Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian DPL Desa Blongko, Kabupaten Minahasa Selatan-Provinsi Sulawesi Utara, DPL Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan
– Provinsi Lampung, dan APL Pulau Harapan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu- Provinsi DKI Jakarta
29
30
3.2 Kerangka Pendekatan Penelitian
Secara konseptual, pendekatan yang digunakan dalam penelitian Efektifitas dan Keberlanjutan Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat:
Kasus DPL-BM Blongko, Minahasa Selatan, DPL-BM Pulau Sebesi, Lampung Selatan, dan APL Pulau Harapan Kepulauan Seribu ini disajikan pada Gambar 4.
Kajian diawali dari kondisi terkini pengelolaan dari 3 DPL, yaitu DPL Blongko, DPL Pulau Sebesi dan APL Pulau Harapan. Tahap pertama dilakukan
pengumpulan data ekologibiofisik, sosial ekonomi, sosial budaya, kebijakan dan kelembagaan. Data ekologibiofisik antara lain mencakup kondisi ekosistem
terumbu karang dan sumberdaya ikan, serta ekosistem pesisir lainnya. Data sosial ekonomi mencakup mata pencaharian, pendapatan dan usaha ekonomi alternatif.
Data sosial budaya meliputi data persepsi masyarakat dan partipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pulau. Adapun kebijakan dan kelembagaan
seperti aturan-aturan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya pesisir, kelembagaan masyarakat, kemampuan institusi setempat, dukungan pemerintah,
LSM dan Perguruan Tinggi. Data tersebut di atas selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis kualitatif dan kuantitaif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek ekologibiofisik dan data sosial ekonomi. Analisis kualitatif
digunakan untuk menganalisis aspek sosial budaya dan kebijakan-kelembagaan. Tahap selanjutnya, dilakukan penyusunan parameter dan indikator penilaian
efektifitas dan keberlanjutan pengelolaan daerah perlindungan laut. Parameter yang dijadikan indikator penilaian prospek keberlanjutan pengelolaan DPL terdiri
atas 12 parameter, yaitu 1 dampak terhadap kualitas terumbu karang; 2 dampak terhadap sumberdaya ikan; 3 dampak terhadap perbaikan lingkungan;
4 kesesuaian dengan aspek sosial ekonomi masyarakat setempat; 5 dampak terhadap perbaikan ekonomi masyarakat; 6 dampak terhadap pengembangan
usaha lain; 7 kesesuaian dengan kebijakan setempat; 8 komitmen pemerintah setempat dan institusi lainnya; 9 partisipasi dari stakeholder utama; 10
peningkatan kapasitas institusi setempat; 11 penguatan kapasitas sumberdaya manusia; dan 12 hubungan dengan sumber pendanaan lainnya Modifikasi dari
Bengen et al. 2002.
Gambar 4. Kerangka penelitian
31