M. Putra Siburian. F 34102105. Kajian Efektifitas Membran Polisulfon Untuk
Desinfeksi Air. Di bawah bimbingan Suprihatin.
RINGKASAN
Saat ini teknologi pengolahan air sudah berkembang dengan pesat. Sudah cukup banyak instansi-instansi yang membutuhkan air bersih dalam jumlah
banyak, mendirikan instalasi pengolahan air bersih mandiri untuk melepas ketergantungan dari PDAM. Pengolahan air secara mandiri ini dikembangkan
dengan mengikuti perkembangan teknologi penyaringan air bersih yang sudah ada, tentunya juga dipengaruhi dengan kemampuan dari instansi tersebut baik dari
segi ketersediaan teknologi dan segi finansial. Pengolahan yang perlu dilakukan adalah secara bertahap yaitu; 1 pengolahan pertama benda-benda yang
tercampur dan tidak larut, 2 pengolahan kedua bahan-bahan organik, dan 3 pengolahan ketiga padatan tersuspensi, persenyawaan organik dan anorganik.
Penyaringan membran adalah suatu proses pemisahan bahan-bahan tersuspensi dalam air melalui bahan atau media berpori tertentu, sehingga dapat menghasilkan
air yang berkualitas lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektifitas penggunaan membran sebagai desinfektan. Polisulfon sebagai pemurni air dengan mengambil sampel
pada Instalasi Pengolahan Air Sungai Ciapus Kampus IPB Darmaga. Sampel air yang diambil adalah air yang telah mengalami proses pengolahan sampai menjadi
air yang sudah memenuhi standar baku pemerintah, namun belum mengalami proses desinfeksi. Formulasi membran yang digunakan adalah membran
polisulfon 12 dengan variasi ketebalan membran 0.05 mm, 0.10 mm dan 0.15 mm dan sebagai perbandingan digunakan membran Mikrofiltrasi hollow fiber
komersial dan referensi kinerja membran ultrafiltrasi komersial. Karakteristik air bahan baku dan hasil penyaringan membran meliputi pH, warna, kekeruhan, Total
Suspended Solid TSS, Total Dissolved Solid TDS dan total mikroba total coliform dan total E.coli. Penelitian dilakukan dengan mensirkulasikan air sampel
selama 360 menit dengan menggunakan 3 tingkat tekanan yaitu 0.7 bar 120 menit pertama. 1.4 bar 120 menit kedua dan 2.1 bar 120 menit ketiga. Tahapan
penelitian yang dilakukan adalah analisa terhadap air feed, lalu dilakukan sirkulasi air melalui membran dan air hasil sirkulasi permeat diuji dengan uji yang sama
dengan feed. Ketiga nilai hasil pengukuran fluks air pada membran polisulfon menunjukkan penurunan hal ini diperkirakan disebabkan oleh karena air sampel
hasil olahan yang masih mengandung pengotor, baik itu padatan organik maupun non-organik. Membran polisulfon dengan ketebalan 0.05 memiliki kisaran fluks
tertinggi yaitu sekitar 165 Lm
2
.jam pada tingkat tekanan 0.7 bar dan 1.4 bar. Hasil analisis karakterisasi permeat membran yang dilakukan menunjukkan
bahwa membran polisulfon memberikan efektifitas yang baik untuk desinfeksi air dimana analisis mikroba menunjukkan zero kontaminasi, dan rata-rata TSS
mencapai 0.0 mgl, warna 2 dan 1 Tcu, kekeruhan 1 NTU, pH 7.01-7.10.
Karakterisasi air setelah penyaringan menunjukkan nilai yang sangat memuaskan, nilai TSS, TDS, warna, kekeruhan, pH dan total mikroba total
coliform dan E.coli jauh dibawah baku mutu yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai syarat air minum. Seluruh hasil analisa air menunjukkan bahwa setiap
ketebalan yang diuji memberikan kinerja yang serupa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa membran polisulfon dapat bekerja efektif dalam pemurnian
air hasil olahan dan membran terbaik untuk pemurnian air adalah membran polisulfon 12 dengan ketebalan 0.05 mm dengan tekanan 0.7 bar dan 1.4 bar
dilihat secara kinerja membran fluks air 165 Lm
2
.jam dan secara ekonomik. .
M. Putra Siburian. F 34102105. Study of polisulfone Membranes Efectivity for