2.3.3 Keadaan Topografi
Dilihat keadaan topografinya wilayah DKI Jakarta dikatagorikan sebagai daerah datar dan
landai, ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0 m sampai 10 m di
atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas
paling Selatan dari wilayah DKI antara 5 m samp ai 50 m di atas permukaan laut Daerah
pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di
daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50
m sampai 75 m. Sungai-sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta antara lain : S. Grogol, S.
Krukut, S. Angke, S. Pasanggrahan dan S. Sunter. http:www.bkkbn.go.id.
2.3.4 Formasi Geologis dan Tanah
Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri dari endapan aluvial pada jaman Pleistocent
setebal ±
50 m. Bagian Selatan terdiri dari lapisan aluvial yang memanjang dari Timur ke
Barat pada jarak 10 km sebelah Selatan pantai. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang
lebih tua. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama dengan pencapaian
lapisan keras di wilayah bagian utara pada kedalaman 10 m - 25 m. Makin ke Selatan
permukaan keras semakin dangkal yaitu antara 8 m - 15 m
http:www.bkkbn.go.id .
2.3.5 Transportasi S
ektor transportasi merupakan aktivitas yang sangat penting menggerakkan roda
perekonomianaktivitas manusia di kota-kota seluruh dunia. Walaupun bukan satu-satunya
penyumbang polusi pada pencemaran udara di kota-kota besar, seharusnya dikendalikan sedini
mungkin. Sektor transportasi merupakan penyumbang utama polusi pada pencemaran
kualitas udara untuk kota Jakarta. Transportasi darat yang paling tinggi menyumbang polusi
adalah kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor mengemisikan gas buang yang terdiri dari CO
2
, CO, NO
2
, H
2
, hidrokarbon, dan SO
2.
makin tinggi kecepatan kendaraan, emisi NO
2
makin meningkat, sementara emisi CO makin rendah Santosa, I
2005 . Hubungan antara kecepatan dan emisi NO
2
dapat dilihat pada Gambar 4. Banyaknya kendaraan di perkotaan menyebabkan gas SO
2
, NO
2
, CO merupakan gas diantara pencemar udara yang sering dijumpai di daerah perkotaan.
Pencemar udara tersebut merupakan pencemar primer yang berasal dari kendaraan bermotor
Budirahardjo, 1991.
Gambar 1. Proses, Kandungan Kimia dari Sumber Emisi dan Hujan Asam Environmental Resources Limited, 1983
Gambar 2. Proses Umum Siklus Nitrogen
Gambar 3. Proses Umum Siklus Sulfur.
Gambar 4. Hubungan antara kecepatan
kendaraan dan emisi NO
2.
Sumber : Dit LLAJR Ditjen Hubdar, 1998 dalam Santosa, I
2005. Menurut Adel 1995 dalam Santosa, I
2005 jumlah pencemar udara yang diemisikan di Jakarta dari sektor transportasi per tahun
sebanyak 373.662 ton CO, 15.388 ton NO
2
dan 7.476 ton SO
2
. Ternyata NO
2
per tahun tersebut telah melewati baku mutu udara ambien.
Pada pencemar SO
2
keberadaan konsentrasinya masih berada pada batas yang
belum mengkhawatirkan karena keadaan untuk kota Jakarta yang lebih mempengaruhi adalah
kendaraan bermotor. Menurut penelitian LPM ITB dan Bapedal Jakarta sumber terbesar untuk
NO
2
berasal dari sektor transportasi sedangkan untuk SO
2
lebih besar dari sektor industri. Tabel 2. Kontribusi Sektoral Emisi Pencemaran
Udara di DKI Jakarta Tahun 19911992
Polutan Industri
Transportasi Sampah
CO 0.1
98.8 1
HC 1.2
88.9 7.7
NO
2
15.9 73.4
1.1 TSP
14.6 47.9
8.4 SO
2
62.7 26.5
0.2 Sumber : Bapedal dan LPM ITB 19911992.
Menurut Hadi 1998, pencemar udara di kota sebagian besar bersumber dari emisi
kendaraan bermotor yaitu 60 sampai 70 . Hal tersebut terutama terjadi di kota-kota besar
seperti kota Jakarta.
Hasil pemantauan kualitas udara pada tahun19941995 menurut Rax 19951996
kandungan SO
2
di tepi jalan raya berkisar dari 0.046 sampai 0.083 ppm, sementara NO
2
berkisar dari 0.046 sampai 0.083 ppm. Untuk SO
2
masih di bawah baku mutu sedangkan NO
2
telah berada di atas baku mutu lihat lampiran 2. Menurut laporan dari Dephub 2003, pada
tahun 2003 total jumlah kendaraan di DKI Jakarta, sudah mencapai sekitar 3.500.000
kendaraan. dimana kendaraan bermotor di Indonesia adalah 90 buatan Jepang yang 70
beroperasi di Jakarta.Dengan jalan sepanjang 8.487 km pada tahun 1998 dan jumlah kendaraan
sebanyak 3.021.138 kendaraan, menyebabkan tingkat kemacetan di jalan-jalan negaraprotokol
semakin parah. Kemacetan yang semakin parah ini tidak hanya menyebabkan kerugian sosial
ekonomi secara umum, tetapi juga menyebabkan pemborosan bahan bakar yang pada gilirannya
meningkatkan polusi udara.
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan April sampai dengan Juni 2005.
Adapun tempat penelitian adalah di kantor BPLHD Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Laboratorium Kualitas Udara DKI Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat
1. Data Kualitas Udara Ambien SO
2
dan NO
2
DKI Jakarta tahun 2003 pada empat belas titik pengamatan di Jakarta sumber : BPLHD
Jakarta 2. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Udara DKI
Jakarta sumber : BPLHD Jakarta 3. Data Meteorologi curah hujan DKI Jakarta
tahun 2003 sumber : BMG Kemayoran 4. Peta Jalan dan Peta Dasar Propinsi DKI
Jakarta sumber : Departemen Perhubungan Jakarta
Sedangkan untuk analisis data menggunakan alat berupa :
• Microsoft Office dan Excel
• Software Arc View 3.1
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Studi Pustaka
Studi ini dilakukan untuk mencari bahan- bahan yang berhubungan dengan kegiatan
penelitian, baik studi lapang langsung ke instansi maupun studi pustaka buku.
3.3.2 Metode Analisis Data 3.3.2.1 Distribusi Spasial dan Temporal
Konsentrasi SO
2
dan NO
2
. Model ini menganalisis titik pengamatan
dalam suatu ruang ketetanggaan yang menggambarkan kemiripan diantara titik-titik
tersebut. Model pembobotan ini adalah model ruang lokal, maka teknik pencarian yang umum
digunakan adalah dengan menetapkan jumlah titik yang ada yaitu 15 titik yang digunakan