Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Subang Tahun 1993-2003.

besar bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, sedangkan nilai ri terkecil terdapat pada sektor industri pengolahan mencapai -0,15 Tabel 5.3. Hal tersebut dikarenakan tingginya biaya produksi.

5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Subang Tahun 1993-2003.

Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Subang dipengaruhi tiga komponen pertumbuhan wilayah. Ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut yaitu pertumbuhan nasional PN, pertumbuhan proporsional PP, dan pertumbuhan pangsa wilayah PPW. Tabel 5.4. Analisis Shift-Share Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional, Tahun 1993- 2003 PN ij Sektor Perekonomian juta rupiah Persen Pertanian 97995,07 17,26 Pertambangan dan penggalian 292,74 17,26 Industri pengolahan 19057,14 17,26 Listrik, gas dan air bersih 773,79 17,26 Bangunankontruksi 12268,59 17,26 Perdagangan, hotel dan restoran 65471,98 17,26 Pengangkutan dan komunikasi 4701,76 17,26 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 5264,62 17,26 Jasa-jasa 32088,64 17,26 Total 237914,32 17,26 Sumber : BPS Kab Subang Tahun 1993 dan 2003, diolah Pengaruh pertumbuhan nasional menjelaskan perubahan kebijakan ekonomi Propinsi Jawa Barat yang mempengaruhi perekonomian semua sektor di Kabupaten Subang. Sehingga persentase komponen PN sama dengan persentase laju pertumbuhan Propinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 17,26 persen Tabel 5.4. Artinya jika ditinjau secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 1993-2003 telah mempengaruhi peningkatan PDRB Kabupaten Subang sebesar Rp.237.914,32 juta 17,26 persen. Pada Tabel 5.4, secara sektoral peningkatan kontribusi terbesar terdapat pada sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 97.995,07 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan nasional, yang berarti bahwa apabila terjadi perubahan kebijakan tingkat nasional, maka kontribusi sektor pertanian beserta sub sektornya akan mengalami perubahan. Kebijakan yang mempengaruhi sektor tersebut antara lain pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan mengenai ketahanan pangan pada tahun 2002 melalui subsidi pupuk yang secara langsung menyebabkan penurunan biaya produksi untuk pertanian yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kontribusi terhadap sektor pertanian. Hal ini menjelaskan bahwa kebijakan ekonomi nasional sangat mempengaruhi besar kecilnya kontribusi terhadap sektor pertanian Sektor ekonomi dengan peningkatan kontribusi PN terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar Rp. 292,74 juta. Hal ini berarti jika terjadi perubahan kebijakan nasional maka tidak terlalu mempengaruhi sektor pertambangan dan penggalian. Komponen pertumbuhan proporsional sebagai pengaruh kedua menjelaskan perbedaan kenaikan PDRB tingkat propinsi dengan kenaikan PDRB tingkat kabupaten. Persentase komponen PP untuk semua sektor sama besar yang membedakan adalah kontribusinya. Secara keseluruhan pertumbuhan proporsional mengakibatkan penurunan PDRB Kabupaten Subang sebesar Rp. 193.512,75 juta -14,04 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Analisis Shift-Share Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 1993-2003 PP ij Sektor Perekonomian juta rupiah persen Pertanian -172726,99 -30,42 Pertambangan dan penggalian -633,89 -37,38 Industri pengolahan 40345,24 36,54 Listrik, gas dan air bersih 2883,49 64,32 Bangunankontruksi -35180,43 -49,49 Perdagangan, hotel dan restoran -29650,99 -7,82 Pengangkutan dan komunikasi -1036,13 -3,80 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 249,94 0,82 Jasa-jasa 2237,02 1,20 Total -193512,75 -14,04 Sumber : BPS Kab Subang Tahun 1993 dan 2003, diolah Kontribusi sektor-sektor ekonomi Kabupaten Subang berdasarkan komponen pertumbuhan proporsional, ada yang memberikan kontribusi positif dan ada juga yang memberikan kontribusi negatif terhadap PDRB Kabupaten Subang. Sektor yang memiliki persentase PP yang bernilai positif PP0 yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa, maka keempat sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Sektor industri pengolahan walaupun sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Subang mengalami penurunan, tetapi sektor tersebut termasuk kelompok sektor yang laju pertumbuhannya cepat. Sektor yang mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Subang terdapat pada sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor bangunankonstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat. Sektor yang memiliki nilai PP terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu mencapai 36,54 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri pengolahan mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, dimana Kabupaten Subang mempunyai potensi untuk dijadikan kawasan Industri. Sektor bangunan konstruksi memiliki persentase terkecil yaitu -49,49 persen, hal ini dikarenakan masih sedikit pembangunan-pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Subang dan karena harga bahan bangunannya yang tinggi sehingga daya beli masyarakat turun karena lebih mengutamakan kebutuhan pokok. Tabel 5.6. Analisis Shift-Share Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 1993-2003 PPW ij Sektor Perekonomian Juta rupiah persen Pertanian 250643,9 44,15 Pertambangan dan penggalian 10521,16 620,35 Industri pengolahan -75531,4 -68,41 Listrik, gas dan air bersih 13016,72 290,36 Bangunankontruksi 22540,84 31,71 Perdagangan, hotel dan restoran 197265 52,01 Pengangkutan dan komunikasi 40861,37 150,01 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan -4138,56 -13,57 Jasa-jasa 78357,35 42,15 Total 533536,4 38,71 Sumber : BPS Kab Subang Tahun 1993 dan 2003, diolah Pada Tabel 5.6, hampir semua sektor ekonomi mempunyai daya saing yang baik PPWij0 dibandingkan dengan sektor ekonomi di kabupaten lain di Jawa Barat, kecuali sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan -200,00 -100,00 0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00 -100,00 -50,00 0,00 50,00 100,00 PPW PP pertanian pertambangan dan penggalian industri pengolahan listrik, gas dan air bersih bangunankontruksi perdagangan, hotel dan restoran pengangkutan dan komunikasi keuangan, persew aan dan jasa perusahaan jasa-jasa PP jasa perusahaan yang memiliki nilai PPWij0. Hal tersebut dikarenakan kurangnya prasarana sosial ekonomi seperti ketersediaan bahan baku, dan kurangnya dukungan kelembagaan terutama lembaga keuangan dan perbankan di Kabupaten Subang. 5.4. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Tahun 1993-2003. Pergeseran Bersih didapat dari hasil penjumlahan antara PP dan PPW. Tahun 1993-2003 di Kabupaten Subang terdapat enam sektor yang memiliki nilai PB yang positif dan tiga sektor yang memiliki nilai negatif. Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang PB=45 Sektor yang memiliki PB positif adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa, sedangkan sektor yang memiliki nilai negatif adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunankonstruksi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan . Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan Tabel 5.7. Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis membentuk sudut 45 yang memotong kedua kuadran tersebut. Garis tersebut merupakan nilai PB=0. Maka bagian atas garis menunjukkan PB0 yang mengindikasikan bahwa keenam sektor tersebut memiliki PB positif dan termasuk kelompok sektor progresif maju. Secara Keseluruhan, pergeseran bersih menyebabkan kenaikan PDRB Kabupaten Subang sebesar Rp. 340.023,7 juta 24,67 persen Tabel 5.7. Tabel 5.7. Pergeseran Bersih Kabupaten Subang, Tahun 1993 dan 2003 PB ij Sektor Perekonomian juta rupiah persen Pertanian 77916,93 13,72 Pertambangan dan penggalian 9887,262 582,98 Industri pengolahan -35186,1 -31,87 Listrik, gas dan air bersih 15900,21 354,68 Bangunankonstruksi -12639,6 -17,78 Perdagangan, hotel dan restoran 167614 44,19 Pengangkutan dan komunikasi 39825,24 146,20 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan -3888,62 -12,75 Jasa-jasa 80594,36 43,35 Total 340023,7 24,67 Sumber : BPS Kab Subang Tahun 1993 dan 2003, diolah Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Subang pada kurun waktu yang telah ditentukan. Pada sumbu horizontal terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat yang dapat dilihat pada Gambar 5.1. Kuadran I menunjukkan bahwa persentase PP dan PPW bernilai positif. Sektor yang berada pada kuadran I adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini menunjukkan bahwa sektor listrik, gas dan air bersih memiliki pertumbuhan yang cepat dan memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga sektor tersebut tergolong ke dalam sektor progresif maju. Kuadran II menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang ada di wilayah Kabupaten Subang pertumbuhannya cepat PP0, tetapi daya saing wilayah untuk sektor tersebut dibanding dengan wilayah lain tidak baikPPW0. Sektor yang termasuk kedalam kuadran II adalah sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor yang termasuk ke dalam kuadran IV adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunankonstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat tetapi memiliki daya saing yang baik jika di bandingkan dengan wilayah lain. Kabupaten Subang berdasarkan evaluasi profil pertumbuhannya tidak ada sektor yang berada pada kuadran III. Hal ini menguntungkan bagi pemerintah Kabupaten Subang sendiri sehingga dapat lebih mudah untuk meningkatkan pertumbuhan sektor perekonomiannya. Contoh- contoh perhitungan dalam analisis S-S dan analisis LQ dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.5. Sektor Unggulan