66 dan Nipah Nypa fruticans dapat dilihat pada Lampiran 4, namun jenis yang paling
dominan adalah Bakau Rhizopora spp. Masyarakat di sekitar wilayah pesisir Pulau Belakang Padang, telah mulai
memanfaatkan komunitas mangrove untuk mengambil kayu bakar dapur arang dengan menebang kayu secara tebang pilih, namun ada juga sebagian areal
mangrove dirubah menjadi areal pemukiman. Kesadaran masyarakat Pulau Belakang Padang tentang pentingnya ekosistem mangrove juga masih kurang
karena penduduk sekitarnya juga membuang sampah rumah tangga ke areal pantai di daerah ekosistem mangrove yang pada akhirnya sampah tersebut mengotori
pantai dan laut. Dampak ini juga akan berakibat pada tersedianya sumberdaya ikan di daerah tersebut, karena sampah-sampah tersebut dapat membunuh ataupun
menghambat pertumbuhan ikan. Ditinjau dari struktur dan komunitas vegetasi, terlihat kondisi mangrove di
Pulau Belakang Padang masih cukup baik, dimana hal tersebut ditunjukkan oleh kerapatan pohon dan jumlah jenis pada masing-masing tingkat pertumbuhan.
Disamping itu, habitat mangrove di areal ini cukup ideal bagi habitat burung air. Kondisi substrat mangrove dominan berupa lumpur dan pasir berlumpur, karena
materi sedimen pembentuknya dibawa oleh sungai yang mengalir menuju ekosistem mangrove. Namun banyak juga areal mangrove yang dijadikan areal
pemukiman di tengah areal mangrove dapat dilihat pada Lampiran 5.
6.2. Analisis Keterkaitan Ekosistem Sumberdaya Mangrove dan Penangkapan Udang
67 Analisis keterkaitan antara ekosistem sumberdaya mangrove dengan
penangkapan udang dilakukan untuk melihat apakah ekosistem mangrove mempengaruhi jumlah ketersediaan udang di Pulau Belakang Padang.
Luas ekosistem mangrove di Pulau Belakang Padang pada tahun 2004 adalah 110,5 Ha berdasarkan analisis citra satelit Landsat +7 ETM. Untuk melihat
perubahan luasan mangrove di Pulau Belakang Padang dari tahun 1994- 2004 dilakukan dengan analisis citra satelit Landsat +7 ETM yang disajikan pada Tabel
18. Sedangkan hasil analisis data Citra satelit Landsat +7 ETM Pulau Belakang Padang Tahun 1984-2004 dapat dilihat pada Lampiran 6, 7, 8, 9.
Tabel 18. Perubahan luas ekosistem mangrove dari analisis data satelit di Pulau Belakang Padang Ketersediaan Data Satelit Landsat +7 ETM
Tahun Luas mangrove
Ha 1989 208,6
1992 168,4 1999 164,1
2000 125,9 2002 111,1
2003 99,9 2004 110,5
Sumber : Hasil Analisis Data Satelit Landsat +7 ETM, data diolah 2007 Dengan data satelit yang ada seperti tertera di Tabel 18, untuk mengetahui
luasan mangrove dari tahun 1989-2004 di justifikasi dengan melihat kecenderungan data seperti tersaji pada Tabel 19. Dari Tabel 19 pada tahun 2000 luasan mangrove
nampak menurun karena saat itu terjadi tumpahan minyak “Natuna Sea” di wilayah tersebut yang mengakibatkan rusaknya atau berkurangnya luasan mangrove. Luasan
mangrove pada tahun 1989-2004 digambarkan seperti tersaji pada Gambar 9. Tabel 19. Perubahan luas ekosistem mangrove dari analisis data satelit di Pulau
Belakang Padang Tahun 1989 - 2004 Tahun Luas
Mangrove Ha
Prosentase perubahan
Tahun Luas Mangrove
Ha Prosentase
perubahan 1989 208,6 -5,036
1997 165,9
-0,302
68 1990 198,6 -5,302
1998 165,4
-0,792 1991 188,6 -11,995
1999 164,1
-30,342 1992 168,4 -0,297
2000 125,9
-6,245 1993 167,9 -0,299
2001 118,5
-6,660 1994 167,4 -0,299
2002 111,1
-11,211 1995 166,9 -0,300
2003 99,9
9,593 1996 166,4 -0,301
2004 110,5 -
Sumber : Hasil Analisis Data Satelit Landsat +7 ETM, data diolah, 2007
Perubahan Luas Mangrove
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
1990 1995
2000 2005
Tahun L
u as M
a n
g ro
ve
Luas Mangrove Ha
Expon. Luas Mangrove Ha
Dari hasil analisis tersebut diperoleh informasi penyusutan luas mangrove dari 208,6 ha 1989 menjadi 110,5 ha 2004. Terlihat dari trendline luas mangrove
setiap tahunnya mengalami penyusutan. Jika penyusutan dibiarkan terus, maka dikhawatirkan dalam 30 tahun mendatang ekosistem mangrove akan punah dan
terjadi depresiasi sumberdaya yang akan menyebabkan jumlah produksi udang dan habitat lainnya akan menurun. Dampaknya akan membuat nelayan sulit
mendapatkan hasil tangkapan dan berpengaruh terhadap kesejahteraan nelayan. Perubahan luas mangrove yang terus terdegradasi tidak hanya karena adanya
tumpahan minyak atau masyarakat sekitar yang memanfaatkan untuk kebutuhan kehidupan namun yang paling utama areal mangrove tersebut digunakan untuk
pemukiman. Perubahan luas pemukiman tersaji pada Tabel 20. Tabel 20. Perubahan Luas Pemukiman dari analisis data satelit di Pulau Balakang
Padang Gambar 9. Grafik luasan mangrove pada tahun 1989-2004 dan Trendline
69 Tahun
Luas Pemukiman Ha 1989 103.08
1992 136.92 1999 112.84
2000 194.36 2002 195.44
2003 198.42 2004 282.61
Sumber : Hasil Analisis Data Satelit Landsat +7 ETM, data diolah 2007 Dari Tabel 20 terlihat luas pemukiman dari tahun ke tahun semakin luas
berarti tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pemukiman semakin tinggi diperkirakan karena jumlah penduduk yang semakin meningkat, jika pemerintah
daerah setempat tidak mengatur peruntukkan tata guna lahan dapat diprediksi ekosistem mangrove akan terus terdegradasi. Perubahan luas pemukiman dapat
dilihat pada Gambar 10.
Pulau Belakang Padang memiliki produksi udang pada tahun 2004 sebesar 37,73 ton dengan upaya penangkapan menggunakan alat tangkap Trammel net
sejumlah 2.144 trip. Untuk menangkap udang di Kecamatan Belakang Padang hanya menggunakan alat tangkap trammel net jaring udang, dengan jumlah alat
tangkap sebanyak 53 unit. Perkembangan produksi, jumlah trip dan alat tangkap trammel net pada tahun 1994-2004 dapat dilihat pada Tabel 21. Sedangkan grafik
hubungan luas mangrove dan udang dapat dilihat pada Gambar 11.
H u b u n g a n p ro d u k s i u d a n g d a n lu a s m a n g ro v e
4 5 .0 0 5 5 .0 0
6 5 .0 0 7 5 .0 0
u ksi
u d
an g
P ro d uk s i Ud a ng to n
L ine a r P ro d uk s i
Perubahan Luas Pemukiman
100.00 120.00
140.00 160.00
180.00 200.00
220.00 240.00
260.00 280.00
300.00
1988 1992
1996 2000
2004
Tahun Luas P
e m
u ki
m a
n H
a
Luas Pemukiman Linear Luas
Pemukiman
Gambar 10. Grafik luasan pemukiman pada tahun 1989-2004 dan Trendline
Hubungan produksi udang dan luas mangrove
70 Tabel 21. Perkembangan produksi udang dan alat tangkap Trammel Net di
Kecamatan Belakang Padang pada Tahun 1994-2004
Tahun Produksi Udang Ht ton
Effort Et trip Jumlah alat tangkap Trammel net unit
1994 70,75 2206
6 1995 67,15
2227 10
1996 64,58 2103
18 1997 59,83
2056 20
1998 59,44 2414
38 1999 64,84
2054 46
2000 54,31 2155
44 2001 51,74
2151 42
2002 24,13 2148
40 2003 17,01
2146 43
2004 37,73 2144
53
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Batam, 2005 data diolah Hubungan antara produksi harvest, upaya penangkapan effort dan luas
mangrove dapat diestimasi setiap tahun, upaya penangkapan yang dilakukan one day fishing
pulang-pergi dalam satu hari hanya melakukan penangkapan di sekitar perairan Pulau Belakang Padang. Dalam penelitian ini regresi yang dilakukan dari
data periode tahun 1994-2004, hasil dari estimasi parameter biologi mengikuti determinasi kombinasi dari
α, r, dan q yang merupakan hasil dari perbandingan tetap dari model, dengan menggabungkan juga nilai dari parameter ekonomi p dan c
dapat mensimulasi efek tetap dari perubahan luas mangrove dalam ekuilibrium produksi dan TR dari perikanan udang pada tahun 1994-2004.
Analisis yang
Gambar 11. Grafik hubungan produksi udang dengan luas mangrove
71 dilakukan diasumsikan stock udang konstan dimana X
t
= X
t+1
= X. Hasil analisis regresi hubungan antara produksi udang, upaya penangkapan effort dan luas
mangrove seperti dalam Tabel 22. Data sebagai bahan analisis regresi dan hasil analisis regresi secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 10.a dan 10.b.
Tabel 22. Hasil Analisis Regresi hubungan antara produksi udang, upaya penangkapan effort dan luas mangrove
Variabel Estimasi Parameter
Standard Error T- statistik
Mangrove area M X Effort E Effort Squared E
2
R
2
:
0.806
Adjusted R
2
: 0.758
0.0268 -1.141E-05
0.004682636 6.95589E-06
5.728223179 -1.641346651
Sumber : Analisis regresi data diolah 2007 Hasil analisis diatas dimasukkan dalam persamaan :
2 2
2 2
E r
q EM
q E
r q
M qEK
h −
= −
= α
Sehingga
2
05 141
, 1
0268 ,
E E
EM h
− −
− =
= 0,0268EM +1,141E-05 E
2
Model analisis tersebut artinya jika luas hutan mangrove di Pulau Belakang Padang sebesar 110,5 ha atau 1,105 km
2
dengan rata-rata upaya penangkapan effort sebesar 2164 berarti udang yang dapat diproduksi sebesar 10.621 kg per
tahun. Bila harga udang yang ada di Pulau Belakang Padang sebesar Rp 30.000,00kg, maka manfaat hutan mangrove tersebut sebesar Rp 318.630.000,00.
Marjinal produktivitas dari mangrove area MP
M
adalah 57,994 ton per km
2
, artinya perubahan setiap satu-satuan luas mangrove per 1 km
2
akan berdampak pada produksi udang sebesar 57,994 ton. Sedangkan marjinal produktivitas dari upaya
penangkapan MP
E
adalah 0,085 ton per trip kapal trammel net, artinya perubahan setiap satu-satuan upaya penangkapan effort per trip kapal trammel net
menunjukkan perubahan produksi udang sebesar 0,085 ton. Plot hubungan perubahan luas mangrove terhadap perubahan produksi udang dapat dilihat pada
72 Gambar 12. Hasil pemecahan analitik melalui program Maple 9.5 untuk marjinal
produktivitas mangrove dan produktivitas effort dapat dilihat pada Lampiran 11.
Hubungan perubahan luas mangrove terhadap perubahan produksi udang adalah linear yang berarti jika terjadi perubahan luas mangrove yang positif
semakin bertambah, maka perubahan hasil produksi udang juga bernilai positif meningkat.
Penghitungan hubungan keterkaitan mangrove dan udang juga telah dilakukan di Negara Mexico dan Thailand, sebagai perbandingan terhadap hasil penelitian di
Batam, Indonesia seperti yang tersaji pada Tabel 23. Tabel 23. Perbandingan Marjinal Produktivitas dari mangrove area MP
M
dan Marjinal produktivitas upaya penangkapan MP
E
di 3 Negara Batam,
Indonesia 1994-2004
Campeche, Mexico 1980-1990
Barbier Strand, 1998 Southern, Thailand
1983-1993 Barbier, Strand
Sathirathai, 2002 MP
M
57,994 ton per km
2
24,7 ton per km
2
15,22 ton per km
2
MP
E
0,085 ton per trip kapal trammel net
0,997 ton per vessel 14,093 ton per thousand
hours Gambar 12. Plot hubungan perubahan luas mangrove terhadap perubahan produksi udang MP
M
73 Pada saat open access, dengan asumsi tanpa keuntungan zero profit pada
jangka panjang dengan memasukkan nilai harga p dengan biaya c dan dengan mengkombinasikan nilai dari estimasi parameter b
1
dan b
2
dari hasil analisis regresi seperti pada Tabel 22 dan juga dengan perhitungan struktur biaya penangkapan
udang dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen IHK di Kecamatan Belakang Padang seperti tersaji pada Lampiran 12. Dapat diketahui pada tahun
1994-2004 di Pulau Belakang Padang, area mangrove yang mengalami decline marjinal km
2
akan kehilangan produksi udang sebesar 31,28 metric tons dan mengalami kehilangan pendapatan revenue sebesar Rp 954.758.883,00 setiap
tahun, seperti tersaji pada Tabel 24 dan hasil simulasi dari efek hilangnya luasan mangrove secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 13.
Tabel 24. Hasil Simulasi dari Efek Kehilangan Mangrove saat Ekuilibrium open access
di Pulau Belakang Padang, pada Periode Tahun 1994-2004
Tahun Year
Luas Mangrove
Ha Produksi
Udang h ton
Price P Riil Rp1000Ton
Cost C RpPerahu
TR =Priil.h 1994 168,4
70,75 430997,81 26103,75
30492771.73 142.29 613282 1995 168,4
67,15 1801068,90
29931,04 120949003 39.04 703201
1996 164,1 64,58
2380878,39 31077.69
153767157.2 30.67 730140 1997 164,1
59,83 1363084,72
32462.58 81548339.24 55.95 762677
1998 164,1 59,44
5156846,90 37721.03
306546776.3 17.19 886219 1999 164,1
64,84 9318636,83
51139.70 604239511.5 12.89 1201478
2000 125,9 54,31
14685567,45 50579.23
797499975.3 8.09 1188310 2001 111,1
51,74 11439772,46
50426.69 591839107.1 10.36 1184726
2002 111,1 24,13
10137388,36 52368.61
244599096.8 12.14 1230350 2003 99,9
17,01 15017891,14
51369.37 255474814.5 8.04
1206873 2004 110,5
37,73 10728315,75
33842.32 404770504.4 7.41 795092
Rata- rata
141,06 51,96 7496404,43 40638.36
326520641.55 31.28 954758.88
Sumber : Hasil Analisis Februari, 2007
Hasil analisis ini menggambarkan dengan mengkonversi lahan ekosistem mangrove baik untuk lahan budidaya, sebagai tempat tinggal perumahan atau
sebagai wilayah industri akan berdampak negatif pada ketersediaan udang, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat pendapatan nelayan itu sendiri. Hasil
Perubahan pada Ekuilibrium
Produksi dh Metric tons
Perubahan pada Ekuilibrium
Revenue pdh Rp1000
74 simulasi dari analisis ini untuk masa mendatang dapat diindikasikan bagaimana nilai
ekonomi akan hilang karena adanya efek perubahan peruntukkan lahan ekosistem mangrove pada pengelolaan perikanan yang bersifat open access dalam jangka
panjang. Hubungan TR Total Revenue atau pendapatan total, luas mangrove, effort dan produksi udang dapat dilihat pada Gambar 13.
Nilai optimal dari produksi udang adalah 63,790 ton pada tahun 1999, luas mangrove optimal adalah 117, 368 Ha pada tahun 1999, nilai TR pendapatan
optimal adalah Rp 462.719.000.000,00 pada pertengahan tahun 2000 dan nilai Gambar 13. Trendline hubungan TR total revenue, luas mangrove, effort dan produksi udang
Mt = -2.8749x
2
+ 36.738x + 46.234 R
2
= 0.4182 Ht = -1.3179x
2
+ 15.576x + 17.768 R
2
= 0.467 TR = -10.057x
2
+ 172.62x - 278 R
2
= 0.5472 Et = -2.988x
2
+ 46.78x + 56.18 R² = 0.476
-200 200
400 600
800
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Luas Mangrove Ha Produksi Udang ton
TR Rp1000.000.000 Effort 10 trip
Poly. Luas Mangrove Ha Poly. Produksi Udang ton
Poly. TR Rp1000.000.000 Poly. Effort 10 trip
75 effort optimal adalah 2.393 trip pada pertengahan tahun 2000. Penghitungan nilai
optimal dapat dilihat pada Lampiran 14.
6.3 Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove