyarakat, kasus di Taman Nasioal Meru Betiri

0 9 385

Community’s Attitudes and Conservation: An Analysis of of Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.), Stimulus of Medicinal Plant for the Community, Case in Meru Betiri National Park

0 12 11

Sikap Masyarakat Dan Konservasi Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) Sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus Di Taman Nasional Meru Betiri

4 56 224

PEMANFAATAN TuMBuHAN OBAT OlEH MASYARAkAT DI SEkITAR TAMAN NASIONAl MERu BETIRI Utilization of medicinal plants by people around of Meru Betiri National Park

0 0 10