Faktor-faktor yang Mempengaruhi Publikasi Sustainability Report

23 e. Tanggung jawab produk Berisi pelaporan produk yang dihasilkan perusahaan dan layanan yang secara langsung mempengaruhi pelanggan, yaitu kesehatan dan keamanan, informasi dan pelabelan, pemasaran, dan privasi. f. Sosial Berisi kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, apa saja yang sudah dilakukan dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Publikasi Sustainability Report

Adams 2002 dalam Setthasakko arreya 2013 menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial dan lingkungan yang diteliti dalam literatur sebelumnya telah dibagi menjadi tiga kategori: 1. Karakteristik Perusahaan Ukuran perusahaan dan kelompok industri muncul menjadi variabel penting yang mempengaruhi tingkat dan kualitas pengungkapan Umumnya, perusahaan besar, memiliki kinerja ekonomi yang baik dan beroperasi di industri lingkungan yang-sensitif lebih cenderung untuk mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan. 2. Faktor Kontekstual Umum Sifat dan tingkat pengungkapan dipengaruhi adanya perbedaan di negara- negara, khususnya budaya, tingkat peraturan yang menuntut tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan kekuatan dari kelompok pengawas. Studi sebelumnya menemukan bahwa perusahaan memberikan laporan 24 keberlanjutan terutama untuk meringankan kekhawatiran dari pemerintah dan pemangku kepentingan lain seperti kreditor dan pemegang saham. Pengungkapan lingkungan juga ditemukan meningkat seiring pemberitaan peristiwa lingkungan yang negatif atau terjadinya denda dan tuntutan hukum lembaga perlindungan lingkungan. 3. Faktor Kontekstual Internal Tidak banyak penelitian sebelumnya yang meneliti hal ini. Faktor-faktor yang diteliti dalam literatur sebelumnya sampai saat ini adalah proses internal etika, sosial dan lingkungan pelaporan dan sikap terhadap pengaruh keefektifan pengungkapan, kualitas, kuantitas dan komprehensif pelaporan perusahaan Adams, 2002. Selain itu, ada hubungan positif antara keberadaan komite pelaporan sosial perusahaan dan jumlah pengungkapan sosial Cowen et al, 1987. Berdasarkan grand theory dalam penelitian ini, yaitu teori stakeholder dan teori legitimasi, diikuti dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial dan lingkungan yang diteliti dalam literatur sebelumnya, maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi publikasi Sustainability Report yaitu :

1. Karakteristik Perusahaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2006, karakteristik adalah ciri- ciri khusus; mempunyai sifat khas kekhususan sesuai dengan perwatakan tertentu yang membedakan sesuatu orang dengan sesuatu yang lain. Karakteristik perusahaan merupakan ciri-ciri khusus yang melekat pada 25 perusahaan, menandai sebuah perusahaan dan membedakannya dengan perusahaan lain. Menurut Mirfazil dan Nurdiono 2007 dampak lingkungan perusahaan tergantung pada jenis atau karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan yang menghasilkan dampak lingkungan hidup yang tinggi akan menuntut pemenuhan tangung jawab lingkungan yang tinggi pula. Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor kualitas pengungkapan Lang and Lundholm, 1993 dalam Rosmasita, 2007. Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda antara entitas yang satu dengan yang lain. Karakteristik perusahaan dapat berupa ukuran perusahaan size, leverage, basis perusahaan, jenis industri, serta profil dan karakteristik lainnya Marwata, 2001. Berikut ini proksi karakteristik perusahaan yang diduga memiliki hubungan dengan publikasi Sustainability Report : a. Profitabilitas Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan entitas dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan ekuitas Kamil dan Herusetya, 2012. Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan profit tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru, kemudian cenderung memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya. Tingkat profit yang tinggi akan menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan memerlukan 26 pengungkapan yang lebih luas dalam memenuhi kebutuhan informasi sesuai kebutuhan masing-masing pengguna Suryono dan Prastiwi, 2011. Menurut Almilia 2008, perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi cenderung untuk mengungkapkan informasi lebih banyak karena ingin menunjukkan kepada publik dan stakeholder bahwa perusahaan memiliki tingkat profitabilitas tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain. Beberapa pengukuran dalam menghitung rasio profitabilitas:

1. Laba Bersih atas Penjualan Net Profit Margin NPM

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui penjualan. Cara menghitung NPM adalah dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih. = Menurut Kasmir 2002 menyatakan bahwa perusahaan dikatakan baik jika NPM yang dimiliki oleh perusahaan diatas rata-rata industri pada umumnya yakni di atas 20. 2. Pengembalian Atas Total Aktiva Return On total Asset ROA Pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sebelum bunga dan pajak terhadap rata- rata total aktiva. Rasio ini menilai efektivitas dan intensitas aktiva dalam menghasilkan laba. 27 ROA = EBIT Total Aktiva Menurut Kasmir 2002, rata-rata industry untuk ROA adalah 30. Perusahaan dikatakan baik jika mampu mencapai ROA di atas rata-rata industri. 3. Pengembalian Atas Total Ekuitas Return On total Equity ROE Pengembalian atas total ekuitas dihitung dengan rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. ROE = EAT Total Aktiva Menurut Kasmir 2002, perusahaan dikatakan baik jika ROE yang dimiliki oleh perusahaan diatas rata-rata industri pada umumnya yakni di atas 40. b. Likuiditas Aktiva likuid liquid asset adalah aktiva yang diperdagangkan dalam suatu pasar yang aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan menggunakan harga pasar yang berlaku Brigham dan Houston, 2009. Menurut Almilia 2007, tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena 28 ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel. Rasio likuiditas yang sering digunakan: 1. Rasio Lancar Current Ratio CR Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau hutang lancarnya. CR = Asset lancar Kewajiban lancar 2. Rasio Cepat Quick RatioAcid Test ratio Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan Kasmir, 2002. = Aktiva Lancar Persediaan Kewajiban Lancar c. Leverage Rasio leverage dapat diartikan sebagai besarnya aktiva perusahaan yang didanai dengan pendanaan dari pihak luar. Rasio leverage menggambarkan bagaimana suatu perusahaan dapat membayar semua kewajibannya baik yang jangka pendek maupun jangka panjang Brigham dan Houston, 2009. Tingkat 29 rasio leverage yang semakin tinggi menyebabkan peluang yang semakin besar bagi perusahaan untuk melanggar kontrak utang sehingga memicu manajer dalam melaporkan laba sekarang yang lebih tinggi dibandingkan laba di masa mendatang Anggraini, 2008. Menurut Belkoui dan Karpik 1989, keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial, akan diikuti pengeluaran untuk pengungkapan yang dapat menurunkan pendapatan. Artinya, leverage memberikan respon yang buruk bagi para stakeholder. Ada beberapa pengukuran yang digunakan dalam menghitung leverage, yaitu: 1. Rasio Hutang Terhadap Aktiva Debt to Asset Ratio DAR Rasio hutang terhadap aktiva dihitung dengan membagi total hutang terhadap total aktiva. Rasio ini mengukur jumlah aktiva yang didanai dengan hutang. DAR = Total utang Total Aktiva 2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas Debt to Equity Ratio DER Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan modal sendiri dalam menjamin hutang. 30 DER = Total utang Total Ekuitas 3. Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga Time Interest Earned Ratio Rasio kelipatan pembayaran bunga dihitung dengan membagi jumlah laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar beban bunga. = EBIT Beban Bunga d. Aktifitas Perusahaan Rasio aktivitas mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Tingginya rasio aktivitas perusahaan mencerminkan kemampuan dana yang tertanam dalam perputaran seluruh aktivanya pada suatu periode tertentu Setiawan, 2005 dalam Suryono dan Prastiwi, 2011. Semakin tinggi rasio mancerminkan semakin baik manajemen mengelola aktivanya, yang berarti semakin efektif perusahaan dalam penggunaan total aktiva. Semakin efektif tindakan-tindakan perusahaan dalam pengeloaan dana, maka perusahaan akan memiliki kecenderungan untuk mencapai kondisi keuangan yang semakin stabil dan kuat. Kondisi keuangan yang semakin kuat merupakan cerminan upaya yang dilakukan perusahaan untuk mencari dukungan stakeholder dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya 31 Suryono dan Prastiwi, 2011. Aktivitas perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan bebarapa analisis rasio, yaitu: 1. Rasio Perputaran Persediaan ITO = Inventory Turnover Rasio perputaran persediaan atau Inventory turnover ratio mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagangan. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. = Penjualan Inventory 2. Rasio Perputaran Total Aktiva TAT = Total Assets Turnover Rasio Perputaran Total Aktiva Total Assets Turnover ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. = Penjualan Total Aset 32 e. Ukuran Perusahaan Ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi perusahaan. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar umumnya memiliki jumlah aktiva yang besar, penjualan besar, skill karyawan yang baik, sistem informasi yang canggih jenis produk yang banyak, struktur kepemilikan yang lengkap, sehingga memungkinkan dan membutuhkan tingkat pengungkapan secara luas Luthfia 2012. Perusahaan besar mempunyai biaya informasi yang rendah, kompleksitas dan dasar kepemilikan yang lebih luas dibanding perusahaan kecil sehingga perusahaan besar cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas Rosmasita dalam Suryono dan Prastiwi, 2011. Ukuran perusahaan sering diukur dengan menggunakan jumlah karyawan, nilai total aset, volume penjualan, dan penjualan bersih Adikara, 2011. f. Tipe Industri Tipe industri dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu industri high- profile dan low-profile. Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high- profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low-profile. Hal ini dikarenakan masyarakat umumnya lebih sensitif terhadap industri high-profile karena kelalaian perusahaan dalam penanganan proses produksi dan hasil produksi dapat membawa akibat yang fatal bagi masyarakat sehingga perusahaan lebih sensitif terhadap keinginan konsumen. 33 Sedangkan perusahaan yang low-profile tidak terlalu mendapat sorotan luas dan lebih ditoleransi masyarakat luas manakala melakukan kesalahan. Roberts 1992 dalam Hackston dan Milne 1996 mendefinisikan industri yang high-profile sebagai industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Preston 1977 dalam Hackston dan Milne 1996 mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain.

2. Corporate Governance

Komite Nasional Kebijakan Governance 2006 mendefinisikan Corporate Governance dengan pencapaian keberhasilan usaha dan juga cara untuk memantau kinerja pencapaian sasaran keberhasilan usaha tersebut. Corporate Governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer Rustiarini, 2012. Menurut OECD Organization for Economic Cooperation and Development, corporate governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Terdapat beberapa prinsip dalam implementasi good corporate governance GCG. Menurut pedoman umum good corporate governance Indonesia, terdapat lima prinsip utama yang terkandung dalam good corporate governance yaitu transparency, accountability, responsibility, independency serta fairness. Lima prinsip utama yang terkandung dalam good corporate governance tersebut yang 34 akan dijabarkan sebagai berikut : 1 Transparency keterbukaan informasi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan, termasuk tentang kegiatan CSR. 2 Accountability akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3 Responsibility pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan dengan prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. 4 Independency kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5 Fairness kesetaraan dan kewajaran, yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Proksi Corporate Governance yang diduga memiliki hubungan dengan publikasi Sustainability Report: a. Komite Audit Komite audit merupakan komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit ekternal, internal auditor serta 35 anggota independen, yang memiliki tugas untuk memberikan pengawasan auditor, memastikan manajemen melakukan tindakan korektif yang tepat terhadap hukum dan regulasi Jati, 2009 dalam Suryono dan Prastiwi, 2011. Berdasarkan keputusan Bapepam Nomor Kep-643BL2012 disebutkan bahwa komite audit mengadakan rapat secara berkala paling kurang satu kali dalam 3 tiga bulan. Rapat dilaksanakan untuk melakukan koordinasi agar efektif dalam menjalankan pengawasan laporan dan pelaksanaan corporate governance perusahaan agar menjadi semakin baik Suryono dan Prastiwi, 2011. b. Dewan Komisaris Menurut Mulyadi 2002 dewan komisaris merupakan wakil dari para pemegang saham yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen dan mencegah pengendalian yang terlalu banyak di tangan manajemen. Dewan komisaris bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen telah memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern. Teori Coller dan Gregory 1999 dalam Sembiring 2006 menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer CEO dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar mengungkapkannya. c. Dewan Direksi 36 Dewan direksidewan direktur merupakan seseorang yang ditunjuk untuk memimpin Peseroan Terbatas PT, dapat berasal dari seseorang yang memiliki perusahaan tersebut ataupun orang profesional yang ditunjuk oleh pemilik usaha. Dewan direksi bertindak sebagai aspek sistem pengendalian dalam suatu perusahaan, memiliki peran ganda yaitu sebagai monitoring dan pengambil keputusan Fama dan Jensen, dalam Dilling, 2009. Dalam penerapannya, pelaksanaan GCG sangat bergantung pada fungsi- fungsi dari dewan direksi yang dipercaya sebagai pihak yang mengurus perusahaan. Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara penuh dalam mengelola perusahaan. Semakin tinggi frekuensi rapat antara anggota dewan direksi, mengindikasikan semakin seringnya komunikasi dan koordinasi antar anggota sehingga lebih mempermudah untuk mewujudkan good corporate governance Suryono dan Prastiwi, 2011. d. Governance Committee Suryono 2011 menjelaskan bahwa penciptaan good corporate governance suatu perusahaan dapat diwujudkan salah satunya melalui pembentukan dan penunjukkan anggota governance commitee yang kompeten dan berkualitas. Governance committee adalah komite yang terdiri dari beberapa anggota dewan direksi. Gagasan pembentukan komite ini pada awalnya, merupakan keharusan bagi perusahaan berdasarkan Undang-Undang Sarbanes- Oxley 2002 di Amerika Serikat. Tujuan dari governance committee adalah melakukan pengawasan terhadap efektivitas pengendalian internal perusahaan atas laporan keuangan. Hidayah 2008 dalam Suryono 2011 menjelaskan 37 bahwa Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk mendorong penerapan GCG, antara lain membentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance KNKCG yang telah mengeluarkan Pedoman GCG dan pada tahun 2004, KNKCG diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti hanya mengambil enam variabel independen yaitu Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Dewan Direksi, Komite Audit, serta Governance Committee. Penelitian ini melanjutkan dari beberapa penelitian sebelumnya dengan beberapa perubahan dan eliminasi variable serta menggabungkan peneliti-peneliti Sustainability Report terdahulu berdasarkan research gap.

2.4 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

0 38 78

Pengaruh Corporate Governance Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sustainability Report: Studi Empiris Pada Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

0 16 114

Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance terhadap publikasi Sustainability Report (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011)

3 14 141

PERAN CORPORATE GOVERNANCE DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010 2011

0 17 191

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN GOOD Pengaruh Karakterisitk Perusahaan dan Good Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2015).

0 3 17

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE PADA HUBUNGAN Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Sustainability Report Dan Nilai Perusahaan(Studi Empiris Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2013-2014 ).

1 5 14

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE PADA HUBUNGAN Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Sustainability Report Dan Nilai Perusahaan(Studi Empiris Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2013-2014 ).

0 4 17

PENGARUH KINERJA KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 71

KONTRIBUSI KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PUBLIKASI SUSTAINABILITY REPORT Muhammad Khafid

0 1 20

Implikasi Karakteristik Perusahaan dan Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report

1 3 13