2.1.6 Pendekatan Kontekstual
2.1.6.1 Hakikat pendekatan konekstual
Pendekatan kontekstual menurut Johnshon 2010: 57 adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan
makna. Pendekatan kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis
dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkan menurut Suprijono 2011: 79 pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual menurut Yamin 2012: 81 adalah konsep belajar yang
mengaitkan antara materi yang akan dibelajarkan dengan dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang sudah dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Nurhadi dalam Rusman, 2011: 189, pendekatan konekstual adalah konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendoromg siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan anatara materi yang akan
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat
hubungan anatara pengetahuan yang telah dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
2.1.6.2 Prinsip-prinsip pendekatan kontekstual
Prinsip-prinsip pendekatan kontekstual menurut Suprijono 2011: 80-81, antara lain:
1 Prinsip saling ketergantungan
Prinsip saling ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan merupakan suatu sistem.Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengintegrasikan
berbagai komponen pembelajaran yang saling
mempengaruhi secara fungsional.Prinsip saling ketergantungan memungkinkan siswa membuat
hubungan yang bermakna.Siswa mengidentifikasi hubungan yang menghasilkan pemahaman-pemahaman baru. Prinsip ini juga mendukung siswa harus bekerja
sama menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Dengan bekerja sama akan membantu siswa mengetahui bahwa saling
mendengarkan akan menuntun pada keberhasilan. 2
Prinsip diferensiasi Prinsip diferensiasi merujuk pada etnis-etnis yang beraneka ragam dari
realitas kehidupan di sekitar peserta didik.Keanekaragaman mendorong peserta didik berpikir kritis untuk menemukan hubungan di antara etnis-etnis yang
beraneka ragam tersebut sehingga peserta didik dapat memahami makna bahwa perbedaan adalah rahmat.
3 Prinsip pengaturan diri
Prinsip pengaturan diri mendorong peserta didik mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya.Ketika peserta didik menghubungkan materi akademik
dengan konteks keadaan pribadi mereka, peserta didik terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri.Peserta didik menerima tanggung
jawab atas keputusan dan perilaku mereka sendiri, memilih alternative, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi secara kritis.
2.1.6.3 Komponen-komponen pendekatan kontekstual
Ada tujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan menurut Yamin 2012: 81-87, yaitu:
1
Kontruktivisme constructivism
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
2
Menemukan inquiry
Pengetahuan dan keterampilan yang dipeoleh siswa diharapkan bukandari hasil dari mengingat melainkan dari hasil menemukan sendiri. Guru harusselalu
menciptakan rancangan kegiatan yang merujuk pada kegiatanmenemukan. Kegiatan inkuiri merupakan sebuah siklus, siklus tersebut terdiridari langkah-
langkah sebagai berikut: observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan.
3
Bertanya questioning
Kegiatanbertanya bertujuan mendorong dan membimbing siswa untuk mengenali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4
Masyarakat belajar learning community
Kegiatan pembelajarandilakukan dalam kelompok-kelompok belajar, siswa yang pandai mengajariyang lemah dan yang tahu memberi tahu yang belum tahu.
Masyarakat belajarbisa tercipta apabila ada proses komunikasi dua arah dengan
saling memberi informasi.
5
Pemodelan modeling
Proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contohyang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak hanya dilakukanoleh guru
saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa. Misalkan gurumemberikan contoh tentang langkah-langkah percobaan, guru memberikancontoh tentang cara
mengerjakan LKS, dan siswa mempresentasikan hasildiskusi dengan
kelompoknya.
6
Refleksi reflection
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Siswa mengambil makna dari suatu proses yang telah mereka
ikuti dan diperluasnya sedikit demi sedikit melalui konteks pembelajaran.
7
Penilaian sebenarnya authentic assessment
Penekanan penilaian otentik adalah pada penilaian yang tidak hanya mengacu pada hasil akan tetapi penilaian pada proses, bagaimana peserta didik
memperoleh dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
2.1.6.4 Langkah-langkah pembelajaran kontekstual
Langkah-langkah pembelajaran pendekatan kontekstual menurut Rusman 2011: 192 yaitu sebagai berikut:
1 Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan
dimilikinya.
2 Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiryuntuk semua topik yang
diajarkan. 3
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan - pertanyaan.
4 Menciptakan
masyarakat belajar, seperti malalui kegiatan kelompok berdiskusi, Tanya jawab, dan lain sebagainya.
5 Menghadirkan model sabagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya. 6
Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. 7
Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.
2.1.6.5 Kelebihan pendekatan kontekstual
Pendekatan Kontekstual memiliki beberapa kelebihan yaitu antara lain: 1
Meningkatkan motivasi siswa karena pembelajaran berkaitan dengan konteks kehidupan nyata, siswa lebih menyukai karena pembelajaran berkaitan
langsung dengan keadaan saat ini
2 Meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan baik, yaitu mengaitkan
sesuatu yang telah mereka kenal dengan pengetahuan atau pemahamannya
yang baru atau yang belum dikenal
3 Meningkatkan keterampilan
komunikasi baik dengan anggota keluarga, masyarakat, media, teman, dan dari lingkungannya. Hal tersebut dapat
membentuk cara berpikir siswa secara bersama karena siswa tidak secara alami dapat membangun ide dengan benar, menyelesaikan masalah, dan
pengujian dalam pembelajaran secara individu
4 Meningkatkan
penguasaan materi yang berkenaan dengan fakta, sikap terhadap belajar, dan sikap terhadap pandangan yang bertentangan.
Penguasaan materi mebantu siswa menghubungkan pengetahuan terhadap kehidupan sehari-hari. Hal ini juga memungkinkan siswa mengambil
keputusan dalam melakukan diskusi bersama orang lain yang mempunyai
pandangan berbeda
5 Meningkatkan kontribusi pribadi dan sosial yakni dalam bentuk pembelajaran
siswa, pengajaran, dukungan keorganisasian sekolah, dan dukungan
masyarakat Nurhadi, 2003:26-30.
2.1.7 Langkah-langkah Pembelajaran CD Interaktif