Etambutol E 15 15-20
30 20-35 Streptomisin S
15 12-18 15 12-18
Antituberkulosis kelompok kedua yaitu antibiotik golongan fluorokuinolon siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin, sikloserin, etionamid, kanamisisn,
kapreomisin dan para aminosalisilat Istiantoro dan Setiabudy, 2007. Penggunaan OAT kelompok kedua misalnya golongan aminoglikosida
misalnya kanamisin dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah
daripada OAT kelompok pertama juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT kelompok kedua Depkes RI, 2006.
2.4.1 Prinsip Pengobatan Tuberkulosis
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Penggunaan
OAT tunggal monoterapi harus dihindari. Pemakaian obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap OAT – KDT lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Pengawasan langsung atau directly observed treatment DOT oleh seorang pengawas menelan obat PMO harus dilakukan untuk menjamin kepatuhan pasien.
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. Pada tahap intensif atau awal pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
2.4.2 Panduan Obat Antituberkulosis yang Digunakan di Indonesia
Paduan obat antituberkulosis yang digunakan oleh program nasional penanggulangan tuberkulosis di Indonesia dibagi dalam dua kategori.
1. Kategori satu Kategori satu diobati dengan kombinasi 2HRZE4HR3. Tahap intensif
terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama dua bulan, kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam seminggu
selama empat bulan. Pasien yang termasuk kategori satu yaitu pasien baru tuberkulosis paru
dengan hasil uji BTA positif, pasien tuberkulosis paru dengan hasil uji BTA negatif tetapi hasil foto toraks positif dan pasien tuberkulosis ekstra paru. Dosis obat
antituberkulosis untuk kategori satu dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Dosis kategori satu
Berat badan
kg Tahap intensif tiap hari
selama 56 hari RHZE 15075400275
Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 16
minggu RH 150150 30-37
2 tablet 4KDT 2 tablet 4KDT
38-54 3 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT 55-70
4 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT
≥ 71 5 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT
2. Kategori dua Kategori dua diobati dengan kombinasi 2HRZESHRZE5HRE3.
Tahap intensif diberikan selama tiga bulan, yang terdiri dari dua bulan dengan
Universitas Sumatera Utara
HRZES setiap hari, dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga
kali dalam seminggu. Paduan obat antituberkulosis ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya yaitu pasien kambuh, pasien gagal, pasien
dengan pengobatan setelah default terputus. Dosis obat antituberkulosis untuk kategori dua dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Dosis kategori dua
Berat badan
kg Tahap intensif tiap hari RHZE
15075400275 + S Tahap lanjutan 3 kali
seminggu selama 5 bulan RH 150150 +
E275 Selama 56 Hari
Selama 28 hari
2 tablet 2KDT + 2 tablet Etambutol
30-37 2 tablet 4KDT +
500 mg Streptomisin
injeksi 2 tablet
4KDT 2 tablet 2KDT + 2
tablet Etambutol
38-54 3 tablet 4KDT +
750 mg Streptomisin
injeksi 3 tablet
4KDT 3 tablet 2KDT + 3
tablet Etambutol
55-70 4 tablet 4KDT +
1000 mg Streptomisin
injeksi 4 tablet
4KDT 4 tablet 2KDT + 4
tablet Etambutol
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENATALAKSANAAN UMUM
3.1 Identitas Pasien
Nama : WL
No. RM : 00.48.94.91
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 15 Oktober 1959
Agama : Kristen Protestan
Suku : Nias
Alamat : Dusun II, Hilimaebu, Sisarahili, Susua, Nias Selatan
Berat Badan : 45 kg
Ruangan : Rindu A
3
Pembayaran : Askes
Pulmonologis Kamar I-1
Tanggal Masuk : 7 Oktober 2011
3.2 Ringkasan pada Waktu Pasien Masuk ke RSUP H. Adam Malik
Pasien masuk ke RSUP H. Adam Malik melalui instalasi gawat darurat IGD pada tanggal 7 Oktober 2011 dengan keluhan sesak nafas, batuk, dan nyeri dada.
Sesak nafas dialami pasien lebih kurang 10 bulan. Nafas berbunyi dialami lebih kurang 4 bulan ini, nafas berbunyi juga dialami ketika pasien sedang tidur. Pasien
menderita batuk selama 1 tahun ini, kadang berdahak, kadang batuk kering dan frekuensi batuk sering. Nyeri dada dialami pasien lebih kurang 6 bulan. Pasien
sering demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Keringat pada malam hari dialami oleh pasien lebih kurang 6 bulan ini. Penurunan berat badan dalam satu
Universitas Sumatera Utara