128 kesehatan  masyarakat  tidak  miskin.  Agar  terpenuhi  rasa  keadilan  masyarakat
maka diperlukan campur tangan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini.
5.7.      Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata  lama  sekolah  merupakan  ukuran    modal  manusia  suatu  daerah. Ukuran  ini  mengatasi  masalah  kekurangan  estimasi  dari  tingkat  pendidikan
tertinggi TPT. Akan tetapi, jumlah tahun sekolah ini tidak mengindahkan kasus- kasus  tidak  naik  kelas,  putus  sekolah  yang  kemudian  melanjutkan  kembali,  dan
masuk  sekolah  dasar  di  usia  yang  terlalu  muda  atau  sebaliknya.  Sehingga  nilai dari  jumlah  tahun  bersekolah  menjadi  terlalu  tinggi  kelebihan  estimasi  atau
bahkan terlalu rendah underestimate. Seperti  halnya  dengan  kesehatan,  kondisi  tingkat  pendidikan  masyarakat
yang  berpenghasilan  tinggi  biasanya  jauh  lebih  baik  dibanding  masyarakat  yang kurang  mampu.    Dengan  pendapatan  yang  tinggi,  masyarakat  tidak  miskin  akan
lebih  mempunyai  banyak  alternatif  pilihan  untuk  meningkatkan  kemampuannya. Kondisi  ini  berbanding  terbalik  dengan  kondisi  masyarakat  miskin.  Pendapatan
yang  rendah  membuat  masyarakat  miskin  tidak  dapat  memenuhi  kebutuhan dasarnya  dengan  baik  termasuk  pendidikan,  untuk  itu  diperlukan  peran  aktif
pemerintah  dalam  memberi  akses  seluas-luasnya  bagi  masyarakat  miskin  untuk dapat mengenyam pendidikan dengan baik.
Salah satu penyebab permasalahan pendidikan adalah fasilitas pendidikan yang  masih  kurang  memadai,  terutama  di  daerah  perdesaan.    Penduduk  yang
bersekolah  selama  periode  tahun  2005  -  2007  mengalami  penurunan.  Penurunan murid  terjadi pada jenjang pendidikan SD sebesar 9.09 persen,  SLTP turun 1.71
persen dan SLTA turun sebesar 1.38 persen.
129 Berdasarkan  angka  partisipasi  kasar  APK,  aksesibilitas  masyarakat
terhadap fasilitas pendidikan pada tahun 2003 dan 2006 mengalami peningkatan. Pada  tingkat  SDMI  dari  107.17  persen  menjadi  109.12  persen,  SMPMTs  dari
71.55  persen  menjadi  77.68  persen  dan  proporsi  penduduk  buta  huruf  turun  dari 13.27  persen  menjadi  10.46  persen.  Angka  melek  huruf  di  Jawa  Tengah  pada
tahun  2008  sebesar  98.8  persen  dan  pada  tahun  2009  meningkat    sebesar  98.9 persen.  Berikut  ini  adalah  data  mengenai  tolok  ukur  pendidikan  angka  melek
huruf dan angka partisipasi sekolah penduduk Jawa Tengah, tahun 2005-2008: Tabel  25.  Angka  Melek  Huruf  dan  Angka  Partisipasi  Sekolah  Jawa  Tengah,
Tahun 2005-2008
Tahun Kategori
Angka melek huruf Angka partisipasi sekolah
15-24 Tahun
25-55 Tahun
7-12 Tahun
13-15 Tahun
2005 M + TM
99.26 94.29
98.34 87.79
Miskin M 98.58
91.77 97.21
75.18 Tidak miskin TM
99.44 94.88
98.72 91.30
2006 M + TM
99.35 94.91
98.47 83.41
Miskin M 98.94
92.59 97.69
70.68 Tidak miskin TM
99.46 95.46
98.75 87.57
2007 M + TM
99.31 94.41
48.65 83.54
Miskin M 98.77
89.45 95.83
65.38 Tidak miskin TM
99.45 95.54
99.62 88.75
2008 M + TM
99.73 96.22
98.78 83.77
Miskin M 99.60
93.80 98.10
72.50 Tidak miskin TM
99.80 96.70
99.00 86.80
Sumber: BPS, Jawa Tengah 2009 Sama halnya dengan tingkat kesehatan, tingkat pendidikan diwakili angka
melek  huruf  dan  angka  partisipasi  sekolah  masyarakat  miskin  lebih  rendah dibanding masyarakat tidak miskin. Ketidakmampuan untuk meneruskan sekolah
ke  jenjang  yang  lebih  tinggi  adalah  hal  yang  cukup  menjadi  sorotan  di  dunia pendidikan.  Kasus  putus  sekolah  yang    banyak  terjadi  di  daerah  perdesaan
menunjukkan bahwa pendidikan belum merupakan prioritas. Rendahnya prioritas tersebut antara lain dipicu oleh akses masyarakat terhadap pendidikan yang masih
relatif  kecil,  terutama  bagi  keluarga  miskin  yang  tidak  mampu  membiayai  anak
130 untuk meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Berikut ini adalah gambar
rata-rata lama sekolah di Jawa Tengah untuk tahun 2003 - 2007:
Sumber:      BPS, Jawa Tengah 2004- 2008 Gambar 15. Rata-rata Lama Sekolah di Jawa Tengah, Tahun 2003
– 2007 Rata-rata  lama  sekolah  di  Jawa  Tengah  sepanjang  tahun  mengalami
peningkatan.  Angka  ini  masih    cukup  jauh,  bila  dibandingkan  dengan  program pembangunan  pemerintah  tentang  wajib  belajar  9  tahun.    Data  tahun  2009
menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah di Jawa Tengah menunjukkan angka 7.1  tahun,  meningkat  dari  tahun  sebelumnya  sebesar  6.9  tahun.  Hal  ini    menjadi
tantangan  tersendiri  bagi  Pemerintah  Daerah  Jawa  Tengah  agar  program pemerataan  pendidikan  Wajib  Belajar  9  tahun    dapat  segera  tercapai,
sebagaimana  yang  diamanatkan  dalam  UUD  1945,  dan  tujuan  pembangunan dalam MDG.
5.8.      Produktivitas Tenaga Kerja