Batasan Penelitian Efektifitas dan keberlanjutan pengelolaan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat
64
Berbagai jenis ikan hias juga banyak ditemui di perairan Kepulauan Seribu. Paling tidak di kawasan ini hidup 113 jenis ikan hias yang diantaranya
termasuk ke dalam famili Chaetodontidae, Diodontidae dan Pomacantidae. Tidak aneh jika keragaman jenis terumbu karang dan ikan hias di kawasan ini
merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Sedangkan jenis ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi, yang banyak ditemui antara lain ikan
baronang, ekor kuning, tenggiri dan ikan tongkol. Di kawasan ini juga terdapat ikan lumba-lumba yang dilindungi.
Untuk jenis Echinodermata yang banyak dijumpai diantaranya adalah bintang laut, teripang dan bulu babi yang juga merupakan indikator perusakan
terumbu karang. Jenis ini hidup di lingkungan terumbu karang, sehingga tinggi rendahnya populasi jenis ini dapat menjadi indikator rusak tidaknya kawasan
terumbu karang. Jenis Crustacea yang banyak dikonsumsi antara lain kepiting, rajungan dan udang karang spiny lobster. Moluska binatang lunak yang dapat
dijumpai terdiri dari jenis-jenis Gastropoda dan Pelecypoda termasuk yang dilindungi diantaranya Kima Raksasa dan Kima Sisik.
Keberadaan terumbu karang beserta ikan-ikan hias serta berbagai biota air yang tersebar di wilayah perairan Kelurahan Pulau Harapan dan Kepulauan Seribu
ini merupakan potensi sumberdaya yang telah sejak lama menopang kehidupan masyarakat setempat. Keanekaragaman hayati tersebut ditambah lagi dengan
pantai berpasir putih di berbagai pulau, juga merupakan sumberdaya alam yang potensial untuk lebih lanjut dikembangkan bagi keperluan wisata.
Adanya kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak mengakibatkan tidak hanya ikan-ikan target penangkapan yang mati, tetapi juga
anak-anak ikan dan biota air lainnya, belum lagi kerusakan habitat karang. Padahal terumbu karang selain sebagai tempat hidup berbagai biota air, dikenal
dengan keindahannya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata bahari. Nampaknya masalah penangkapan dengan menggunakan bahan peledak ini cukup
menjadi ancaman dan perlu ditangani dengan lebih komprehensif. Hal yang juga merupakan masalah adalah penangkapan ikan, terutama
ikan-ikan hias, dengan menggunakan bahan pembius atau racun. Walaupun tidak sehebat akibat akibat dari penggunaan bahan peledak, penggunaan bahan pembius
65
juga berakibat pada kematian-kematian biota-biota air lain yang lebih rentan daripada ikan, selain juga dapat merusak terumbu karang.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kualitas terumbu karang di Pulau Harapan memiliki persen penutupan sampai
70. Pengamatan dilakukan di empat titik, yaitu Karang Suar, Karang Sekoci, Timur Kelapa Dua dan Selatan Harapan. Di kawasan karang suar kualitas tutupan
karang hidup mencapai 60 persen. Di kawasan ini jenis ikan yang dominan dijumpai adalah seriding merah, kromis hijau dan ekor kuning. Ekosistem
terumbu karang di kawasan karang sekoci memiliki persen penutupan karang hidup mencapai 69 persen. Ikan yang dominan ditemukan di kawasan ini adalah
seriding pipih, baronang dan ikan pelo tanda coklat. Ekosistem terumbu karang di sekitar timur kelapa dua juga memiliki kualitas tutupan karang hidup dalam
kondisi yang baik, yaitu mencapai 64 persen. Ikan yang dominan ditemukan di kawasan ini adalah ikan kromis hijau. Kondisi kualitas terumbu karang Pulau
Harapan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Persentase tutupan karang di Pulau Harapan
Jenis Karang Lokasi
Karang Suar Karang Sekoci
Timur Kelapa Dua
Selatan Harapan 3 m
7 m 3 m
7 m 3 m
7 m 3 m
7 m Karang Hidup
58.7 26.6
68.8 50.3
64.3 37.9
46.9 35.3
Karang Mati 8.8
5.9 6.5
6 9.7
2.4 11
8.8 Algae
0.6 1
0.2 0.8
Fauna Lainnya 0.8
1 0.4
2.1 0.8
0.4 4.6
Abiotik 31.7
65.9 23.3
41.4 26
58.1 41.7
51.3 Jumlah
100.0 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0
Tabel 10. Indeks keragaman, keseragaman dan dominasi ikan karang di Pulau Harapan
Indeks Lokasi
Karang Suar Karang Sekoci
Timur Kelapa Dua
Selatan Harapan
3 m 7 m
3 m 7 m
3 m 7 m
3 m 7 m
Indeks Dominasi 0.196 0.201
0.413 0.328
0.333 0.067
0.137 0.164
Indeks Keragaman 2.073 2.148
1.539 0.631
1.912 2.667
2.340 2.308
Indeks Keseragaman
0.563 0.638 0.433
0.187 0.518
0.800 0.669
0.693
66
3 Lamun
Ekosistem padang lamun di Pulau Harapan terdapat di perairan sebelah utara dan selatan. Meskipun menempati kawasan yang cukup luas, namun jenis
lamun yang ada hanya terdiri dari dua spesies, yaitu jenis Enhalus sp. dan Thalasia
sp. Ekosistem lamun ini merupakan salah satu ekosistem penting dari
ekosistem pesisir yang ada di Pulau Harapan. 4.2
Karakteristik Sosial Ekonomi dan Budaya 4.2.1 Daerah Perlindungan Laut Desa Blongko
1 Sejarah Desa dan Kependudukan
Desa Blongko merupakan hasil pemekaran Desa Boyong Pante, hingga tahun 1991 Blongko masih merupakan bagian adminitrasi Desa Boyong Pante.
Nama Blongko memiliki dua makna, yaitu 1 Belanga Goreng wajan tempat penggorengan, karena daratan desa ini bila dilihat dari ketinggian tampak seperti
belanga goreng, 2 Mati berjongkok, yang berasal dari cerita bahwa pernah ada orang yang mencuri kelapa, lalu jatuh dan mati dalam kondisi berjongkok
Kasmidi 1998. Sejarah kependudukan desa ini dimulai kurang lebih sekitar tahun 1924, yaitu sejak berdirinya perusahaan perkebunan kelapa milik Belanda
dan membuka pemukiman di Desa Blongko. Sebagian besar penduduk Desa Blongko merupakan penduduk pendatang, yang umumnya berasal dari Sangir
69, Minahasa 19 dan Bolaang Mongondow 2 Kussoy et al. 1999. Orang-orang tersebut memilih datang ke Desa Blongko karena di desa tersebut
masih tersedia lahan untuk pertanian, masih bisa menangkap ikan di laut atau bekerja di perusahaan perkebunan kelapa. Suku atau etnis yang ada di Desa
Blongko adalah Sangir, Minahasa, Bolaang Mongondow, Siau, Talaud, Sangir- Minahasa, Gorontalo, Buton, Bugis, Sangir-Siau, Jawa-Manado, dan Bantik.
2 Mata Pencaharian
Berdasarkan Data dari Profil Desa Blongko mata pencaharian penduduk di desa ini adalah 38 dikategorikan bekerja pada subsektor Pertanian Tanaman
Pangan, 13.3 bekerja pada subsektor Perkebunan, 1.6 bekerja pada subsektor Peternakan, 11.4 bekerja pada subsektor Perikanan, dan 4.0 bekerja pada
subsektor JasaPerdagangan termasuk guru, pegawai negeri, pensiunan, pegawai