44
2 DPL DPL Blongko dan Sebesi diinisiasi oleh Proyek Pesisir, sedangkan APL P. Harapan diinisiasi oleh Pemerintah Daerah. DPL Blongko merupakan DPL
yang berbasis pulau daratan, sedangkan DPL Pulau Sebesi dan APL Pulau Harapan merupakan DPL berbasis pulau-pulau kecil. Perbedaan ini sangat
menarik untuk dianalisis untuk dijadikan bahan masukan bagi pengelolaan DPL lebih lanjut. Prosedur analisis diskriminan dapat dilakukan dalam lima tahapan
berikut : 1. Mengenali tujuan analisis, penentuan variabel tak bebas berdasarkan teori atau
hasil penelitian sebelumnya, penentuan variabel bebasprediktor yang akan dimasukkan dalam model fungsi diskriminan. Pada tahap ini juga termasuk
tahap penentuan contoh analisis untuk keperluan estimasi dan sample validasi untuk keperluan validasi fungsi diskriminan.
2. Melakukan estimasi fungsi diskriminan. Estimasi fungsi diskriminan dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS. Estimasi dapat dilakukan dengan
salah satu metode yaitu direct method atau stepwise discriminant analysis.
3. Menguji signifikansi fungsi diskriminan: tahapan ini dimaksudkan untuk
menguji keberartian fungsi diskriminan dalam membedakan antar kelompok. Dari tahapan ini akan dapat diperoleh fungsi-fungsi yang secara signifikan
mendiskriminasi kelompok-kelompok yang diberikan
4. Mengintepretasi hasil: tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji koefisien
fungsi diskriminan dikaitkan dengan permasalahan yang dimodelkan
5. Penilaian validitas analisis diskriminan: tahapan ini dimaksudkan untuk
menilai sejauh mana akurasi fungsi diskriminan hasil estimasi dalam mengklasifikasikan objek-objek yang diketahui kelompoknya. Prosentase
keberhasilan mengelompokkan obyek secara benar ke dalam kelompoknya merupakan indikator keakuratan analisis.
Variabel-variabel tak bebas adalah tiga DPL yang mengembangkan program DPL berbasis masyarakat yang diberi indeks 1, 2 dan 3. Variabel bebas
merupakan variabel kuantitatif yang terkait dengan efektifitas program DPL-BM, seperti diuraikan di atas, yaitu:
1 Ketersediaan data dasar X
1
2 Kerangka kerja pengelolaan DPL X
2
45
3 Sumber pendanaan pengelolaan DPL X
3
4 Pembagian tugas pengelolaan DPL X
4
5 Dukungan peraturan X
5
6 Monitoring dan evaluasi X
6
7 Dampak terhadap perbaikan sumberdaya dan lingkungan X
7
8 Dampak terhadap perbaikan sosial ekonomi masyarakat X
8
9 Dampak terhadap perubahan sikap masyarakat X
9
Penentuan nilai skor dari setiap parameter bebas ini disajikan pada Lampiran 1, sedangkan matriks data yang dihasilkan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Matriks analisis efektifitas pengembangan DPL ditiga lokasi penelitian PulauDPL
Variabel Bebas X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
X
6
X
7
X
8
X
9
Blongko Y
1
y
11
y
21
y
31
y
41
y
51
y
61
y
71
y
81
y
91
Sebesi Y
2
y
12
Y
22
Y
32
Y
42
Y
52
Y
62
Y
72
Y
82
Y
92
Harapan Y
3
y
13
Y
23
Y
33
Y
43
Y
53
Y
63
Y
73
Y
83
Y
93
Keterangan: Yi i = 1, 2, m
= PulauDPL ke-i Xj j = 1, 2, ...., n
= Variabel bebas parameter ke-j Yij m=3; n=9
= Pengukuran keragaan variabel ke-j dari pulau ke-i
3.5.4 Analisis Keberlanjutan Pengembangan DPL A.
Parameter Keberlanjutan
Fokus analisis keberlanjutan program daerah perlindungan laut dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana program daerah perlindungan
laut di lokasi penelitian dapat berlanjut atau dilanjutkan oleh masyarakat setempat. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa ketiga daerah perlindungan
laut yang diteliti merupakan program inisiasi oleh pihak luar. Sehingga dalam jangka waktu tertentu inisiator tidak lagi terlibat baik langsung maupun tidak
langsung. Dengan demikian, maka tanggungjawab selanjutnya untuk melanjutkan program ini adalah masyarakat setempat. Apakah masyarakat akan melanjutkan
program ini atau tidak, terdapat banyak parameter yang mempengaruhinya. Faktor-faktor inilah yang akan diteliti. Faktor-faktor yang mempanguruhi