Rasio PDRB Kabupaten Subang dan PDRB Propinsi Jawa Barat, Tahun 1993-2003.

5.2. Rasio PDRB Kabupaten Subang dan PDRB Propinsi Jawa Barat, Tahun 1993-2003.

Kontribusi sektor perekonomian di Kabupaten Subang maupun Propinsi Jawa Barat sebagian besar mengalami peningkatan pada tahun 1993-2003. jika PDRB tiap sektor ekonomi baik di Kabupaten Subang maupun di tingkat Propinsi Jawa Barat dibandingkan antara tahun 1993 dengan tahun 2003, maka tiap sektor ekonomi akan memiliki rasio yang berbeda-beda. Rasio sektor perekonomian Kabupaten Subang dan Propinsi Jawa Barat disajikan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri. Nilai Ra didasarkan pada perhitungan selisih antara PDRB Propinsi Jawa Barat tahun 2003 dengan PDRB Propinsi Jawa Barat tahun 1993 dibagi dengan PDRB Propinsi Jawa Barat tahun 1993, sehingga nilai Ra yang didapat tiap sektor di Propinsi Jawa Barat memiliki nilai yang sama besar. Antara tahun 1993-2003, nilai Ra sebesar 0,17 Tabel 5.3. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi propinsi meningkat sebesar 0,17. Tabel 5.3. Rasio PDRB Kabupaten Subang dan PDRB Propinsi Jawa Barat Nilai Ra, Ri, dan ri Sektor Perekonomian Ra Ri ri Pertanian 0,17 -0,13 0,31 Pertambangan dan penggalian 0,17 -0,20 6,00 Industri pengolahan 0,17 0,54 -0,15 Listrik, gas dan air bersih 0,17 0,82 3,72 Bangunankontruksi 0,17 -0,32 -0,01 Perdagangan, hotel dan restoran 0,17 0,09 0,61 Pengangkutan dan komunikasi 0,17 0,13 1,63 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,17 0,18 0,05 Jasa-jasa 0,17 0,18 0,61 Total 0,17 0,17 0,42 Sumber : BPS Propinsi Jawa Barat Tahun 1993 dan 2003, diolah Nilai Ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB Jawa Barat sektor i pada tahun 2003 dengan PDRB Jawa Barat sektor i pada tahun 1993 dibagi dengan PDRB Jawa Barat pada tahun 1993. Nilai Ri di sebagian sektor perekonomian Propinsi Jawa Barat bernilai positif, karena terjadi peningkatan kontribusi pada masing-masing sektor perekonomian. Nilai Ri terbesar terdapat pada sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar 81,58. Hal ini dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan penggunaan listrik, gas dan air bersih untuk kehidupan sehari-hari. Nilai Ri terkecil diperoleh sektor bangunankonstruksi yaitu sebesar -0,32 Tabel 5.3. Faktor yang menyebabkan penurunan pertumbuhan sektor bangunan berawal dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah ketika krisis moneter sehingga suku bunga meningkat. Hal ini mengakibatkan banyaknya kredit macet sehingga menyebabkan ditundanya beberapa proyek konstruksi. Nilai ri memiliki perhitungan yang berbeda dengan nilai Ra dan Ri. Perhitungan nili ri didasarkan pada selisih antara PDRB sektor i di Kabupaten Subang tahun 2003 dengan PDRB sektor i di Kabupaten Subang tahun 1993 dibagi dengan PDRB sektor di Kabupaten Subang tahun 1993. Sebagian besar kontribusi sektor ekonomi di Kabupaten Subang mengalami peningkatan sehingga nilai ri yang diperoleh bernilai positif, kecuali sektor industri pengolahan dan sektor bangunankonstruksi. Hal ini sesuai dengan perubahan PDRB tiap sektor perekonomian di Kabupaten Subang yang terjadi antara tahun 1993 dan 2003. Nilai ri terbesar ditempati sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 6,00. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan sektor tersebut paling besar bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, sedangkan nilai ri terkecil terdapat pada sektor industri pengolahan mencapai -0,15 Tabel 5.3. Hal tersebut dikarenakan tingginya biaya produksi.

5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Subang Tahun 1993-2003.