25
3.5.2. Teknik Dasar Lalai dalam Mencerna Polen
Penyusunan data digambarkan kedalam 3 keadaan yaitu: 1 exin, 2 intin, 3 terbelah, 4 busuk. Keadaan exin artinya bahwa polen masih terlihan exin
yang jelas, exin yang masih jelas dikarenakan polen tidak bisa dicerna oleh lalai. Keadaan intin artinya bahwa polen sudah terlihat lapisan intinnya, intin yang
sudah terlihat dikarenakan terkikisnya lapisan exin oleh enzim pencernaan lalai. Keadaan terbelah artinya bahwa polen sudah terbelah melalui porate ataupun
colpate, keadaan terbelah dikarenakan polen sudah terkikis sampai pada isi polen. Keadaan busuk artinya bahwa polen terlihat membusuk atau menghitam, keadaan
menghitam. Penentuan teknik dasar lalai dalam mencerna polen menggunakan
klasifikasi menurut Roulston Cane 2000 yaitu: 1 memecahkan dinding exin secara mekanik, 2 membelah dinding polen dengan bagian tajam pada mulut, 3
memecahkan exin dengan enzim, 4 membuat perkecambahan polen pseudo- germination, 5 menghancurkan exin dengan tekanan osmotik, serta 6
menembus exin menggunakan enzim pencernaan.
3.5.3. Kesamaan Jenis
Pakan 3.5.3.1.
Cluster Analysis
Penggambaran hubungan
unimodal kedekatan antara masing-masing jenis jantan dan betina lalai dengan 3 faktor lingkungan yang mempengaruhi
disajikan dalam bentuk grafik hDCCA hibrid Detrend Canonic Corespondence Analysis menurut ter Braak dan Smilauer 1998. Penyajian hDCCA dari jenis
spesies jantan dan betina lalai dengan 3 faktor lingkungan yaitu berupa karakteristik bentuk mahkota bunga, bentuk polen dan ukuran polen
menggunakan software canoco for windows 4.5 Leps Smilauer 1999.
3.5.3.2. Niche Overlap
Niche overlap digunakan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelelawar terhadap sumberdaya yang digunakan berdasarkan suku dan jenis
tumbuhan yang ditemukan di sekitar mulut dan rambut kelelawar. Persamaan
26 yang digunakan adalah persamaan Simplified Morisita Index atau sering disebut
Morisita-Horn Index Ludwig Reynold 1988.
∑ ∑
+ =
2 2
2
ik ij
n i
ik ij
p p
p p
CH Keterangan,
C
H
= indeks simplified morisita antara kelelawar jenis ke-j dan jenis ke-k
p
ij
= proporsi jenis tumbuhan yang digunakan oleh kelelawar jenis ke-j p
ij
= nN p
ik
= proporsi jenis tumbuhan yang digunakan oleh kelelawar jenis ke-k p
ik
= nN n
= jumlah jenis tumbuhan seluruhnya
3.5.4. Pendugaan Pertumbuhan Populasi Kalong
Untuk mengetahui pendugaan pertumbuhan populasi kalong menggunakan pendugaan pertumbuhan model exponensial Caughley 1978
dengan rumusan laju pertumbuhan terhingga, dengan asumsi bahwa besarnya laju pertumbuhan sama di tiap tahunnya dan pada lingkungan yang tidak terbatas.
N N
e
t t
r
1 +
= =
λ Keterangan :
e
r
= = Laju pertumbuhan terhingga
N
t
= Jumlah populasi tahun ke-t Setelah diketahui nilai laju pertumbuhan terhingga, kemudian menghitung nilai
populasi pada waktu tertentu t dengan rumusan :
λ
t t
N N
. =
Keterangan : N
t
= Populasi kelelawar tahun ke-t N
o
= Populasi kelelawar tahun ke-0 = Laju pertumbuhan terhingga
t = Waktu
ke-t
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Jenis Tumbuhan Pakan Lalai
Hasil pengamatan menggunakan analisis polen ditemukan 56 jenis polen tanaman yang termakan kelelawar dengan rincian seperti pada Tabel 1. Jumlah
Famili tumbuhan yang menjadi sumber pakan lalai berjumlah 31 Famili. Famili tumbuhan yang paling banyak ditemukan di dalam saluran pencernaan kelelawar
adalah Famili Bombacaceae yaitu sebesar 10,7 persen. Tabel 1. Polen yang ditemukan di pencernaan lalai
No. Jenis Suku
No. Jenis Suku
1. [Anacardiaceae] sp.3 Anacardiaceae
27. [Ericaceae] sp.1
Ericaceae 2.
Anacardium sp. Anacardiaceae
28. [Euphorbiaceae] sp.1
Euphorbiaceae 3. [Acanthaceae]
sp.1 Acanthaceae 29.
Croton sp.1 Euphorbiaceae
4. Annona sp.
Annonaceae 30.
Croton sp.2 Euphorbiaceae
5. [Apocynaceae] sp. 1
Apocynaceae 31.
Mimusa sp. Euphorbiaceae 6.
Durio sp. Bombacaceae 32.
Adenanthera sp. Fabaceae 7.
Durio zibethinus Bombacaceae 33. Acasia sp.1
Fabaceae 8.
Ceiba pentandra Bombacaceae 34. Acasia sp.2
Fabaceae 9.
Ceiba sp. 1 Bombacaceae
35. [Poaceae] sp. 1
Poaceae 10.
Ceiba sp. 2 Bombacaceae
36. [Poaceae] sp. 2
Poaceae 11.
Ceiba sp.3 Bombacaceae 37.
Salacia sp. Hipocrateaceae 12.
Hisbiscus sp. Malvaceae 38
Baringtonia sp. Lecithidaceae
13. [Begoniaceae] sp. 1
Begoniaceae 39. Persea sp.
Lauraceae 14. [Betulaceae]
sp. 1 Betulaceae
40. Parkia sp.
Fabaceae 15.
Betula sp. Betulaceae 41.
Syzygium sp. 1 Myrtaceae
16. Alnus sp. Betulaceae
42. Syzygium sp.2
Myrtaceae 17. [Convolvulaceae]
sp.1 Convulvulaceae 43. [Orchidaceae]
sp.1 Orchidaceae 18. [Convolvulaceae]
sp.2 Convulvulaceae 44. [Orchidaceae]
sp.2 Orchidaceae 19. [Compositae]
sp.1 Compositae 45.
[Orchidaceae] sp.3 Orchidaceae
20. [Cyperaceae] sp.2 Cyperaceae
46. [Orchidaceae]
sp.4 Orchidaceae
21. Crateva sp.
Capparaceae 47.
[Pinaceae] sp. 1 Pinaceae
22. Bauhinia sp.
Caesalpiniodieae 48.
[Pinaceae] sp.2 Pinaceae
23. Cyperus sp.
Cyperaceae 49.
[Typhaceae] sp.1 Typhaceae
24. Licania sp.
Chrysobalanaceae 50.
Duabanga sp. Sonneratiaceae 25. [Celastraceae] sp.1 Celastraceae
51. Dacrydium sp. Podocarpaceae
26. [Dilleniaceae] sp. 1
Dilleniaceae 52.
Cyathea sp. Paku