berkembang, perempuan menanggung beban dari kemalangan yang terkait dengan kemiskinan: sedikit akses ke sekolah, kekerasan fisik dari suami,
pernikahan paksa, perdagangan seksual, kesempatan kerja lebih sedikit dan, dalam beberapa masyarakat, keterbatasan partisipasi mereka dalam kegiatan
di luar rumah.
b. Hubungan tingkat pendidikan dengan terjadinya gangguan mental emosional
8
Buta huruf atau miskin pendidikan merupakan faktor risiko yang konsisten untuk gangguan mental umum. Beberapa penelitian juga
menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan dan risiko terjadinya gangguan mental. Hubungan sebab akibat sepertinya bukan merupakan faktor,
karena pendidikan dasar terjadi di anak usia dini ketika gangguan mental yang tidak umum terjadi. Hubungan antara tingkat pendidikan rendah dan gangguan
mental mungkin dikacaukan atau dijelaskan oleh sejumlah jalur: ini termasuk status gizi buruk yang mana dapat merusak perkembangan intelektual, yang
mengarah ke tingkat pendidikan yang buruk dan buruknya perkembangan psikososial. Risiko yang berhubungan dengan penghasilan rendah untuk
gangguan mental pada usia anak merupakan faktor terkuat untuk gangguan perilaku, ini adalah terkait dengan kegagalan sekolah dan gangguan mental
yang umum di masa dewasa. Konsekuensi sosial dari pendidikan yang buruk adalah jelas yaitu kurangnya pendidikan merupakan berkurang kesempatan.
c. Hubungan antara sosioekonomi dengan terjadinya gangguan mental
8
Banyak bukti-bukti dari negara-negara industri menunjukkan hubungan antara kemiskinan dan risiko untuk gangguan mental yang umum. Gangguan
Universitas Sumatera Utara
mental yang umum adalah depresi dan kecemasan, gangguan yang diklasifikasikan dalam International Classification of Disease- Tenth edition
ICD-10 sebagai: neurotik, stres-terkait dan gangguan somatoform dan gangguan mood . Pentingnya kesehatan masyarakat dari gangguan mental
dan perilaku yang ditunjukkan oleh fakta bahwa mereka salah satu penyebab paling penting dari morbiditas di pelayanan kesehatan primer dan
menghasilkan ketidakmampuan yang cukup bermakna. Definisi kemiskinan bervariasi tergantung pada sistem sosial, budaya dan politik di daerah tertentu
dan sesuai kepada pengguna data. Definisi orang miskin mengungkapkan bahwa kemiskinan adalah sebuah fenomena sosial multidimensi. Dari
perspektif epidemiologi, kemiskinan berarti status sosial ekonomi rendah diukur dengan kelas sosial atau pendapatan, pengangguran dan tingkat
pendidikan yang rendah. Kemiskinan mungkin akan berhubungan dengan malnutrisi, kurangnya akses ke air bersih, hidup di lingkungan tercemar,
perumahan tidak memadai, kecelakaan sering dan faktor risiko lain yang terkait dengan kesehatan fisik yang buruk. Ada bukti menunjukkan komorbiditas
antara penyakit fisik dan gangguan mental yang umum, dan asosiasi ini sebagian dapat menjelaskan hubungan antara kemiskinan dan gangguan
mental. Masalah kesehatan mental dan fisik menyebabkan peningkatan biaya perawatan kesehatan dan memburuknya kemiskinan.
Penyelidikan epidemiologis di negara-negara berkembang banyak menghubungkan tingginya tingkat gangguan mental dengan faktor-faktor
seperti diskriminasi, pengangguran dan hidup melalui periode perubahan sosial yang cepat dan tak terduga. Penyidik di India yang baru-baru ini dilakukan
sebuah studi komunitas gangguan mental di daerah pedesaan, 20 tahun
8
Universitas Sumatera Utara
setelah penelitian serupa di daerah yang sama, menemukan bahwa tingkat keseluruhan gangguan mental tidak berubah. Namun, tingkat kategori
diagnostik tertentu telah berubah sehingga tingkat depresi meningkat dari 4,9 menjadi 7.3 P0.01, yang disebabkan oleh efek dari perubahan gaya hidup.
Di Cina, peneliti menyarankan bahwa perubahan sosial termasuk meningkatnya prevalensi kerugian ekonomi utama bagi individu, peningkatan
biaya perawatan kesehatan, melemahnya ikatan keluarga, migrasi ke daerah perkotaan untuk sementara atau kerja musiman, dan ketidaksetaraan
pendapatan diduga menyebabkan meningkatnya angka bunuh diri, sebagian karena pengaruhnya pada tingkat peningkatan gangguan depresi yang
sebagian besar tidak diobati.
d. Hubungan tempat tinggal dengan terjadinya gangguan mental emosional