2. Pengajaran Sejarah pada Sekolah Menengah Atas
Menurut Kuntowijoyo 1995:3-4 sejarah untuk anak SD dapat dibicarakan dengan pendekatan estesis. Artinya sejarah diberikan semata-
mata untuk menanamkan rasa cinta kepada perjuangan, pahlawan, tanah air, dan bangsa. Untuk SMP sejarah diberikan dengan pendekatan etis.
Kepada siswa ditanamakan pengertian bahwa mereka hidup bersama orang, masyarakat, dan kebudayaan lain, baik yang dulu maupun sekarang.
Diharapkan setelah lulus SMP, selain mencintai perjuangan, pahlawan, tanah air, dan bangsa, mereka juga tidak canggung dalam pergaulan
masyarakat yang semakin majemuk. Kepada anak SMA yang mulai bernalar, sejarah harus diberikan secara kritis. Mereka diharapkan sudah
bisa berpikir mengapa sesuatu terjadi, apa yang sebenarnnya telah terjadi, dan kemana arah kejadian-kejadian itu.
Menurut Kasmadi 1996:9 seorang pengajar sejarah seperti di SMA diperlukan kemampuannya dalam memilih metode dan model
pelajaran yang dapat digunakan untuk melaksanakan metode yang dipilihnya. Jika pengajar sejarah hanya menetapkan satu metode dan satu
model saja dalam setiap menyajikan pelajarannya, maka pelajaran sejarah akan menjadi tidak menarik dan membosankan. Pada akhirnya pelajaran
sejarah akan dijauhi oleh anak didik dan ditakuti bukan karena sukarnya seseorang mempelajari sejarah, tetapi karena membosankan, tidak menarik
dan anak didik menganggap hanya membuang-buang waktu saja untuk mempelajari sejarah. Kesalahan tidak terletak pada anak didik tetapi pada
pengajar sepenuhnya. Pengajar sejarah harus mampu memanipulasi perhatian anak.
Menurut Washle dalam Kasmadi 1996:82-92 menegaskan bahwa mengajarkan sejarah pada anak-
anak SMA merupakan suatu proses “of grappling with subject matter”. Keterampilan ini dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: a
Kemampuan memperoleh informasi kesejarahan
Terdapat empat cara untuk mendapatkan informasi suatu topik kesejarahan, yakni membaca, mendengar, diskusi, membuat catatan,
menggunakan buku teks dan buku referensi, menggunakan perpustakaan, mengorganisasikan buku catatan dengan efisien, menaruh
perhatian terhadap istilah dan ejaan, membaca peta, grafis, chart, dan tabel.
b Kemampuan menilai informasi sejarah
Mempelajari sejarah adalah mempelajari peristiwa manusia yang kompleks sehingga kemampuan atau ketrampilan menilai
informasi kesejarahan yang kompleks itu haruslah cermat. Beberapa kriteria kemampuan dapat diperhatikan sebagai berikut: relevan,
membedakan sebab-sebab yang utama dan yang tidak utama, mempertimbangkan suatu masalah, diterima atau tidak, pengamatan
terhadap efek-efek penyebab, membuat perbandingan, membedakan antara fakta dan pendapat, membedakan fakta dari motif, memahami
pernyataan yang bias, menarik suatu simpulan, serta mengamati kekeliruan yang lazim.
c Kemampuan menggunakan khusus ekspresi pengetahuan
Kemampuan memanfaatkan pengetahuan sejarah dimulai sejak anak diwajibkan untuk selalu membaca. Kegiatan membaca dapat
berupa membaca fragmen dari bahan pelajaran pengajar, buku-buku, baik buku teks, buku referensi, atau buku sejarah yang lain, ataupun
mereka mengerjakan evaluasi yang didasarkan atas informasi atau pengetahuan yang dibaca. Dalam kesempatan ini, segala opini dari
masalah isu tanggapan dan sebagainya dapat saja dipahami. Dengan demikian kemampuan memanfaatkan pengetahuan sejarah dapat
ditunjukan dari hari ke hari. Dengan kemampuan untuk memanfaatkan pengetahuan sejarah secara efektif, maka seorang anak mampu
menemukan hal-hal baru atau dapat memanfaatkan untuk kemampuan yang lain.
Pengajar dapat menilai kemampuan anak dengan memberikan latihan-latihan
menulis topik-topik
kesejarahan tertentu
atau memberikan ujian akhir dengan bentuk ujian mengarang dengan waktu
yang cukup, atau juga dengan memberikan kesempatan bertanya dan berdiskusi yang cukup. Dengan mempelajari sejarah secara baik dan
penuh minat akan menumbuhkan sikap dan semangat sebagai warga negara yang baik, mampu menghargai perjuangan bangsanya, sadar
mengapa mereka tumbuh sebagai bangsa, bagaimana peranan dalam masyarakat baik di dalam, maupun sebagai warga dunia.
Menurut Kasmadi 1996:5 pengajar sejarah harus mampu mengalihkan pemikiran tokoh sejarah atau peristiwa sejarah dari masa
lampau kepada anak didik sehingga mampu mempelajari kegunaannya bagi kelangsungan hidup manusia. Pengajar sejarah dapat dikatakan
sebagai orang yang berperan menjembatani antar generasi masa lampau dan generasi masa kini bahkan persiapan kepada generasi yang akan
datang. Adanya pembelajaran sejarah di sekolah mulai dari jenjang SD,
SMP, dan SMA karena sejarah sangat berguna. Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya. Sejarah itu berguna secara
intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik, sejarah berguna sebagai pengetahuan. Setidaknya ada empat guna intrinsik, yaitu 1 sejarah
sebagai ilmu, 2 sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau, 3 sejarah sebagai pernyataan pendapat, dan 4 sejarah sebagai profesi.
Guna ekstrinsik sejarah adalah sumbangan di luar dirinya. Secara umum sejarah mempunyai fungsi pendidikan, yaitu sebagai pendidikan 1
moral, 2 penalaran, 3 politik, 4 kebijakan, 5 perubahan, 6 masa depan, 7 keindahan, dan 8 ilmu bantu. Selain sebagai pendidikan,
sejarah juga berfungsi sebagai 9 latar belakang, 10 rujukan, dan 11 bukti Kuntowijoyo, 1995:19-24.
3. Sasaran Umum Pembelajaran Sejarah