Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor

77 Menurut Baswir 1997 kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini menurut Kartasasmita 1996 disebut sebagai “persisten poverty” yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Daerah seperti ini pada umumnya merupakan daerah yang kritis sumberdaya alamnya atau daerah yang terisolir.

2. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok

masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di mana mereka tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat kehidupannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Baswir 1997 bahwa ia miskin karena faktor budaya seperti malas, tidak disiplin, boros dan sebagainya.

3. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor

buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Baswir, 1997. Sumodiningrat 1998 mengatakan bahwa munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan bermacam-macam program dan kebijakan. Namun karena pelaksanaannya tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan yang tidak sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata pula, sehingga menimbulkan struktur masyarakat yang timpang. Menurut Kartasasmita 1996 hal ini disebut “accidental poverty”, yaitu 78 kemiskinan karena dampak dari suatu kebijaksanaan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Masyarakat miskin biasanya mempunyai tingkat pendapatan yang rendah. Pendapatan yang rendah mengakibatkan masyarakat miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga mereka terjebak pada kondisi yang disebut sebagai lingkaran setan kemiskinan the vicious circle of poverty, seperti yang digambarkan oleh Capello 2007 sebagai berikut: Sumber: Capello 2007 Gambar 7. Lingkaran Setan Kemiskinan Masalah kemiskinan menurut Nurkse disebut sebagai sebuah lingkaran setan kemiskinan atau the vicious circle of poverty, yang mengandung arti deretan melingkar kekuatan-kekuatan yang satu sama lain beraksi dan bereaksi sedemikian rupa sehingga menempatkan suatu negara miskin tetap berada dalam keadaan miskin. Seseorang yang miskin akan selalu kekurangan makan, sehingga kesehatannya menjadi buruk. Fisik yang lemah menjadikan kapasitas kerja yang rendah, sehingga penghasilan juga rendah menimbulkan kemiskinan demikian seterusnya. Dari sudut permintaan, lingkaran setan adalah rendahnya pendapatan menyebabkan tingkat permintaan menjadi rendah sehingga tingkat investasi menjadi rendah. Investasi rendah menyebabkan modal dan produktivitas rendah. Kesehatan dan Pendidikan buruk Produktivitas rendah Tingkat pendapatan rendah Kemiskinan Tingkat tabungan dan konsumsi rendah 79 Produktivitas rendah tercermin dari pendapatan riil dan tabungan yang rendah. Tingkat tabungan rendah menyebabkan investasi dan modal rendah. Kurangnya modal pada gilirannya bermuara pada produktivitas yang rendah, maka lengkaplah juga lingkaran setan bila dilihat dari sudut penawaran. Lingkaran setan yang ketiga menyangkut keterbelakangan manusia dan sumber alam. Pengembangan sumber alam suatu negara tergantung pada kemampuan produktif manusianya. Bila penduduknya terbelakang, langka akan keterampilan teknik, pengetahuan, dan aktivitas kewirausahaan, maka sumber- sumber alam akan terabaikan, kurang atau bahkan salah guna. Keterbelakangan sumber alam menyebabkan keterbelakangan manusia. Keterbelakangan sumber alam merupakan sebab sekaligus akibat keterbelakangan manusia Meier dan Baldwin, 1960. Definisi kemiskinan menurut Bappenas 2004 adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak- hak dasar antara lain: 1 terpenuhinya kebutuhan pangan, 2 tersedianya kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, 3 rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan 4 hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. Karakteristik kemiskinan mencakup lima hal, yaitu: 1 penduduk miskin tidak memiliki faktor produksi sendiri, 2 tidak mempunyai kemungkinan memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, 3 tingkat pendidikan rendah, 4 tidak mempunyai fasilitas, dan 5 mereka berusaha dalam usia yang relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai 80 Salim, 1984. Negara berkembang umumnya mempunyai masalah jumlah penduduk yang tinggi, pendapatan perkapita rendah, rata-rata 40 persen penduduknya miskin, adanya pengangguran, serta rendahnya tingkat pendidikan Lewis, 1954. Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan kemakmuran bangsa. Sumberdaya alam tidak akan ada artinya bila tidak ada sumberdaya manusia yang pandai mengelola sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Sumberdaya manusia yang efektif adalah prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat adalah tingkat hidup layak masyarakat yang diindikasikan oleh kondisi ekonomi dan keadaan sosial masyarakat. Kesejahteraan masyarakat juga dapat diartikan sebagai tingkat kepuasan agregat dalam suatu masyarakat. Tingkat kesejahteraan dapat dirumuskan dengan persamaan W = WY, I, P dimana Y adalah pendapatan per kapita dan berhubungan positif dengan kesejahteraan, I adalah ketimpangan yang berhubungan negatif dengan W dan P adalah kemiskinan absolut yang juga berhubungan negatif. Ketiga komponen ini mempunyai signifikansi yang berbeda- beda dan perlu mempertimbangkan ketiga elemen ini untuk mendapatkan penilaian menyeluruh terhadap kesejahteraan di negara berkembang Todaro dan Smith, 2003. Secara umum kesejahteraan dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan primernya basic needs berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Definisi kesejahteraan dapat juga diartikan sebagai tingkat aksesibilitas seseorang dalam kepemilikan faktor-faktor produksi yang dapat dimanfaatkan dalam suatu proses produksi dan memperoleh 81 imbalan compensations dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut. Semakin tinggi seseorang mampu meningkatkan pemakaian faktor-faktor produksi yang ia kuasai maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan yang diraihnya. Demikian pula sebaliknya, orang menjadi miskin karena tidak punya akses yang luas dalam memiliki faktor-faktor produksi walaupun faktor produksi itu adalah dirinya sendiri. Pengertian kesejahteraan sosial menurut Whithaker dan Federico 1997 merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa untuk membantu masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut. Kurangnya kemampuan seseorang dapat berarti kurang mampu untuk mencapai fungsi tertentu sehingga menjadi kurang sejahtera. United nations development programe UNDP mulai tahun 1990 telah menyusun suatu indikator kesejahteraan manusia yang dapat menunjukkan kemajuan manusia berdasarkan rata-rata usia harapan hidup, rata- rata lama sekolah, angka melek huruf, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

3.7. Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Perekonomian