Spesifik pemakan buah Wilayah jelajah

colpate. Ada kemungkinan seluruh jenis polen yang ditemukan pada pencernaan Macroglossus sobrinus menunjukkan bahwa polen mengalami pengikisan pada lapisan exin sehingga nampak lapisan intinnya Lampiran 10, Gambar 21. dan Gambar 22., mengikis lapisan intin Lampiran 10, Gambar 23. dan Gambar 24., kemudian cairan di dalam polen tersedot keluar melalui porate atau colpate yang ada Lampiran 10, Gambar 25. dan Gambar 26.. Teknik ini sesuai dengan Roulston Cane 2000 yang ke-3 yaitu memecahkan dinding polen exin dengan enzim, kemudian tipe yang ke-5 yaitu mengikis dinding intin dan menyedot cairan dalam polen melalui tekanan osmotik. Untuk itu perlu dilakukan pembuktian jenis enzim yang mempengaruhinya. Eonycteris spelaea mencerna polen dengan jalan memecahkan dinding polen exin yang masih tebal Lampiran 10, Gambar 27. dengan enzim Lampiran 10, Gambar 28 dan Gambar 29, kemudian memisahkan bagian polen yang berbentuk polyade dengan mengikis lapisan intin Lampiran 10, Gambar 30, namun belum terlihat cairan keluar dari dalam polen. Teknik mencerna polen ini sesuai dengan Roulston Cane 2000 yang ke-3 yaitu mengikis exin dengan enzim. Jenis polen yang ditemukan pada pencernaan Rousettus amplexicaudatus menunjukkan bahwa polen masih tampak pada kondisi exin Lampiran 10, Gambar 31., hal ini dimungkinkan karena sampel yang didapat hanya 1 buah saja sehingga belum bisa diambil runutan proses pencernaan polen. Menurut Roulston Cane 2000 bahwa kandungan protein pada serat polen lebih dari 60, dan mengandung lemak netral, hidrokarbon, terpenoid, dan pigmen carotenoid, dan sering terdapat karbohidrat lengkap sporopolenin, sedangkan kandungan gizi intin terdiri dari selulosa dan pektin serta nutrisi cytoplasmic.

4.2.3.2. Spesifik pemakan buah

Jenis lalai yang masuk dalam golongan spesifik pemakan buah adalah Cynopterus minutus, C. brachyotis, C. sphinx, C. titthaheileus Suyanto 2000. Seluruh jenis polen yang ditemukan pada pencernaan Cynopterus spp. C. minutus, C. brachyotis, C. sphinx, C. titthaheileus menunjukkan bahwa polen mengalami pengikisan pada lapisan exin sehingga nampak lapisan intinnya Lampiran 10, Gambar 32-35. Teknik ini sesuai dengan Roulston Cane 2000 yang ke-3 yaitu memecahkan dinding polen exin dengan enzym. Pada polen tipe inaperture tidak dapat terkonsumsi oleh pencernaan kelelawar. Hal ini diambil kesimpulan karena sampel yang ditunjukkan bahwa polen croton tidak terbelah ataupun keluar isi intinnya Lampiran 10, Gambar 36 dan cenderung polen menjadi hitam Lampiran 10, Gambar 37. Kelelawar yang memakan polen tipe Croton sp. yaitu Cynopterus brachyotis, C. sphinx, dan C. titthaheileus.

4.2.3.3. Wilayah jelajah

Cynopterus minutus, C. brachyotis, C. tithaheileus dan C. sphinx diprediksi bertengger di Kebun Raya Bogor, hal ini dikarenakan kelelawar jenis ini selalu ditemukan sampel di lokasi dan kebiasaan tinggal berada di rerimbunan pohon, celah kulit kayu, palem dan di bawah atap rumah. Kelelawar lalai jenis Rousettus amplexicaudatus, Eonycteris spelaea diprediksi dari goa-goa Kunz Fenton 2003, dan goa terdekat dari Kebun Raya Bogor yaitu Goa Ciampea Suyanto 2001, singgah pada bulan Nopember dan Desember ketika musim bunga [Anacardiaceae] sp.2, Poaceae sp.1, Adenanthera sp., Duabanga sp., Croton sp., [Cyperaceae] sp.2 dan Orchidaceae. Macroglossus sobrinus sering tinggal di pohon pisang dalam populasi yang kecil yaitu 3-5 ekor perkoloni Suyanto 2001 dan memiliki tempat bertengger dalam kisaran 0.5 ± 0.4 ha.Winkelmann et al. 2003, sehingga sulit untuk diambil sampel dengan cara membunuh dikarenakan dapat menurunkan populasi secara drastis. Jenis ini diprediksikan tinggal di Kebun Raya Bogor karena wilayah jelajah untuk Macroglossus sobrinus 5.8 ha Winkelmann et al. 2003, dan rata-rata penggunaan area utama seluas 1.5 ha, sedangkan luas KRB mencapai 87 ha. Pencatatan waktu berbunga di Kebun Raya Bogor dilakukan oleh 4 orang, Data yang dihasilkan nampak tidak lengkap jika dicocokkan dan dirunut dari polen yang ditemukan di pencernaan kelelawar, misalnya jadwal berbunga Ceiba pentandra, dan Ceiba sp.1 serta Ceiba sp. 2 dan Ceiba sp.3. Sehingga peluang kelelawar untuk dijadikan indikator waktu berbunga tanaman menjadi mungkin manakala : 1 jenis kelelawar yang memiliki jangkauan jelajah yang relative luas, karena prediksi bentang sayap yang lebih lebar, serta wilayah jelajah yang lebih luas, 2 tempat bertengger kelelawar relatif tidak berpindah tempat, sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel, 3 jenis kelelawar tersebut spesifik pemakan polen. Dari kriteria ini yang paling mungkin adalah jenis Eonycteris spelaea, hal ini dibuktikan karena polen yang ditemukan berproporsi yang besar dan tipe pola makan spesialis pemakan polen, kemudian lokasi tempat bertengger menetap di goa-goa yang relative tidak berpindah dan mudah diambil sampel, memiliki bentang sayap yang lebar jika dibandingkan Macroglossus sobrinus. Peluang kedua adalah jenis Rousettus amplexicaudatus namun perlu dibuktikan lebih lanjut tentang spesifikasi dalam memakan polen, hal ini dikarenakan sampel yang ditemukan di Kebun Raya Bogor hanya ditemukan 1 jenis polen saja.

4.2.4. Kesamaan Jenis Pakan Lalai