Keadaan Perekonomian Daerah Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data 1. Analisis

penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Tahun 2003 Kabupaten Subang memiliki rasio jenis kelamin sebesar 98,72. Dilihat dari komposisi kelompok umur, penduduk Kabupaten Subang terdiri dari 27,40 persen usia anak-anak 0-14 tahun, 8,01 persen usia remaja 15- 19 tahun, 31,72 usia muda 20-39 tahun dan 32,87 persen usia tua dan lansia . Data mengenai penduduk Kabupaten Subang terdapat dalam Lampiran 4. BPS, 2005.

3.3. Keadaan Perekonomian Daerah

Keadaan perekonomian daerah Kabupaten Subang dapat dilihat melalui indikator perekonomian berupa PDRB baik atas dasar harga konstan maupun berdasarkan harga berlaku. Kontribusi sektor perekonomian terhadap PDRB menggambarkan potensi tiap-tiap sektor dalam mendorong perekonomian, sehingga pemerintah daerah dapat menentukan kegiatan ekonomi yang harus dikembangkan dan kegiatan ekonomi yang harus dipertahankan. Lampiran 5 menyajikan kontribusi sektor terhadap PDRB, dari tabel tersebut tampak bahwa sektor pertanian masih merupakan kontributor terbesar di Kabupaten Subang. Pada tahun 1998 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan kontribusi yang terbesar yaitu 41,88 persen, tahun 2000 kontribusi terbesar masih dipegang sektor pertanian sebasar 40,02 persen, begitu pula di tahun 2003 walaupun kontribusi sektor pertanian menurun terhadap PDRB yaitu sebesar 38,01 persen tetapi tetap menjadi sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB dibandingkan sektor lainnya. Hal tersebut membuat Kabupaten Subang dapat dikatakan sebagai daerah potensi pertanian. IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk menganalisis struktur ekonomi dan identifikasi sektor-sektor unggulan di Kabupaten Subang adalah data sekunder berupa PDRB kabupaten Subang atas dasar harga konstan tahun 1993 antara tahun 1993-2003 dan PDRB Propinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan tahun 1993 pada tahun yang sama. Data dapat diperoleh dari BPS Kabupaten Subang, BPS Jawa Barat, dan instansi terkait lainnya dalam penelitian ini serta melalui media internet. 4.2. Metode Analisis Data 4.2.1. Analisis Shift-Share S-S Perhitungan dengan menggunakan metode Analisis S-S yaitu : andaikata dalam suatu negara terdapat m daerahwilayahpropinsi j=1,2,3,…,m dan n sektor ekonomi i=1,2,3,…,n maka perubahan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Perubahan PDRB dirumuskan sebagai berikut : ij ij ij Υ − Υ = ΔΥ Dimana : ΔY ij = perubahan PDRB sektor i di wilayah j Y’ ij = PDRB dari sektor i di wilayah j pada tahun akhir analisis Y ij = PDRB dari sektor i di wilayah j pada tahun dasar analisis 2. Rumus persentase perubahan PDRB yaitu : 100 × Υ Υ − Υ = ΔΥ ij ij ij ij 3. Menghitung Rasio PDRB, yang terbagi dalam tiga rasio • ij ij ij ri Υ Υ − Υ = Dimana : ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah kabupaten Y’ ij = PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis Y ij = PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis • . . . i Ri i i Υ Υ − Υ = Dimana : Ri = rasio PDRB propinsi dari sektor i Y’ i . = PDRB propinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis Y i . = PDRB propinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis • .. .. .. Υ Υ − Υ = Ra Dimana : Ra = rasio PDRB propinsi Y’.. = PDRB propinsi pada tahun akhir analisis Y.. = PDRB propinsi pada tahun dasar analisis 4. Menghitung komponen pertumbuhan wilayah • PN ij ij Ra PN Υ = Dimana : PN ij = komponen pertumbuhan nasional sektor i untuk wilayah kabupaten Y ij = PDRB dari sektor i pada wilayah kabupaten pada tahun dasar analisis • PP ij ij Ra Ri PP Υ − = Dimana : PP ij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah kabupaten Y ij = indikator kegiatan ekonomi dari sektor i pada wilayah kabupaten pada tahun dasar analisis Apabila : PP ij 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah kabupaten pertumbuhannya lambat PP ij 0, menunjukan bahwa sektor i pada wilayah kabupaten pertumbuhannya cepat • PPW ij ij Ri ri PPW Υ − = Dimana : PPW ij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah kabupaten Y ij = PDRB dari sektor i pada wilayah kabupaten pada tahun dasar analisis Apabila : PPW ij 0, berarti sektorwilayah j mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan sektorwilayah lainnya untuk sektor i PPW ij 0, berarti sektor i pada wilayah j tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya 5. Adapun perubahan dalam PDRB sektor i pada wilayah ke j di rumuskan sebagai berikut: ij ij ij ij PPW PP PN + + = ΔΥ 1 ij ij ij Υ − Υ = ΔΥ 2 Rumus ketiga komponen pertumbuhan wilayah adalah: Ra PN ij ij Υ = 3 Ra Ri PP ij ij − Υ = 4 Ri ri PPW ij ij − Υ = 5 Apabila persamaan 2, 3, 4 dan 5 disubtitusikan ke Persamaan 1, maka didapat : ij ij ij ij PPW PP PN + + = Υ Ri ri Ra Ri ij ij ij ij ij ij − Υ + − Υ + Υ − Υ = Υ − Υ Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan : Ra PN ij = Ra Ri PP ij − = Ra ri PPW ij − = atau 100 × Υ = ij ij ij PN PN 100 × Υ = ij ij ij PP PP 100 × Υ = ij ij ij PPW PPW 6. Mengevaluasi profil pertumbuhan sektor perekonomian Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang telah ditentukan, dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan proporsional PP ij dan pertumbuhan pangsa wilayah PPW ij . Pada sumbu horizontal, terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat. 45 Gambar 4.1. Profil pertumbuhan sektor ekonomi Sumber : Budiharsono, 2001 Kuadran IV Kuadran I PP Kuadran III Kuadran II PPW Keterangan : i Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektorwilayah yang bersangkutan merupakan wilayah progresif maju ii Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik. iii Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa sektorwilayah yang bersangkutan merupakan wilayah lamban. iv Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya lambat PP0, tetapi daya saingnya baik jika dibandingkan wilayah lain PPW0 Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45 o dan memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atau garis tersebut menunjukkan bahwa sektorwilayah yang bersangkutan merupakan sektorwilayah yang progresif maju, sedangkan dibawah garis berarti sektorwilayah yang bersangkutan menunjukkan sektorwilayah yang lamban. 7. Menghitung pergeseran bersih Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan suatu sektor perekonomian. Pergeseran bersih sektor i pada wilayah kabupaten dapat dirumuskan sebagai berikut : ij ij ij PPW PP PB + = Dimana : PB ij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah kabupaten PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah kabupaten PPW ij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah kabupaten Apabila : PB ij 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah kabupaten termasuk ke dalam komponen progresif maju PB ij 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah kabupaten termasuk lamban Profil pertumbuhan sektor perekonomian dapat dilihat garis yang memotong kuadran II dan kuadran IV melalui sumbu yang membentuk sudut 45 o . garis tersebut merupakan nilai PB .j = 0. Bagian atas garis tersebut menunjukkan PB .j 0 yang mengindikasikan bahwa wilayah-wilayahsektor-sektor tersebut pertumbuhannya progresif maju, sebaliknya dibawah garis 45 o berarti PB .j menunjukkan wilayah-wilayahsektor-sektor yang lamban.

4.2.2. Analisis Location Quotien LQ

Analisis ini digunakan untuk melihat sektor-sektor yang termasuk ke dalam kategori sektor unggulan. Perhitungan kuosien lokasi di gunakan untuk menunjukkan perbandingan antara peranan sektor tingkat regional dengan peran sektor di wilayah tingkat atasnya. Hasil dari perhitungan LQ dapat membantu dalam melihat kekuatan dan kelemahan wilayah kabupaten dibandingkan secara relatif dengan wilayah yang lebih luas, dalam hal ini berupa Propinsi Jawa Barat. Rumus besarnya LQ seperti yang dikemukakan oleh Richardson 1985 yaitu : N N S S N S N S LQ i i i i = = Dimana : LQ : Nilai kuosien lokasi S i : Jumlah pendapatan sektor i di wilayah kabupaten S : Jumlah pendapatan semua sektor di kabupaten atau total PDRB Subang N i : Jumlah pendapatan sektor i di wilayah propinsi N : Jumlah pendapatan semua sektor di propinsi atau total PDRB Jawa Barat Kriteria penggolongannya adalah sebagai berikut : 1. jika LQ 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor basis yang mampu mengekspor hasil industrinya ke daerah lain 2. jika LQ 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor non basis cenderung mengimpor hasil industrinya dari daerah lain 3. jika LQ = 1, artinya produk domestik yang dimiliki daerah tersebut habis dikonsumsi oleh daerah tersebut

4.3. Konsep dan Definisi Data