160 miskin. Semakin banyak penduduk miskin suatu daerah maka semakin besar
jumlah DAU yang diterima. Faktor kedua yang paling mempengaruhi peningkatan penerimaan non
pajak adalah jumlah penyerapan tenaga kerja, dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 10 persen, akan
meningkatkan penerimaan non pajak sebesar 1.707 persen. Penyerapan tenaga kerja berhubungan dengan pajak penghasilan pasal 21, semakin banyak orang
bekerja dan memperoleh penghasilan maka akan meningkatkan bagi hasil pajak penerimaan non pajak daerah.
Peningkatan investasi berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan non pajak bagi hasil bukan pajak, dengan magnitude yang relatif
kecil. Setiap peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 10 persen, akan meningkatkan penerimaan non pajak sebesar 0.155 persen. Bagi hasil bukan
pajak merupakan pajak terhadap potensi sumberdaya alam SDA daerah, yang terdiri dari sektor kehutanan, perkebunan, perikanan dan pertambangan.
6.6. Blok Pengeluaran Daerah
Blok pengeluaran daerah terdiri dari 8 persamaan struktural, yaitu persamaan pengeluaran kesehatan pemerintah PKESP, pengeluaran
pendidikan pemerintah PPENP, pengeluaran infrastruktur PINF, pengeluaran pemerintah sektor lainnya PPL, pengeluaran kesehatan rumahtangga
PKESRT, pengeluaran pendidikan rumahtangga PPENRT, pengeluaran rumahtangga lainnya PRTL, investasi INV, serta 2 persamaan identitas yaitu
total pengeluaran pemerintah TPP dan total pengeluaran rumahtangga TPR.
161
6.6.1. Pengeluaran Pemerintah untuk kesehatan
Persamaan pengeluaran kesehatan mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 47.17 persen. Variabel endogen dalam persamaan pengeluaran kesehatan dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama
yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan 0.01 dengan nilai
29.91. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dipengaruhi secara signifikan oleh penerimaan pemerintah, dummy
kabupaten kota, trend waktu dan pengeluaran kesehatan tahun lalu, dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Hasil persamaan pengeluaran kesehatan
selengkapnya adalah sebagai berikut: Tabel 40. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Kesehatan
Pemerintah
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek
jk panjang INTERSEP
-2.13215 0.3609
PENPEM Penerimaan pemerintah 0.013169
0.0514 0.2481
0.5253 DKK Dummy kabupaten kota
-3.59902 0.0165
TREND Trend waktu 2.455420
0.0001 LPKESP Lag pengeluaran kesehatan pem
0.527735 0.0001
Fhit = 29.91 ProbF = 0.0001 Dw = 1.905963 R
2
= 0.47170
Peningkatan penerimaan pemerintah berpengaruh positif dalam meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk kesehatan, dengan magnitude yang
relatif kecil. Setiap peningkatan penerimaan pemerintah sebesar 10 persen akan meningkatkan pengeluaran kesehatan sebesar 2.481 persen. Hal ini senada
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudhoyono 2004. Dummy
kabupaten kota menunjukkan tanda negatif, dan signifikan, mengindikasikan bahwa alokasi pengeluaran pemerintah untuk kesehatan di
kabupaten lebih besar dibanding kotamadya. Hal ini dapat dimengerti karena
162 kabupaten dengan kondisi perekonomian, infrastruktur, dan prasarana kesehatan
yang kurang baik, lebih banyak membutuhkan alokasi dana kesehatan. 6.6.2. Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan
Persamaan pengeluaran pendidikan mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 28.030 persen. Variabel endogen dalam persamaan pengeluaran pendidikan dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel penjelas secara
bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan 0.01
dengan nilai 13.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dipengaruhi secara signifikan oleh penerimaan pemerintah,
dummy kabupaten kota, trend waktu, dan pengeluaran pendidikan tahun lalu
dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Hasil persamaan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 41. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pendidikan Pemerintah
Variabel Parameter Prob |t| Elastisitas
Elastisitas dugaan
jk pendek jk panjang INTERSEP
-1.70493 0.7975 PENPEM Penerimaan pemerintah
0.073201 0.0013 0.5991
0.6769 DKK Dummy kabupaten kota
-8.32885 0.0753 TREND Trend waktu
5.235215 0.0022 LPPENP Lag pengeluaran pendidikan pem
0.114982 0.1466
Fhit = 13.05 ProbF = 0.0001 Dw = 1.99438 R
2
= 0.28030
Peningkatan penerimaan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dengan
magnitude yang relatif tidak besar. Setiap peningkatan penerimaan pemerintah
sebesar 10 persen akan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan sebesar 5.991 persen.
163 Seperti halnya dengan persamaan pengeluaran pemerintah untuk
kesehatan, Dummy kabupaten kota mempunyai tanda negatif dan signifikan, menunjukkan bahwa alokasi pengeluaran pendidikan di kabupaten lebih besar
dibanding kotamadya. Hal ini dapat dimengerti karena kabupaten dengan kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang terbatas, lebih banyak membutuhkan
alokasi dana dari pemerintah. Mendekatkan sekolah pada masyarakat miskin di perdesaan dan perkotaan diharapkan dapat mengurangi jumlah siswa putus
sekolah.
6.6.3. Pengeluaran Pemerintah untuk Infrastruktur
Pengeluaran infrastruktur dalam penelitian ini terdiri dari pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk belanja tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta asset tetap lainnya. Persamaan pengeluaran infrastruktur mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 64.73 persen. Variabel endogen dalam persamaan pengeluaran infrastruktur dipengaruhi
secara signifikan oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 48.82. Hasil persamaan pengeluaran infrastruktur selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 42. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Infrastruktur
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek jk panjang
INTERSEP -13.1625 0.0001
PENPEM Penerimaan pemerintah 0.027902 0.0009
0.4532 0.6438
POV Kemiskinan 0.000013 0.0851
0.1444 0.2052
DKK Dummy kabupaten kota -0.75595 0.6870
TREND Trend waktu 6.082265 0.0001
LPINF Lag pengeluaran infrastruktur pem 0.296091 0.0001
Fhit = 48.82 ProbF = 0.0001 Dw = 2.230294 R
2
= 0.64730
164 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran infrastruktur
dipengaruhi secara signifikan oleh penerimaan pemerintah, kemiskinan, trend waktu, dan pengeluaran infrastruktur tahun lalu dengan tanda yang sesuai
dengan hipotesis. Peningkatan penerimaan pemerintah berpengaruh dalam meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur, dengan magnitude
yang relatif tidak besar. Setiap peningkatan penerimaan pemerintah sebesar 10 persen akan meningkatkan pengeluaran infrastruktur sebesar 4.532 persen. Hasil
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yudhoyono 2004 dan Panjaitan 2006.
Peningkatan kemiskinan juga mendorong pemerintah dalam meningkatkan pengeluaran infrastruktur, dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap
peningkatan kemiskinan sebesar 10 persen mendorong pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran infrastruktur sebesar 1.444 persen. Kebijakan
peningkatan pengeluaran infrastruktur diadakan dalam rangka meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat. Hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Yudhoyono 2004.
6.6.4. Pengeluaran Pemerintah Lainnya
Pengeluaran pemerintah lainnya merupakan agregasi dari semua pengeluaran pemerintah selain pengeluaran kesehatan, pendidikan, dan
infrastruktur. Persamaan pengeluaran sektor lainnya mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 72.344 persen. Variabel endogen dalam persamaan pengeluaran pendidikan dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel
penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf
165 signifikan
0.01 dengan nilai 87.63. Hasil persamaan pengeluaran sektor lain selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 43. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Sektor Lainnya
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek
jk panjang INTERSEP
-1.75674 0.9030 PENPEM Penerimaan pemerintah
0.768487 0.0001 1.1019
1.1742 DKK Dummy kabupaten kota
21.15572 0.0290 TREND Trend waktu
-13.7556 0.0004 LPPL Lag pengeluaran pem sektor lain
0.061628 0.2790
Fhit = 87.63 ProbF = 0.0001 Dw = 2.036963 R
2
= 0.72344
Pengeluaran sektor lainnya dipengaruhi secara signifikan oleh penerimaan
pemerintah, dummy kabupaten kota, dan trend waktu dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Peningkatan penerimaan pemerintah berpengaruh positif dalam
meningkatkan pengeluaran pemerintah sektor lainnya, dengan magnitude yang relatif besar. Setiap peningkatan penerimaan pemerintah sebesar 10 persen akan
mendorong pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran sektor lainnya sebesar 11.019 persen.
Dummy kabupaten kota berpengaruh positif terhadap pengeluaran
pemerintah sektor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor lainnya di kotamadya lebih besar dibanding kabupaten, hal ini berbeda
dengan pengaruh dummy kabupaten kota terhadap pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan pendidikan.
6.6.5. Pengeluaran Rumahtangga untuk Kesehatan
Persamaan pengeluaran rumahtangga untuk kesehatan mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 68.46 persen. Variabel endogen dalam
166 persamaan pengeluaran pendidikan dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-
variabel penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 47.75. Pengeluaran rumahtangga untuk kesehatan dipengaruhi secara signifikan
oleh kesehatan, populasi penduduk, dummy kabupaten kota, trend waktu, dan
pengeluaran rumahtangga untuk kesehatan tahun lalu dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Disposable income berpengaruh positif dalam meningkatkan
pengeluaran kesehatan rumahtangga, meskipun tidak signifikan. Hal ini dapat terjadi karena pendapatan rumahtangga di Jawa Tengah masih terlalu kecil
dialokasikan untuk pengeluaran kesehatan. Hasil persamaan pengeluaran rumahtangga untuk kesehatan selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 44. Hasil Pendugaan Parameter Pengeluaran Rumahtangga untuk
Kesehatan
Variabel Parameter Prob |t| Elastisitas
Elastisitas dugaan
jk pendek jk panjang
INTERSEP -132.782
0.0131 YD Disposable income
0.000468 0.2613 0.0485
0.0562 HEAL Kesehatan
1.698318 0.0250 3.4272
3.9665 POP Jumlah penduduk
0.000040 0.0001 1.0773
1.2469 DKK Dummy kabupaten kota
11.86787 0.0005 TREND Trend waktu
1.530041 0.0790 LPKESRT Lag pengel kesehatan rmhtangga
0.135973 0.0188
Fhit = 47.75 ProbF = 0.0001 Dw = 1.78401 R
2
= 0.68460
Peningkatan kesehatan
masyarakat berpengaruh
positif dalam
meningkatkan pengeluaran rumahtangga untuk kesehatan, dengan magnitude yang cukup besar. Setiap peningkatan kesehatan sebesar 10 persen akan meningkatkan
pengeluaran kesehatan rumahtangga sebesar 34.272 persen. Semakin baik tingkat kesehatan masyarakat, semakin besar dana kesehatan yang dikeluarkan
rumahtangga.
167 Peningkatan populasi penduduk berpengaruh positif dalam meningkatkan
pengeluaran kesehatan rumahtangga, dengan magnitude yang cukup besar. Setiap peningkatan jumlah penduduk sebesar 10 persen akan meningkatkan pengeluaran
kesehatan rumahtangga sebesar 10.773 persen. Semakin banyak jumlah anggota keluarga dalam rumahtangga, semakin besar pengeluaran kesehatan yang
dibutuhkan. Dummy
kabupaten kota berpengaruh positif terhadap pengeluaran kesehatan rumahtangga. Hasil ini mengindikasikan bahwa biaya kesehatan yang
dikeluarkan oleh rumahtangga yang tinggal di perkotaan lebih besar dibanding kabupaten. Tingginya biaya kesehatan yang dikeluarkan ternyata belum tentu
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakatnya, karena ternyata angka harapan hidup kesehatan masyarakat kabupaten lebih baik dibanding masyarakat
perkotaan Tabel 14.
6.6.6. Pengeluaran Rumahtangga untuk Pendidikan
Persamaan pengeluaran rumahtangga untuk pendidikan mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 81.461 persen. Variabel endogen dalam persamaan pengeluaran pendidikan dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-
variabel penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 96.67. Hasil persamaan pengeluaran rumahtangga untuk pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 45. Hasil Pendugaan Parameter Pengeluaran Pendidikan Rumahtangga
Variabel Parameter Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek jk panjang
INTERSEP -77.6607 0.0001
YD Disposable income 0.003194 0.0001
0.2214 0.2914
EDU Pendidikan 8.364937 0.0039
1.1301 1.4877
168
POP Jumlah penduduk 0.000052 0.0001
0.9359 1.2321
DKK Dummy kabupaten kota 17.98831 0.0204
TREND Trend waktu -1.48397 0.2415
LPPENRT Lag pengel pendidikan rmhtangga 0.240405 0.0001
Fhit = 96.67 ProbF = 0.0001 Dw = 1.198126 R
2
= 0.81461
Pengeluaran rumahtangga untuk pendidikan dipengaruhi secara signifikan
oleh tingkat pendapatan disposable income, tingkat pendidikan, populasi penduduk, dummy kabupaten kota, dan pengeluaran rumahtangga untuk
pendidikan tahun lalu dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Disposable income
berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan pengeluaran pendidikan rumahtangga, dengan magnitude yang tidak besar. Setiap peningkatan
disposable income sebesar 10 persen akan meningkatkan pengeluaran pendidikan
rumahtangga sebesar 2.214 persen. Dibanding pengeluaran rumahtangga untuk kesehatan dan lainnya, peningkatan disposable income memberi efek terbesar
dalam meningkatkan pengeluaran pendidikan rumahtangga. Peningkatan
pendidikan masyarakat
berpengaruh positif
dalam meningkatkan pengeluaran pendidikan rumahtangga, dengan magnitude yang
cukup besar. Setiap peningkatan pendidikan sebesar 10 persen akan meningkatkan pengeluaran pendidikan rumahtangga sebesar 11.301 persen. Semakin tinggi
pendidikan masyarakat, semakin besar dana pendidikan yang dikeluarkan oleh rumahtangga.
Peningkatan populasi penduduk berpengaruh positif dalam meningkatkan pengeluaran pendidikan rumahtangga, dengan magnitude yang relatif besar.
Setiap peningkatan jumlah penduduk sebesar 10 persen akan meningkatkan pengeluaran pendidikan rumahtangga sebesar 9.359 persen. Semakin banyak
169 jumlah anggota dalam rumahtangga, semakin banyak pengeluaran pendidikan
yang dibutuhkan. Dummy
kabupatenkota berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran pendidikan rumahtangga. Seperti halnya persamaan pengeluaran
kesehatan rumahtangga, hasil ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan rumahtangga perkotaan lebih besar dibanding kabupaten. Hal ini tercermin dari
tingkat pengeluarannya, dimana pengeluaran rumahtangga perkotaan menjadi lebih besar dibanding pengeluaran rumahtangga perdesaan. Hasil ini juga dapat
dijadikan indikasi bahwa tingkat kesejahteraan rumahtangga perkotaan lebih baik dibanding rumahtangga kabupaten. Semakin tinggi pendidikan, semakin besar
pengeluaran pendidikan rumahtangga.
6.6.7. Pengeluaran Rumahtangga Lainnya
Pengeluaran rumahtangga lainnya adalah semua pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi dan non konsumsi selain untuk pendidikan, dan
kesehatan. Persamaan pengeluaran rumahtangga lainnya mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 92.493 persen. Variabel endogen dalam persamaan pengeluaran pendidikan dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel
penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 271.06. Hasil persamaan pengeluaran rumahtangga lainnya adalah sebagai berikut:
Tabel 46. Hasil Pendugaan Parameter Pengeluaran Rumahtangga Lainnya
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek
jk panjang INTERSEP
-304.832 0.0096 YD Disposable income
0.022042 0.0001 0.1087
0.1135 EDU Pendidikan
51.08753 0.0032 0.4912
0.5129
170
POP Jumlah penduduk 0.000783 0.0001
1.0030 1.0473
DKK Dummy kabupaten kota 70.81410 0.1334
TREND Trend waktu -68.2324 0.0001
LPRTL Lag pengel rumahtangga lainnya 0.042347 0.2087
Fhit = 271.06 ProbF = 0.0001 Dw = 0.929226 R
2
= 0.92493
Pengeluaran rumahtangga lainnya dipengaruhi secara signifikan oleh
tingkat pendapatan disposable income, tingkat pendidikan, populasi penduduk, dummy
kabupaten kota, trend waktu, dan pengeluaran rumahtangga lainnya tahun lalu dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Peningkatan disposable
income, berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan pengeluaran
rumahtangga lainnya, dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap peningkatan disposable income
sebesar 10 persen akan meningkatkan pengeluaran rumahtangga lainnya sebesar 1.087 persen.
Peningkatan pendidikan masyarakat, berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran rumahtangga lainnya, dengan magnitude yang relatif kecil.
Setiap peningkatan pendidikan sebesar 10 persen akan meningkatkan pengeluaran rumahtangga lainnya sebesar 4.912 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi tingkat pengeluaran rumahtangga lainnya, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan penduduknya.
Hasil ini senada dengan penelitian Hinchliffe 1975, bahwa penghasilan bertambah cepat dengan meningkatnya tingkat pendidikan yang dicapai, terutama
di negara-negara sedang berkembang. Penghasilan golongan berpendidikan lebih besar daripada penghasilan golongan tidak berpendidikan. Penelitian ini didukung
oleh Mazumdar dan Ahmed 1978 serta Psacharopoulus 1977. Peningkatan populasi penduduk berpengaruh positif dalam meningkatkan
pengeluaran rumahtangga lainnya, dengan magnitude yang relatif besar. Setiap
171 peningkatan jumlah penduduk sebesar 10 persen akan meningkatkan pengeluaran
rumahtangga lainnya sebesar 10.03 persen. Semakin banyak jumlah anggota keluarga dalam rumahtangga, semakin banyak jumlah pengeluaran rumahtangga
yang dikeluarkan. Dummy
kabupatenkota berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran rumahtangga lainnya. Hasil persamaan ini menunjukkan bahwa
pengeluaran rumahtangga masyarakat perkotaan lebih besar dibanding perdesaan. Sama halnya pada persamaan pengeluaran kesehatan dan pendidikan
rumahtangga, hasil ini mendukung bahwa kesejahteraan masyarakat di perkotaan lebih tinggi dibanding kabupaten, karena pengeluaran rumahtangga dipengaruhi
secara positif dan signifikan oleh penerimaannya. Semakin tinggi pengeluaran rumahtangga, semakin tinggi tingkat pendapatan dan kesejahteraanya.
6.6.8. Investasi
Hasil persamaan investasi menunjukkan bahwa koefisien determinasi R
2
adalah sebesar 60 persen. Variabel endogen dalam persamaan investasi dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama
yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan 0.01 dengan nilai
33.03. Hasil persamaan investasi selengkapnya adalah sebagai berikut: Tabel 47. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Investasi
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas
dugaan jk pendek
INTERSEP 462.7675
0.0001 SB Suku bunga
-20.0868 0.0001
-3.956 PDRB total
0.003893 0.0002
0.173 PINF Pengeluaran infrastruktur
2.061947 0.0001
0.449 UMK Upah minimum kabupatenkota
-160.960 0.4032
-0.534 DKK Dummy kabupaten kota
-30.6566 0.0001
TREND Trend waktu -25.1545
0.0001
172
Fhit = 33.03 ProbF = 0.0001 Dw = 1.545224 R
2
= 0.60020
Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi dipengaruhi secara
signifikan oleh suku bunga, PDRB, pengeluaran infrastruktur, dummy kabupatenkota, dan trend waktu, dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis.
Peningkatan sukubunga berpengaruh negatif terhadap investasi daerah, dengan magnitude
yang cukup besar. Setiap peningkatan suku bunga sebesar 10 persen akan menurunkan investasi sebesar 39.56 persen. Hasil ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan 2006 dan Astuti 2007. Peningkatan PDRB berpengaruh positif dalam meningkatkan investasi,
dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap peningkatan PDRB sebesar 10 persen akan meningkatkan investasi sebesar 1.73 persen. Peningkatan PDRB diharapkan
dapat memacu investasi, meningkatkan kesempatan kerja, dan mengurangi pengangguran Jhingan 2004. Pertumbuhan ekonomi harus diarahkan pada
penyediaan overhead sosial dan ekonomi, yang notabene akan lebih banyak menciptakan pekerjaan dan menaikkan efisiensi produktif perekonomian jangka
panjang. Infrastruktur daerah, yang diukur dari pengeluaran pemerintah untuk
infrastruktur berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan investasi daerah. Setiap peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar 10 persen akan
meningkatkan investasi sebesar 4.49 persen. Dari hasil penelitian ini menunjukkan tentang pentingnya infrastruktur yang baik dalam mendorong
investor melakukan penanaman modal.
6.7. Blok Kesejahteraan Masyarakat