maupun guru, 5 manusia sumber, dimana guru dapat memberikan informasi apa yang dibutuhkan siswa, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Guru dalam memainkan peran mengajar harus mampu memberdayakan seluruh potensi lingkungan belajar yang ada dalam keberhasilan tugasnya. Selain
itu guru dituntut untuk menggali seluruh potensi yang dimiliki oleh siswanya.
F. Hasil Belajar
Tugas pendidikan bukan saja mencerdaskan kognitif siswa tapi juga meningkatkan keterampilan afektif dan psikomotor. Menurut Tirtahardja dan Sula
2000, dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai
kepada peserta didik. Hal ini harus dipadukan agar tidak menjadi intelektualisme yang gersang.
Menurut Klausmeiner Kurniati, 2001, terdapat empat tingkat pencapaian konsep yaitu 1 tingkat konkrit, yaitu bila siswa mengenal suatu benda yang telah
dihadapi sebelumnya, 2 tingkat identitas, yaitu bila siswa akan mengenal suatu objek sesudah selang waktu tertentu, mempunyai orientasi ruang yang berbeda
terhadap suatu objek, dan dalam penentuan objek menggunakan indera yang berbeda, 3 tingkat klasifaktori, yaitu bila seseorang mengenal persamaan dari
dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama, 4 tingkat formal, yaitu bila siswa dapat memberi nama suatu konsep, mendefinisikan, mendeskriminasikan dan
mengevaluasi.
G. Beberapa Penelitian tentang Teknik Probing
Osman Hanafin 1994 meneliti pengaruh teknik probing dan pengetahuan awal siswa. Hasilnya menyatakan ada indikasi bahwa penggunaan
teknik probing dapat membantu siswa mengaktifkan konsep-konsep yang relevan dari pengetahuan awal yang dimilikinya. Dengan mengorientasikan beberapa
pertanyaan lain menurut tingkat berpikir siswa, tampak nyata bahwa pertolongan guru helping learners memberikan arti dalam pengkonstruksian pengetahuan.
Hasil tersebut sangat bergantung pada kemampuan guru dalam memahami konsep awal siswa dan menginternalisasikannya menjadi sosok pertanyaan lunak tapi
menantang sehingga dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif. Penelitian yang dilakukan Sujarwo 2000 mengenai teknik probing
menyatakan hasil belajar siswa lebih baik dengan menggunakan teknik probing, penelitian Priatna 2003, menyatakan pembelajaran dengan menggunakan teknik
probing mampu meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, meningkatkan
kemampuan berdiskusi, dan meningkatkan keaktifan siswa. Sedangkan penelitian tentang teknik probing oleh PPPPTK IPA 2007, menyatakan teknik probing
mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan membaca ilmiah. Siswoyo 1997, dalam
p
enelitiannya tentang teknik bertanya pada pembelajaran pembiasan cahaya menemukan bahwa teknik probing dapat
membimbing siswa untuk menjawab pertanyaan, dapat meningkatkan konsepsi siswa tentang pembiasan cahaya, dan dapat meningkatkan berpikir siswa,
meskipun tingkat berpikir yang dapat dikembangkannya masih termasuk tingkat berpikir sedang.
H. Hipotesis