I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air adalah sumber kehidupan. Air adalah senyawa sederhana H
2
O tetapi manfaatnya tak terperi. Air bersih dan air murni merupakan bahan yang semakin
penting dan juga langka dengan semakin majunya IPTEK, masyarakat dan peradaban industri. Sebaliknya berkat perkembangan IPTEK mutu air pun semakin dapat
diperbaiki. Keberadaan air bagi manusia sangat penting di setiap harinya. Di Indonesia kebutuhan air untuk setiap orang mencapai 40 – 120 liter setiap harinya.
Namun persediaan air dari berbagai sumber air bersifat terbatas dan tersebar secara tidak merata secara ruang dan waktu, diakibatkan adanya perbedaan iklim dan
kemampuan tanah menyimpan air. Selain itu, semakin meluasnya wilayah pencemaran air, akan mengurangi daya dukung air bersih bagi kehidupan manusia,
karena ketersediaan air seringkali tidak mencukupi kebutuhan manusia akan air bersih.
Saat ini perkembangan pengolahan air sudah berkembang dengan pesat. sudah cukup banyak instansi-instansi yang membutuhkan air bersih dalam jumlah banyak,
mendirikan instalasi pengolahan air bersih mandiri untuk melepas ketergantungan dari PDAM. Pengolahan air secara mandiri ini dikembangkan dengan mengikuti
perkembangan teknologi penyaringan air bersih yang sudah ada, tentunya juga dipengaruhi dengan kemampuan dari instansi tersebut baik dari segi ketersediaan
teknologi dan segi finansial. IPB, sudah mengembangkan instalasi pengolahan air secara mandiri sejak tahun 1970an, diantaranya adalah Instalasi Penjernihan Air
Bersih IPA Sungai Cihideung dan IPA Sungai Ciapus. Instalasi pengolahan air ini memiliki tanggung jawab yang penting karena menyediakan air untuk kebutuhan
akademik kampus termasuk juga mahasiswa asrama TPB, asrama-asrama IPB lain dan komplek perumahan dosen, untuk itu perlu keseriusan dalam menjaga agar
kualitas air yang dihasilkan dapat terus dalam kondisi yang baik dan memenuhi standard kualitas.
2 Menurut Darmono 2001, air yang telah tercemar, tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan masyarakat. Apabila dipergunakan akan menimbulkan akibat yang segera tampak akut dan akibat yang tampak secara perlahan-lahan atau dalam waktu
yang lama kronis. Sedangkan Azwar 1983, dan Slamet 1996, menyatakan air berperan dalam terjadinya penyebaran penyakit yaitu; air sebagai penyebar bakteri
patogen, air sebagai sarang insekta penyebar penyakit, jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, dan air sebagai sarang sementara penyakit. Jenis mikroba yang
dapat menyebar melalui air yaitu; virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Penyakit bawaan air yang banyak terdapat di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya
Agen Penyakit
Virus : Rotavirus
Virus hepatitis A Virus poliomyelitis
Diare pada anak Hepatitis A
Polio myelitis anterior acuta
Bakteri : Vibiro cholerae
Escherichia coli enteropatogenik Salmonella typhi
Salmonella paratyphi Shigella dysenteriae
Kolera Diare atau disentri
Tipus abdominalis Paratipus
Disentri
Protozoa : Entamoeba histolytica
Balantidia coli Giardia lambia
Disentri amoeba Balantidiasis
Giardiasis
Metazoa : Ascaris lumbricoides
Clonorchis sinensis Dyphyllobothrium latum
Taenia saginata dan T. solium Schistomasoma
Ascariasis Clonorchiasis
Dipilobothriasis Teaniasis
Schistosomiasis
Sumber : Slamet 1996 Menurut Sugiharto 1987, proses pengolahan air bertujuan untuk mengurangi
kadar bahan pencemar BOD, partikel tercampur, serta membunuh organisme patogen dan diperlukan tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi,
3 komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasi agar konsentrasinya
menjadi rendah. Pengolahan yang perlu dilakukan adalah secara bertahap yaitu; 1 pengolahan pertama primer, 2 pengolahan kedua sekunder, dan 3 pengolahan
ketiga tersier. pengolahan pertama bertujuan untuk membersihkan air limbah dari benda-benda yang tercampur dan tidak larut benda-benda padat, gemuk dan benda-
benda yang terapung dengan cara pengendapan ataupun pengapungan. Pengolahan kedua merupakan proses biologis dengan tujuan untuk mengurangi
bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Pengolahan ketiga merupakan pengolahan secara khusus sesuai dengan kandungan zat yang
terbanyak dalam air limbah dan bertujuan untuk memisahkan padatan tersuspensi, persenyawaan organik dan anorganik senyawa-senyawa fosfat, nitrat dan bahan-
bahan lainnya. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan saringan membran dan proses penyerapan adsorption serta proses osmosis balik, sehingga air yang
dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Penyaringan membran adalah suatu proses pemisahan bahan-bahan tersuspensi
dalam air melalui bahan atau media berpori tertentu, sehingga dapat menghasilkan air yang berkualitas lebih baik. Membran yang digunakan pada proses filtrasi umumnya
dibuat dari i polimer alami dan modifikasinya, ii polimer sintetis, iii dan bahan inorganik. Pemilihan bahan baku pembentuk membran penting dilakukan karena jenis
bahan baku dapat berpengaruh terhadap karakteristik membran yang dihasilkan. Membran polisulfon adalah membran yang berbahan dasar polisulfon. Beberapa
sifat yang dapat menempatkan polisulfon sebagai membran terkemuka adalah mempunyai temperatur gelas T
g
= 195
o
C, stabil terhadap panas dan oksidasi, tahan terhadap perubahan pH, tidak meregang meski pada temperatur tinggi, memiliki
fleksibilitas dan kekuatan sangat tinggi. Penelitian ini merupakan lanjutan dari rangkaian penelitian sebelumnya mengenai
produksi dan karakterisasi membran berbahan dasar polisulfon. Formulasi membran terbaik yang berhasil dilakukan pada penelitian sebelumnya digunakan sebagai acuan
dalam penelitian ini. Formulasi membran yang digunakan adalah membran polisulfon 12 dengan variasi ketebalan kering 0,05 mm, 0,10 mm dan 0,15 mm dan sebagai
4 perbandingan digunakan membran mikrofiltrasi komersial referensi membran
ultrafiltrasi. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kinerja membran polisulfon 12 dengan
ketebalan kering 0,05 mm, polisulfon 12 dengan ketebalan kering 0,10 mm, polisulfon 12 dengan ketebalan kering 0,15 mm, dan membran mikrofiltrasi
komersial dalam aplikasi pengolahan air bersih sehingga diperoleh hasil kinerja masing-masing membran dan ketebalan membran polisulfon terbaik dalam
menghasilkan air yang murni dan bebas mikroba. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif teknologi untuk proses desinfeksi air.
B. TUJUAN