4.3. Konsep dan Definisi Data
1 PDRB adalah jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. PDRB dapat
diartikan pula sebagai suatu indikator untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat dilihat penyebab
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tersebut Pardjoko et al., 2005. 2 PDRB atas dasar Harga Konstan adalah PDRB yang dinilai berdasarkan pada
tahun dasar baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah.
3 Sektor ekonomi berdasarkan unit produksi terdiri dari sembilan sektor, diantaranya yaitu: 1 pertanian; 2 pertambangan dan penggalian; 3 industri
pengolahan; 4 listrik, gas dan air bersih; 5 konstruksibangunan; 6 perdagangan, hotel dan restoran; 7 pengangkutan dan komunikasi; 8
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9 jasa. 4 Sektor unggulan merupakan sektor yang menjadi prioritas utama untuk terus
ditingkatkan dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis PDRB Kabupaten Subang dan Propinsi Jawa Barat Tahun 1993-2003
Pada kurun waktu 1993-2003, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Subang meningkat sebesar 41, 93 persen Tabel 5.1. Hal ini di tandai dengan laju
pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif pada hampir seluruh sektor perekonomian tersebut.
Tabel 5.1. Perubahan PDRB Kabupaten Subang Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003
PDRB juta rupiah
Sektor Perekonomian 1993 2003
Perubahan PDRB
juta rupiah Persen
Pertanian 567742 743654
175912 30,98
Pertambangan dan penggalian 1696
11876 10180 600,24
Industri pengolahan 110409
94280 -16129
-14,61 Listrik, gas dan air bersih
4483 21157
16674 371,94 Bangunankonstruksi 71079
70708 -371
-0,52 Perdagangan, hotel dan restoran
379317 612403
233086 61,45
Pengangkutan dan komunikasi 27240
71767 44527 163,46
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 30501
31877 1376
4,51 Jasa-jasa 185908
298591 112683
60,61 Total 1378375 1956313
577938 41,93
Sumber : BPS Kab Subang Tahun 1993 dan 2003, diolah
Berdasarkan Tabel 5.1, sebagian besar sektor ekonomi memberikan peningkatan kontribusi yang cukup besar bagi PDRB Kabupaten Subang, yang
ditandai oleh laju pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif. Sektor ekonomi yang mengalami penurunan pertumbuhan terdapat pada sektor industri
pengolahan dan sektor bangunankonstruksi yaitu sebesar 14,61 persen dan 0,52
persen. Pada tahun 1993 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Subang sebesar Rp. 110.409 juta menurun menjadi Rp. 94.280 pada
tahun 2003. Penurunan tersebut akibat dari tingginya biaya produksi terutama pada bahan baku impor. Penurunan kedua oleh sektor bangunankonstruksi, pada
tahun 1993 kontribusinya sebesar Rp. 71.079 juta menjadi Rp. 70.708 juta pada tahun 2003. Pada sektor bangunankonstruksi, penurunan terjadi karena masih
sedikitnya pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Subang. Sektor yang memberikan peningkatan kontribusi terhadap pembentukan
PDRB Kabupaten Subang adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa, serta sektor jasa. Hal ini ditandai dengan laju pertumbuhan masing-masing
sektor yang positif. Laju pertumbuhan ekonomi terbesar terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 600,24 persen. Pertumbuhan ekonomi
sektor pertambangan dan penggalian berasal dari adanya kontribusi pada sub sektor pertambangan dan penggalian, yaitu minyak dan gas yang mulai dimasukan
dalam PDRB kabupaten Subang sejak Tahun 1998. Pada perekonomian Propinsi Jawa Barat, sebagian besar sektor ekonomi
mengalami peningkatan, kecuali sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor bangunankonstruksi. Ketiga sektor ekonomi tersebut
mengalami penurunan kontribusi, sehingga laju pertumbuhannya bernilai negatif Tabel. 5.2. Hal tersebut dikarenakan Propinsi Jawa Barat tidak memfokuskan
pada sektor tersebut, tetapi lebih memfokuskan pada sektor industri, dimana Jawa
Barat mendukung sektor tersebut melalui kebijakan di sektor industri yaitu memfasilitasi kemitraan antara Perusahaan dan Pengusaha Lokal dalam rangka
meningkatkan pemanfaatan bahan bakuproduk lokal dalam proses produksi, dan menyelenggarakan bantuan teknis peningkatan dan pengembangan kemampuan
teknologi dalam rangka meningkatkan nilai tambah kegiatan industri menengah dan kecil.
Tabel 5.2. Perubahaan PDRB Propinsi Jawa Barat Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2002
PDRB juta rupiah
Sektor Perekonomian 1993 2003
Perubahan PDRB
juta rupiah Persen
Pertanian 9107764 7908908
-1198856 -13,16
Pertambangan dan penggalian 3761707
3005026 -756681
-20,12 Industri pengolahan
15948243 24528735 8580492
53,80 Listrik, gas dan air bersih
1169776 2124092
954316 81,58
Bangunankonstruksi 3220480 2182380
-1038100 -32,23
Perdagangan, hotel dan restoran
9919222 10855949 936727
9,44 Pengangkutan dan
komunikasi 3080943 3495539
414596 13,46
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
2546718 3007163 460445
18,08 Jasa-jasa 5184820
6142134 957314
18,46 Total 53939673 63249926
9310253 17,26
Sumber : BPS Propinsi Jawa Barat Tahun 1993 dan 2003, diolah
Sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi terbesar adalah sektor bangunankonstruksi yaitu mencapai -32,23 persen, hal tersebut
dikarenakan biaya produksi yang mahal akibat adanya inflasi, selain itu juga dikarenakan berawal dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah ketika krisis moneter
yang mengakibatkan kredit macet sehingga beberapa proyek konstruksi tertunda. Penurunan pertumbuhan kemudian diikuti oleh sektor pertambangan dan
pengalian serta sektor pertanian yaitu sebesar -20,12 persen dan -13,16 persen.
5.2. Rasio PDRB Kabupaten Subang dan PDRB Propinsi Jawa Barat, Tahun 1993-2003.