11
Secara ekologis terpisah dari pulau induk mainland island, memiliki batas fisik yang  jelas,  dan  terpencil  dari  habitat  pulau  induk  sehingga  bersifat  insular.
Alternatif  batasan  pulau  kecil  juga  berlandaskan  pada  kepentingan  hidrologi ketersediaan air tawar, ditetapkan oleh para ilmuwan batasan pulau kecil adalah
pulau  dengan  ukuran  kurang  dari  1  000  km
2
atau  lebarnya  kurang  dari  10  km Bengen 2002.  Namun pada kenyataannya, banyak pulau berukuran antara 1 000
km
2
- 2 000 km
2
memiliki karakteristik dan permasalahan yang sama dengan pulau yang ukurannya kurang dari 1000 km
2
, sehingga diputuskan oleh UNESCO pada 1991 bahwa batasan pulau kecil adalah pulau dengan luas area kurang dari 2 000
km
2
.    Sementara  itu,  dalam  konteks  pengelolaan  PPK,  Indonesia  menetapkan batasan PPK adalah kurang atau sama dengan pulau dengan luas 2 000 km
2
. Griffith  dan  Innis  1992;  United  Nation  1994  dalam  Bengen  2002
menyatakan bahwa karakteristik biogeofisik pulau kecil yang menonjol yaitu:   Terpisah dari habitat pulau induk
  Sumberdaya air tawar terbatas, dimana daerah tangkapan airnya relatif kecil   Rentan  terhadap  pengaruh  eksternal,  baik  alami  maupun  akibat  kegiatan
manusia, seperti badai dan gelombang besar serta pencemaran   Memiliki sejumlah jenis sumberdaya endemik yang bernilai ekologis tinggi
  Area perairan lebih luas dari area daratannya dan relatif terisolasi dari daratan
utamanya   Tidak mempunyai daerah hinterland yang jauh dari pantai.
Pulau kecil merupakan habitat yang terisolasi dengan habitat lain sehingga keterisolasian  ini  akan  menambah  keanekaragaman  organisme  yang  hidup  di
pulau  serta  dapat  membentuk  kehidupan  yang  unik  di  pulau  tersebut.  Selain  itu pulau  kecil  juga  mempunyai  lingkungan  yang  khusus  dengan  proporsi  spesies
endemik yang tinggi bila dibandingkan dengan pulau kontinen. Akibat ukurannya yang  kecil  maka  tangkapan  air  pada  pulau  ini  yang  relatif  kecil  sehingga  air
permukaan  dan  sedimen  lebih  cepat  hilang  kedalam  tanah.  Jika  dilihat  dari  segi budaya maka masyarakat pulau kecil mempunyai budaya yang umumnya berbeda
dengan masyarakat pulau kontinen dan daratan Dahuri, 1998. Berdasarkan  penjelasan-penjelasan  diatas  maka  ada  3  hal  yang  dapat
dipakai  untuk  membuat  suatu  batasan  pengertian  pulau  kecil  yaitu:  i  batasan fisik  menyangkut  ukuran  luas  pulau;  ii  batasan  ekologis  menyangkut
12
perbandingan spesies endemik dan terisolasi; dan iii keunikan budaya.  Kriteria tambahan lain yang dapat dipakai adalah tingkat ketergantungan penduduk dalam
memenuhi  kebutuhan  pokok.  Apabila  penduduk  suatu  pulau  dalam  memenuhi kebutuhan pokok hidupnya bergantung pada lain atau pulau induknya maka pulau
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai pulau kecil.
2.3 Kawasan Konservasi Laut
Marine Sanctuary
Kawasan  Konservasi  Laut  KKL  adalah  istilah  yang  diusulkan  oleh Komisi Nasional Konservasi Laut sebagai terjemahan dari Marine Protected Area
MPA  Wiryawan  et  al.  2005.    KKL  didefinisikan  sebagai  kawasan  perairan pasang  surut  termasuk  pesisir  dan  pulau-pulau  kecil,  termasuk  tumbuhan  dan
hewan di dalamnya, serta termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial budaya, yang  dilindungi  secara  hukum,  atau  cara  lain  yang  efektif,  baik  dengan
melindungi seluruh atau sebagian wilayah tersebut. Konsep  pengembangan  kawasan  konservasi  skala  luas  yang  digunakan
adalah  pendekatan  Large  Marine  Ecosystem  LMEs,  yaitu  sebuah  pendekatan yang  digunakan  untuk  menentukan  luasan  dari  suatu  kawasan  pesisir  dan  laut
untuk di konservasi.   LMEs ini ditetapkan untuk kawasan pesisir dan laut seluas 200  000  km
2
atau  lebih  yang  dikarakteristikkan  oleh  kedalaman,  hydrografi, produktivitas, aspek antropologi atau penduduk Mahon et al. 2007.  Konsep ini
telah  digunakan  sekitar  25  tahun  yang  lalu,  dan  telah  diinvestigasi  pengaruhnya terhadap ekosistem pesisir dan laut dunia.  Konsep ini digunakan untuk mengatasi
isu  ekosistem  pesisir  pada  skala  geografi  yang  banyak  dipengaruhi  oleh  aspek biofisik.  Pendekatan LMEs ini fokus pada lima hal yaitu produktivitas, ikan dan
kegiatan  perikanan,  kesehatan  ekosistem,  sosial  ekonomi  dan  tata-kelola ekosistem  pesisir  dan  laut.    Beberapa  kawasan  konservasi  yang  mengikuti
pendekatan  LMEs  adalah  kawasan  konservasi  Phoenix  Island  di  di  Republik Kiribati dengan luas 185 000 km
2
, Taman Laut Great Barrier Reef Marine dengan luas 344 000 km
2
, dan  Taman Laut Nasional di Pulau Hawai seluas 362 000 km
2
Edward 2008. Peraturan  perundangan  yang  terkait  dengan  kawasan  konservasi  laut  di
Indonesia adalah UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau  Kecil  dan  PP  No.  60  Tahun  2007  tentang  Konservasi  Sumberdaya
13
Ikan.  UU No. 27 Tahun 2007 mengatur hal-hal yang lebih umum terkait dengan wilayah  pesisir  dan  pulau-pulau  kecil.  Di  dalam  UU  ini  disebutkan  bahwa
kawasan  adalah  bagian  wilayah  pesisir  dan  pulau-pulau  kecil  yang  memiliki fungsi  tertentu  yang  ditetapkan  berdasarkan  kriteria  karakteristik  fisik,  biologi,
sosial,  dan  ekonomi  untuk  dipertahankan  keberadaannya.    Pada  Pasal  28  Ayat  1 disebutkan  bahwa  konservasi  wilayah  pesisir  dan  pulau-pulau  kecil
diselenggarakan untuk 1 menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil; 2 melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain; 3 melindungi habitat
biota laut; dan 4 melindungi situs budaya tradisional. Konservasi ekosistem secara spesifik diatur dalam PP No. 60 Tahun 2007
Tentang  Konservasi  Sumberdaya  Ikan.    Pada  Pasal  1  Ayat  2  Ketentuan  Umum disebutkan  bahwa  konservasi  ekosistem  adalah  upaya  melindungi,  melestarikan,
dan  memanfaatkan  fungsi  ekosistem  sebagai  habitat  penyangga  kehidupan  biota perairan  pada  waktu  sekarang  dan  yang  akan  datang.    Lebih  lanjut  pada  Pasal  5
dan 6 diatur tentang tipe pelaksanaan konservasi ekosistem.  Pasal 5 menyebutkan bahwa    tipe  ekosistem  yang  terkait  dengan  sumberdaya  ikan  adalah  terdiri  atas
laut;  padang  lamun;  terumbu  karang;  mangrove;  estuari;  pantai;  rawa;  sungai; danau;  waduk;  embung;  dan    ekosistem  perairan  buatan.    Pasal  6  menyatakan
konservasi  ekosistem  dilakukan  melalui  kegiatan:  a  perlindungan  habitat  dan populasi  ikan;  b  rehabilitasi  habitat  dan  populasi  ikan;  c    penelitian  dan
pengembangan;  d  pemanfaatan  sumberdaya  ikan  dan  jasa  lingkungan;  e pengembangan  sosial  ekonomi  masyarakat;  f  pengawasan  dan  pengendalian;
danatau; g  monitoring dan evaluasi. Beberapa jenis konservasi yang disebutkan dalam PP No. 60 Tahun 2007
adalah sebagai berikut: 1  Kawasan  Konservasi  Perairan  adalah  kawasan  perairan  yang  dilindungi,
dikelola  dengan  sistem  zonasi,  untuk  mewujudkan  pengelolaan  sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.
2  Taman  Nasional  Perairan  adalah  kawasan  pelestarian  alam  perairan  yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,  ilmu
pengetahuan,  pendidikan,  kegiatan  yang  menunjang  perikanan  yang berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi.