pembelajaran menjadi lebih bermakna, kemampuan berpikir mereka menjadi terangsang dengan kesempatan memberikan ide dan gagasan yang diberikan guru,
mereka merasa pembelajaran jadi lebih menyenangkan dan tidak merasa bosan. Hal ini sejalan dengan pendapat Suparno 1997, bahwa pengetahuan dibangun
oleh siswa sendiri, baik secara sendiri-sendiri maupun kelompok, pengetahuan tidak ditransfer dari guru ke siswa, guru bertindak sebagai fasilitator saja,
sedangkan siswa secara aktif bernalar dan menggunakan seluruh potensi dirinya. Guru memfasilitasi proses pembelajaran dengan menyediakan sarana dan situasi
yang kondusif agar pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dengan mudah.
5. Persepsi guru terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik
probing
Dari jawaban kuesioner diketahui guru menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik probing sangat menarik, kesempatan siswa untuk
mengemukakan ide dan gagasan menjadi sangat besar dengan diajukannya pertanyaan-pertanyaan. Ide dan gagasan siswa juga dihargai. Guru juga
menyatakan senang memberikan pertanyaan-pertanyan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut guru kesempatan untuk saling
berdiskusi menjadi sangat banyak, sehingga minat dan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran Biologi menjadi lebih tinggi.
Guru menyatakan bahwa dengan diterapkannya pembelajaran dengan teknik probing,
maka motivasi mengajar menjadi lebih tinggi. Konsep-konsep Sistem Koordinasi dapat dipahami siswa dengan lebih mudah.
Guru menyatakan sangat senang jika memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep Sistem
Koordinasi yang sedang dipelajari. Guru juga sangat setuju siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan ide-idenya, sedangkan guru sebagai fasilitator
atau mengarahkan jawaban siswa untuk menemukan konsep Biologi. Guru sangat setuju jika tidak mendikte konsep yang ada dalam pikirannya, tapi membiarkan
siswa menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri, hal ini sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme. Roestiyah 1994, menyatakan bahwa untuk
mencapai terjadinya interaksi yang efektif dalam pembelajaran seharusnya guru berperan sebagai: 1 fasilitator, ialah menyediakan situasi dan kondisi yang
dibutuhkan oleh individu yang belajar, 2 pembimbing, ialah memberikan bimbingan siswa dalam interaksi belajar, agar siswa mampu belajar dengan lancar
dan berhasil secara efektif dan efisien, 3 motivator, ialah pemberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar, 4 organisator, ialah mengorganisasi
kegiatan belajar mengajar siswa maupun guru, 5 manusia sumber, dimana guru dapat memberikan informasi apa yang dibutuhkan siswa, baik pengetahuan,
keterampilan maupun sikap. Menurut guru dengan teknik probing konsep sistem koordinasi yang
dipelajari menjadi sangat bermakna. Pembelajaran menjadi sangat menyenangkan, guru juga menyatakan bahwa teknik probing sangat memberi peluang kepada
siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Guru setuju jika pembelajaran dengan menggunakan teknik probing juga diterapkan pada konsep
lain selain sistem koordinasi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Osman
Hanafin 1994, mengemukakan bahwa siswa dapat dibimbing dari tingkat berpikir yang lebih rendah ke tingkat berpikir yang lebih tinggi dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai “apa” atau “kapan” untuk mengungkap pengetahuan awal siswa, lalu dilanjutkan dengan pertanyaan “bagaimana” atau
“mengapa”.
C. Keterbatasan