Peran Masyarakat dan Pihak Terkait dalam Pengelolaan Sampah Jakarta Regulasi Pengelolaan Sampah Jakarta terhadap Perilaku Masyarakat

8 Tabel 2.4 Jumlah Armada Truk Pengangkut Sampah Tahun 2011 Suku Dinas Jumlah Armada Jakarta Selatan 138 Jakarta Timur 164 Jakarta Pusat 152 Jakarta Barat 177 Jakarta Utara 142 DKI Jakarta 75 Total 848 Sumber : Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2015 data diolah Kekurangan armada pengangkut sampah ini terjadi karena penanganan lebih memberi porsi besar kepada swasta. Akibatnya pemerintah bergantung pada swasta. Karena model pengelolaan sampah tersebut tidak mengupayakan peremajaan armada truk yang dimiliki. Awal tahun 2014 Pemprov DKI Jakarta melakukan pemutusan kontrak kerja dengan swasta, namun hal ini justru membuat semakin berkurangnya armada pengangkut sampah. Sejak masa kontrak swasta berakhir tahun 2014. Produksi sampah cenderung meningkat namun armada pengangkut sampah justru berkurang karena truk-truk swasta tidak beroperasi lagi. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan penambahan armada pengangkut sampah. Tahun 2013 Pemprov DKI melakukan penambahan sebesar 92 truk dan tahun 2014 melakukan pengadaan truk sampah sebanyak 149 truk. Selain masalah armada pengangkut sampah, masalah lain adalah kapasitas tempat penampungan depo sampah. Kapasitas tempat penampungan sementara sampah TPS di Jakarta terbatas. Tahun 2013 total terdapat 7.707 Rukun Warga RW, sedangkan jumlah TPS hanya 191. Akibatnya seringkali terjadi penumpukan sampah yang menggunung di TPS- TPS tersebut dengan rata-rata 140 ton sampah per TPS. Selain itu, konsep pembangunan TPS tersebut tidak sesuai standar karena tidak ada buffer zone, pengolahan lindilicid, serta tidak ada penyemprot bau. Saat ini Dinas Kebersihan tengah mengupayakan menambah jumlah TPS. Namun, terkendala lahan yang akan digunakan.

2. Peran Masyarakat dan Pihak Terkait dalam Pengelolaan Sampah Jakarta

Permasalahan sampah Jakarta perlu mendapat perhatian dari beberapa pihak. Saat ini permasalahan sampah masih dibebankan kepada pemerintah. Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga sebagian besar belum bisa terangkut sepenuhnya oleh 9 petugas kebersihan. Untuk itu diperlukan peran serta dari masyarakat dalam mengatasi masalah sampah dengan berperilaku pro lingkungan. Peran serta masyarakat dalam mengurangi sampah yang dihasilkan dapat dilakukan dengan memilahnya terlebih dahulu. Pengelolaan sampah dalam rumah tangga idealnya harus dipilah terlebih dahulu sebelum dibuang. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses pengelolaan sampah pada tahap berikutnya. Namun kesadaran masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga sangatlah rendah. Tercermin dari indikator perilaku perduli lingkungan hidup tahun 2014, 88,65 rumah tangga di Jakarta tidak memilah sampah rumah tangganya Badan Pusat Statistik 2014. Sedangkan 3,39 rumah tangga memilah sampahnya lalu dimanfaatkan dan sisanya 7,95 rumah tangga memilah sampahnya lalu di buang Lihat Grafik 2.2. Tingginya presentase rumah tangga yang tidak memilah sampah ini memiliki beberapa alasan. Terdapat beberapa alasan masyarakat tidak memilah sampah rumah tangganya. Alasan utama adalah malas, tidak tahu, tidak ada gunanya, tidak ada fasilitas dan tidak ada peraturan. Berdasarkan data indikator perilaku perduli lingkungan hidup tahun 2014, 51,95 masyarakat Jakarta tidak memilah sampah rumah tangganya karena malas atau tidak ada waktu Badan Pusat Statistik 2014. Keadaan ini mendorong masyarakat untuk langsung membuang sampahnya, bahkan banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan.

3. Regulasi Pengelolaan Sampah Jakarta terhadap Perilaku Masyarakat

Kesadaran masyarakat Jakarta terhadap permasalahan sampah masih rendah. Meskipun telah disediakan tempat sampah namun sebagian besar masyarakat malas membuang sampah pada tempatnya. Akibatnya masyarakat masih membuang sampahnya secara sembarangan. Regulasi yang berkaitan dengan masalah sampah di Jakarta cukup banyak. Namun aturan yang ada tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Regulasi larangan membuang sampah sembarangan diterbitkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013. Namun regulasi tersebut tidak mengubah kebiasaan buruk masyarakat. Perda tersebut menyebutkan bahwa setiap orang dengan sengaja atau terbukti membuang sampah di sungai, taman atau tempat umum dikenakan denda Rp 500.000,00 Lima ratus ribu rupiah. Namun hal tersebut masih dilanggar oleh masyarakat, buktinya sampah- sampah masih saja tertumpuk di kolong jembatan, selokan bahkan sungai-sungai. 10 Akibatnya terjadi banjir disetiap musim hujan tiba. Selain itu sampah-sampah yang tertumpuk menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal tersebut di sebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat serta belum ada pengawasan yang dilakukan oleh dinas terkait.

4. Dampak Ketidakefektifan Pengelolaan Sampah Jakarta terhadap Lingkungan