Luas dan Letak Geografis Keadaan Penduduk DKI Jakarta

Strauss dan Mainwaring 1984 untuk rata-rata emisi gas gkm yaitu NO 2 pada bensin 2.20 gkm dan solar 0.68 – 1.02 gkm, sedangkan pada SO 2 pada bensin 0.22 gkm dan solar 1.28 gkm.

2.3.3 Pengaruh yang ditimbulkan oleh

Pencemar SO 2 dan NO 2 Anonimous 1983 kemampuan indera penciuman manusia dalam mendeteksi NOx adalah pada konsentrasi 0.12 ppm, toksitas NO 2 adalah kira -kira empat kali lebih tinggi daripada NO. Senyawa ini dapat melukai daun-daunan akut serta menurunkan produksinya. Pada konsentrasi di bawah 0.05 ppm, oksida nitrogen tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi kesehatan. Paparan konsentrasi di atas ambang ini akan menyebabkan kejadian gangguan pernafasan akut pada tingkat konsentrasi yang melampaui konsentrasi yang umum terdapat di atmosfer 0.05 ppm nitrogen dioksida akan menjadi toksik. Penentuan dampak lingkungan NOx, diukur dengan melihat perubahan pada konsentrasi NOx yang akan terjadi akibat kegiatan yang berjalan. Bila perubahan tersebut kecil dan tidak merubah derajat tingkat konsentrasi yang ada misalnya masih tetap berada dalam rentang lingkungan berkualitas tinggi, dampaknya tidak berarti insignificant. Bila kualitasnya turun menjadi sedang moderate, dampaknya dianggap sedang pula. Namun bila perubahan yang timbul merubah kualitas kualitas lingkungan yang tinggi menjadi rendah, dampaknya dianggap penting significant. Sedangkan untuk pengaruh pencemaran akibat oksida-oksida sulfur adalah meningkatnya tingkat morbiditas, insedensi penyakit pernafasan, seperti bronchitis, emphyesma dan penurunan kesehatan umum. Oksida-oksida sulfur juga akan menimbulkan kerugian material, akibat pengaratan logam, penurunan panen, dsb- nya. Efek sinergistik partikulat, ozon dan oksida- oksida nitrogen menimbulkan kerugian kesehatan dan material yang lebih besar. Sedangkan hal yang lain menimbulkan peningkatan yang tinggi dalam ke matian akibat bronchitis dan kanker paru-paru. Miller 1992 pada konsentrasi minimum SOx dapat menimbulkan kerugian terhadap tanaman adalah 0.03 ppm. Pada konsentrasi kurang dari 0.03 ppm, lingkungan udara masih dianggap aman. Kerugian akan meningkatnya konsentrasi ambien adalah visibilitas akan terpengaruh.

2.3 Keadaan Umum Provinsi DKI Jakarta

2.3.1 Luas dan Letak Geografis

Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai luas wilayah 661.52 km 2 termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk Jakarta. Secara geografis wilayah DKI Jakarta terletak antara 106 22’ 42 BT sampai 106 58’ 18 BT dan -5 19’ 12 LS sampai -6 23’ 54 LS. Batas-batas wilayah DKI Jakarta adalah : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Berdasarkan Pasal 6 UU No. 51974 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1978 wilayah DKI Jakarta dibagi habis dalam 5 wilayah kota yang setingkat dengan Kota Madya Daerah Tingkat II dan berada langsung di bawah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terdiri dari 30 kecamatan dan 236 Kelurahan http:www.bkkbn.go.id.

2.3.2 Keadaan Penduduk DKI Jakarta

Menurut Kompas 2005, dengan jumlah penduduk 8.743.110 jiwa dan luas wilayah 661.52 km 2 . Keadaan penduduk ini ditambah dengan penduduk Bogor, Tangerang, dan Bekasi yang beraktivitas di Jakarta pada siang hari, maka jumlah penduduk pada siang hari lebih tinggi. Berdasarkan Study on Integrated Transportation Master Plan 2000, jumlah perjalanan di Jabotabek sebanyak 29,2 juta perjalananhari. Adapun persentase angkutan yang digunakan : sepeda motor 14,2 persen, mobil pribadi 30,8 persen, bus 52,7 persen, dan kereta api 2 persen maka wajar untuk persentase tersebut daerah-daerah disekitar pengukuran juga tinggi untuk konsentrasi NO 2 . Selama kurun waktu tersebut kepadatan penduduk DKI Jakarta diperkirakan naik menjadi lebih dari tiga kali lipat. Dari lima kotamadya di DKI Jakarta, Jakarta Pusat merupakan wilayah kotamadya yang paling padat penduduknya, kemudian diikuti oleh Jakarta Barat, dan Jakarta selatan. Dengan padatnya penduduk DKI Jakarta, penggunaan jasa angkutan bis umum untuk aktivitas harian penduduk tidak dapat dihindari.

2.3.3 Keadaan Topografi