Batasan dan Pengukuran METODOLOGI

38 dari pustaka dan didukung dengan hasil pengukuran dari lapang yang sudah dianalisis.

4.5 Batasan dan Pengukuran

Beberapa batasan dan pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : • Ekosistem mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur dan pantai berpasir. • Citra Landsat adalah salah satu jenis citra satelit berresolusi sedang dengan ukuran 30m x 30 m, yang memiliki cakupan areal 180 km x 180 km akan digunakan untuk menghitung luasan mangrove per periode. • Vector adalah bentuk gambar berupa line point dan area yang di- representasikan sebagai gambar di komputer dengan menggunakan algoritma matematik sehingga gambar tidak akan pernah terlihat bentuk minimumnya, meskipun di zoom di perbesar beberapa kali. • Raster adalah bentuk gambar berupa line point dan area yang di- representasikan sebagai gambar di komputer dengan menggunakan satuan terkecil pixel picture element dimana mempunyai batas minimum ketajaman gambar atau resolusi tergantung pixel yang ada. • Pada penghitungan luas mangrove, tidak memperhitungkan kerapatan mangrove, karena yang diteliti adalah satu-satuan panjang pantai wilayah administratif di Pulau Belakang Padang. • Manfaat langsung Direct Use Value adalah manfaat yang dapat diperoleh secara langsung dari ekosistem hutan mangrove, misalnya kayu bakar, tegakan 39 pohon, arang kayu, sumberdaya perikanan sebagai penyedia umpan, pariwisata, dan pendidikan. • Manfaat tidak langsung Indirect Use Value adalah manfaat yang diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak langsung, misalnya ekoistem mangrove sebagai pemecah gelombang, daerah pemijahan, asuhan dan mencari makan, sebagai penyimpan karbon. • Manfaat pilihan Option Value adalah nilai yang menunjukkan kesediaan seseorang individu untuk membayar demi kelestarian sumberdaya bagi pemanfaatan di masa depan, didekati dengan nilai keanekaragaman hayati biodiversity hutan mangrove Indonesia. Dihitung berdasarkan nilai tukar rata-rata US terhadap rupiah jual dan beli pada saat penelitian. • Nilai pasar yaitu digunakan untuk merupiahkan komoditas-komoditas yang langsung dapat dipasarkan. Pendekatan ini terutama untuk menilai manfaat langsung ekosistem hutan mangrove, yaitu hasil hutan dan hasil perikanan. • Harga bukan pasar non market price : pendekatan ini digunakan bila mekanisme pasar gagal memberikan nilai pada komponen sumberdaya yang diteliti, misalnya karena komponen tersebut belum memiliki pasar. Cara ini digunakan untuk merupiahkan nilai manfaat tidak langsung MTL ekosistem hutan mangrove. • Valuasi ekonomi digunakan untuk mengkuantifikasi manfaat keberadaan dari ekosistem yang diteliti. • Harga ikan nominal adalah harga rata-rata tahunan dari penangkapan udang dari tahun 1994 – 2004, sedangkan harga riil merupakan harga yang telah dijustifikasi dengan menggunakan indeks harga konsumen IHK pada periode yang sama. 40 • Biaya penangkapan udang cost per unit effort adalah biaya total yang dikeluarkan untuk melakukan penangkapan udang per tahun per unit effort trammel net.

V. KEADAAN UMUM WILAYAH KOTA BATAM DAN KECAMATAN BELAKANG PADANG

5.1 Letak Geografis, Administrasi dan Batas Wilayah

Secara geografis, Kota Batam terletak antara 0 55’ - 1 55’ Lintang Utara dan 103 45 ’ - 104 10 ’ Bujur Timur. Berdasarkan Undang-undang nomor 53 Tahun 1999 memiliki total luas wilayah 1.570,35 km 2 . Batas-batas wilayah Kota Batam secara administratif meliputi : sebelah Utara berbatasan dengan Selat Singapura, sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Wilayah Kecamatan Senayang Kabupaten Selingsing, sebelah Barat berbatasan langsung Kecamatan Karimun dan Kecamatan Moro Kabupaten Karimun, dan sebelah Timur berbatasan Kecamatan Bintan Utara dan Bintan Selatan Kabupaten Kepulauan Riau. Secara administrasi berdasarkan Undang-Undang No 53 tahun 1999 Kotamadya Administratif Batam berubah menjadi Kota Batam dengan membawahi 8 kecamatan dan 51 kelurahan. Dengan berlakunya Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 4 Tahun 2002 perubahan status desa menjadi kelurahan dengan rincian yang dapat dilihat pada Tabel 2. Sebelum terbentuknya Kotamadya Batam, awalnya merupakan Kecamatan Batam dengan ibukota pusat pemerintahan di Belakang Padang yang termasuk wilayah administratif Kabupaten tingkat II Kepulauan Riau. Sejak dikeluarkannya PP No. 34 tahun 1983 tanggal 27 Desember 1983, Wilayah Kecamatan Batam di pecah menjadi 3 Kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Belakang Padang yang terdiri dari 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Terong, Kelurahan Pecong, Kelurahan Kasu, Kelurahan Pemping dan Kelurahan Belakang Padang. Nama Kecamatan Belakang Padang diambil dari nama sebuah pulau yang terletak di Kecamatan Batam.